Jika biasanya Aurora berangkat sekolah dengan wajah sumringah kali ini wajahnya tampak lesu bak mayat hidup.
"Widih, kantung mata lo bisa buat nyelipin duit gue nih Ra!" goda Adelia berhasil membuat Aurora kesal.
Aurora hanya berdecih lalu segera duduk di tempatnya, menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya yang ditaruh diatas meja.
"Jangan tidur lagi, nanti lo nyosor orang lagi!" Aurora segera menegakkan kepalanya, menatap si sumber suara. Ia hanya bisa mengacak rambutnya kala mengingat kemarin bukanlah mimpi.
"Rora udah semaleman ngga bisa tidur gara-gara mikirin itu tau Dar, eh malah diingetin lagi. HUWAA GIMANAA INII!!!"
Aurora semalaman memikirkan perkataan Adelia yang heboh ketika jam istirahat kemarin. Bagaimana tidak kepikiran, Adelia menceritakan bahwa dirinya melihat Aurora mencium siswa baru, bahkan anak kelas yang bangkunya masih berdekatan dengan bangku Aurora mendengar suara khas kecupannya pada saat itu.
Pantas saja kemarin sewaktu ia akan keluar menuju kantin banyak sekali mata yang menyorotnya dengan tatapan yang beragam. Namun, mengingat saat ia terbangun ia tidak mendapati seseorang duduk disampingnya hingga pulang sekolah tiba.
Aurora hanya ingin meminta maaf atas perilakunya, tetapi ia sangat malu dan takut untuk mengungkapkannya. Beragam bayangan sudah beribu kali terlintas di pikirannya yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman kala mengingat kata Adelia bahwa lelaki itu terlihat marah besar kepadanya.
"Hey! Malah ngelamun! Tuh siswa pindahan bentar lagi masuk!" Aurora menoleh ke arah yang dimaksud Adelia, dari jendela sampingnya ia bisa melihat postur tubuh tiga lelaki yang berjalan menuju ke arah kelasnya. 'Tiang' itulah yang dideskripsikan dari penglihatannya.
"Persiapkan hatimu ya sayang!"
"Haduh, gimana ini! Rora takut ngga bisa minta maaf yang bener!"
"Ngga ikutan yaw bye bye!"
Adelia pun mulai mengikuti ritual Addara, DUTECAKES. Duduk Tenang Cari Kesibukan.
"Iiihh Adel, bantuin Rora dulu Del!"
Boom! Lelaki itu sudah sampai saja di dekatnya lalu menaruh tasnya dengan kasar diatas meja. Sekilas mata mereka saling bertemu, kemudian lelaki itu duduk dibangkunya, menaruh satu tangan kanannya untuk dijadikan bantalan kepalanya. Tentu saja arah kepalanya menoleh ke kiri membelakangi Aurora.
Cukup lama bergelut dengan pikiran pada akhirnya Aurora memberanikan diri menepuk pundak lelaki yang ada dihadapannya kali ini, ya Aurora duduk menyamping mengarah ke lelaki itu.
"Emm permisi!" Tepukannya ternyata berhasil membuat lelaki itu menoleh ke arahnya, wajah indah bak pahatan dan tatapan mata yang sayu tanpa sadar telah menghipnotis Aurora.
Lelaki itu memicingkan alisnya yang akhirnya membuat Aurora kembali tersadar.
"Ah iya, itu anu saya ma-"
"Wihh pagi-pagi dah modusin cewe aja lo bro!"
"Ck" lelaki yang disapanya pun berdecak, memutar bola matanya malas.
Aurora sedikit kesal dengan lelaki yang tiba-tiba saja datang dan menghentikan percakapannya yang belum selesai. Huwaa dikit lagi padahal!
Muka asing, fix siswa baru. Aurora sempat diceritakan sedikit oleh Adel bahwa siswa baru bukan hanya satu melainkan tiga yang sudah dipastikan mereka satu geng. Aurora menebak-nebak nama mereka dari wajah mereka pasalnya Aurora hanya dikasih tau namanya tapi dirahasiakan yang menempati bangku mananya. Diamatinya dua lelaki yang sedang berinteraksi didepannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARA
Teen FictionBagaimana jika si juara kelas bernama Aurora merasa terancam semenjak adanya siswa pindahan bernama Kairo. Dan bagaimana jika si friendly dipertemukan dengan si dingin yang cuek. Kairo yang memiliki dua perilaku berbeda, yaitu ketika disekolah...