Pertemuan

45 8 5
                                    

Hari yang begitu cerah untuk mengawali kegiatan sekolah hari ini. Ya, hari ini adalah hari pertama Aurora masuk sekolah kembali usai libur panjang kenaikan kelas.

Aurora bersenandung sembari mengikatkan tali sepatu berwarna putih seputih baju barunya yang kemarin dibelikan oleh nenek kesayangannya, siapa lagi jika bukan nenek Lasri.

"Oh, udah mau berangkat Ra?" tanya Lasri sembari menyiapkan bekal untuk cucu kesayangannya.

"Hehe, iya, Nek. Rora udah ngga sabar mau berangkat sekolah. Udah kangen sama temen-temen Rora!" ujarnya memberikan senyuman manisnya ke arah Lasri.

"Ya udah ini bekalnya, nanti jangan lupa dimakan buat makan siang ya."

"Siaap!"

Tak lupa Aurora bersalaman dengan Lasri sebelum berangkat sekolah, sebenarnya ia ingin bersalaman dengan kakeknya tetapi kakeknya sudah pergi sejak dini hari ke sawah untuk mengecek perkembangan tanaman padi yang dikerjakan orang lain.

***

Dengan tergesa-gesa Aurora berlari menghampiri kedua sahabatnya yang tampak menunggu dirinya di depan gerbang SMA WARADA.

Tidak lupa Aurora berdrama dengan salah satu sahabatnya, berpelukan bak tak bertemu selama 1 abad lamanya.

"Huwaa!! Adelia Sarandina yang cantiknya tak terhingga! Rora kangen Adel!"

"Huwaa!! Rora gemoyku! Adel juga kangen Rora!"

Salah satu gadis mengamati interaksi mereka berdua yang baginya terlihat berlebihan. "Please! Udah deh, kemarin juga kita habis hang out bareng, ngga usah drama deh!"

"Addara, apa kamu ngga tahu seberapa berat aku nahan kerinduan ini meskipun hanya sehari?" celoteh Adel berdrama sembari bertanya.

Addara hanya bergidik merinding jika si ratu drama sudah mengeluarkan kata-kata dan logat dramanya. "Udah ya Del, kalau Lo mau tunjukin bakat Lo, mending di panggung aja sono biar ditonton banyak orang kecuali gue!"

"Sayang, kok kamu gitu sih sama aku?" tanya Adelia dengan muka melas sembari menggandeng tangan Addara.

"Dih! Najis! GELI WOY!" Addara pun melepas gandengan Adelia yang bergelayutan di lengan Addara.

Aurora hanya terkekeh melihat interaksi kedua sahabatnya. Namun, tawanya terhenti kala seseorang menepuk pundaknya. "Neng, jadi masuk atau engga atuh, ini gerbangnya mau ditutup!"

"Oh, iya, Pak Surya. Maaf ya, Pak, kami malah asik sama dunia sendiri. Hehe."

"Ngga papa kok Neng, ya udah sok atuh buruan masuk Neng, udah bel dari tadi!" seru pak Surya sembari menutup gerbang SMA WARADA.

"Oke, Pak! Makasih ya Pak!"

"Sama-sama Neng geulis!"

Belum juga tertutup rapat, deruan motor terdengar dengan jelas, dari kencang menjadi pelan, hingga akhirnya tiga motor terhenti di depan gerbang SMA WARADA.

"Maaf Pak, izinin kami masuk!" seru lelaki yang memakai seragam SMA dibalut dengan jaket kulit berwarna cokelat muda dan bajunya terlihat dikeluarkan.

"Maaf ya Akang-Akang ganteng, ini udah waktunya tutup!"

Aurora dan kedua sahabatnya melihat ketiga lelaki itu. Disaat bersamaan, Aurora tidak sengaja berkontak mata dengan salah satu lelaki yang bermasalah dengan pak Surya dan itu membuatnya salah tingkah.

Masyaallah tatapan cowo itu tajem banget! Rora, kamu ngga boleh salting! Eh apa dia adek kelas ya?

Rorapun menatapnya kembali dan tak sengaja kontak mata dengan lelaki itu lagi. Perlahan Aurora membuang muka dengan ekspresi datar, lalu masuk kedalam kelas usai diseret Addara sahabatnya.

AGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang