RINDU

334 26 0
                                    

      Perkara rindu memang tak bisa dibohongi, bukan hanya sepasang kekasih yang dapat merasakan rindu, tapi sang anak pada ayahnya jua pasti merindu. Hari ini tak ada kegiatan di kantor, berniat untuk menghabiskan waktu dengan sang puteriku, namun ia malah merindukan ayahnya. Memang sudah dua hari mereka tak bertemu.

     "Buna ... mana ayah?" tanyanya sambil mengusap air matanya sendiri.

     "Ayah masih sibuk, Delina. Mandi yuk, kita jalan-jalan abis ini," rayuku padanya.

     "Nda mau, maunya yayah hiks," Ia semakin menangis.

     Kuambil ponselku dan memfoto Delina saat sedang menangis, aku tertawa meledeknya, terlihat ia malah memanyunkan bibirnya. Lucu sekali. Tanpa berpikir lama aku langsung mengirim pesan kepada Arjuna. Ya, ialah ayahnya yang dirindukan.

                                          

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                           ...

     Suara bel membuatku dan Delina terkejut, dengan segera berjalan menuju pintu dan membukanya. Setelah terbuka pintunya terlihat seorang lelaki yang tak asing bagiku.

     "Ayah pulang," sapanya dengan senyumannya.

     "Ayaahh ...," kulihat Delina langsung menghampiri dan memeluknya, langsung memberi isyarat bahwa ia sedang rindu.

     Aku tersenyum melihatnya. Arjuna langsung menggendong Delina ke dalam dan tak lupa memberikan sebuah kantong plastik padaku.

     "Apa ini?" tanyaku.

     "Bubur, pasti kalian belum sarapan, kan?" jawabnya kembali bertanya. Aku hanya mengangguk.

     "Siapin buburnya, kita makan bareng," lanjutnya sembari tersenyum dan pergi ke ruang tv bersama Delina.

     Sedang ada hawa baik pada dirinya, biasanya galak namun hari ini sedang lembut sepertinya. Aku tertawa kecil. Lalu menuju dapur dan menyiapkan semuanya. Setelah selesai aku kembali kepada mereka. Dilihatnya Delina masih memeluk Arjuna dengan erat.

     'Serindu apa sih Delina sama dia?' batinku.

     "Tuh udah dateng buburnya, yuk makan sayang!" ajak Arjuna pada Delina.

     "Nda mau mam," Delina mengusel-usel wajahnya di bahu Arjuna.

     Ia mengisyaratkanku bagaimana caranya Delina mau makan. Kuusap punggungnya lalu melihat kewajahnya.

     "Sayang mam yuk, mau buna suapin apa yayah?" tanyaku dengan lembut.

     "Aku mau sama yayah," jawabnya sengaja dipotong lalu menatap Arjuna.

     Arjuna tersenyum. "Ayo makan ya sama ayah,"

     Ia menduduki Delina di sampingnya dan mengambil bubur milik Delina yang ada di tanganku. Ia mulai menyuapi Delina dengan berlagak seperti pesawat. Namun Delina menutup mulutnya.

     "Kenapa sayang?" tanyanya kebingungan.

     "Aku mau mam, tapi ayah janji dulu sama aku," Delina memanyunkan bibirnya lagi.

     "Janji apa sayang?"

     "Ayah bobo di sini aja sama aku," pintanya manja.

     "Iya sayang, malam ini ayah bobo sini," jawab Arjuna tersenyum.

     "Ayo mam lagi aaa ...," tangannya mulai menyuapi Delina lagi dan kini ia mau makan.

                                            ...

     Setelah selesai makan tak lama Delina terlihat mengantuk dan kini sedang digendong Arjuna dengan mata terpejam. Aku merapikan semuanya yang kotor dan mencucinya di dapur.

     "Capek ya? Sini gue aja yg cuci," ujar seseorang yang pasti adalah Arjuna.

     "Tanggung ah dikit lagi, Delina udah tidur?"

     Ia berdiri disampingku dan bersender pada dinding. "Udah tuh baru aja merem," jawabnya namun aku masih sibuk dengan cucian piring.

     "Gak kerja?" tanyanya.

     "Ya menurut lo kantor mana yang buka hari minggu?!"

     "Sewot amat, Bu!"

     "Biarin!"

      "Biasanya orang sewot itu tandanya orang kangen tapi gak mau ngaku," ledeknya sambil terkekeh kecil.

     "Apa sih lo? Makan tuh kangen!" Aku menyipratkan air padanya. Dengan cepat kurapikan piringnya lalu meninggalkannya.

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang