TRAITOR

5 2 0
                                    

Jika kalian mendengar kata pengkhianatan kalian pasti mengartikannya sebagai dua pasangan insan yang saling bertemu di tempat yang tak terduga, mereka saling jatuh cinta samu sama lain, yang setelahnya memberikan komitmen dan janji manis hingga menumbuhkan bubuk-bubuk kepercayaan. Hingga suatu saat, mereka menyadari, jika janji-janji manis yang mereka katakan kepada pasangannya hanyalah kebohongan belaka. Dan kini, hanya ada pengkhianatan dan rasa sakit yang dirasakan oleh-nya

Seperti itulah yang kurasakan saat ini, rasa sakit atas pengkhiatan yang kudapat dari seseorang yang sudah kuanggap sebagai belahan jiwa. Begitu romantis dan dekat aku dengan-Nya hingga teman-temanku, bahkan orang asing yang melihat kedekatan kami memiliki satu kata yang sama di pikiran mereka, dan itu adalah kata iri. Bagaimana tidak, setiap waktu kuhabiskan waktuku dengan-Nya dengan satu tangan ku lingkarkan pada lengannya bergelayut manja. Karena kami memiliki hobi yang sama, kami selalu mengunjungi tempat tersebut, berjam-jam kami berada disana, saling berbagi cerita sebelum pada akhirnya kita berhenti di tempat makan langganan kami. Hanya butuh beberapa blok untuk sampai pada tujuan dan kami benar-benar menikmati setiap langkah menuju tempat tersebut. Aku duduk saling berhadapan dengan-Nya, selagi menunggu pesananan kami datang, gelak tawa dariku dan wajah-wajah konyol yang Dia perlihatkan padaku mengisi ruangan itu. Aku tak peduli dengan tatapan sinis dari beberapa pengunjung yang melihatnya ataupun tatapan penuh kegelian dari mereka. Tak berlangsung lama, gelak tawa yang kulayangkan tergantikan oleh senyuman lebar dariku sebelum pandanganku pada-Nya teralihkan oleh seorang pelayan dan sepiring nasi goreng yang dia simpan di tengah meja. Mungkin, kalian melihatnya aneh bahkan memiliki pikiran negatif dibuatnya. Apapun yang ada di pikiran kalian, bukan seperti itu. Bukan. Aku bisa saja memesan menu yang sama ataupun menu yang lain, namun, keinginannya untuk bisa mengenang masa lalu membuatku luluh dan mengikuti kemauannya. Kami memakannya dengan penuh kenikmatan.

Hingga suara alarm membangunkanku dari mimpi indah itu. Sebuah mimpi yang sama berulang-ulang setiap kali kupejamkan mata, namun tak pernah sekalipun rasa bosan yang kurasakan selama ini. Aku ambil ponselku yang tergeletak di meja dekat dengan tempat tidur dan kumatikan alarm itu dengan harapan dapat tidur kembali dan melanjutkan mimpiku yang selalu terputus di momen-momen yang sama jika saja jarum jam yang terpampang pada layar ponsel telah menunjukan pukul 6 pagi, waktu yang pas untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Walaupun begitu, ada satu momen yang selalu menjadi pusat perhatianku, momen dimana badanku menjadi kaku dan mataku menjadi berlinang, siap akan jatuh. Sebuah foto dengan wajah yang sama seperti yang sering kuimpikan. Hanya saja Dia tengah merangkul orang lain yang sangat ku kenali ini. Dan menjadi alasan aku tidak dapat membencinya. 

Sikap ketidakpedulian ataupun dingin yang kuperlihatkan selama ini, yang sering kuperlihatkan kepada orang lain tak bisa benar-benar menutupi rasa sakit yang sudah kurasakan dan ku pendam sejak dulu. Saat mengetahui kebenaran yang tak kuketahui hingga bertahun-tahun lamanya hingga berada di momen dimana akhirnya aku harus dihadapkan oleh berita menyakitkan itu. Kalimat yang masih terngiang-ngiang di telingaku, tak peduli waktu maupun tempat aku berada, kalimat itu selalu muncul. Membuatku menghentikan aktivitasku untuk mengurung diri di dalam kamar mandi.

Beberapa bulan sebelumnya, aku bertemu dengan seorang pria yang begitu mirip dengan-Nya. Aku tak pernah berhubungan dengan orang lain setelah kejadian itu. Terlalu takut untuk memiliki sebuah ikatan yang akupun tidak tahu akan menjadi seperti apa kedepannya. Butuh waktu yang lama untuk dia dapat meluluhkanku, meyakinkanku jika dia akan selalu ada untukku apapun yang terjadi dan aku hanya mengangguk setiap kali dia mengatakan itu ataupun kata-kata manis lainnya yang keluar dari mulutnya. Aku tak pernah mempercayai perkataannya. Dan, dia pun tahu akan itu. Namun tak pernah sekalipun dia berhenti menyampaikannya. Begitu gigih serperti Dia.

Music & StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang