PLAY DIRTY

1 0 0
                                        

Seorang pria berperawakan menawan tengah bersandar pada meja bar paling ujung. Kedua matanya menelusuri kerumunan manusia mencari mangsa baru dengan jemari-jemari panjangnya dia ketuk-ketukkan pada meja dengan tempo yang pelan seperti suara detak jantung. Tak jarang banyak yang melirik kearahnya secara terang-terangan, menerawangnya dari bawah ke atas dengan tatapan nakal mereka dan dia melayani itu dengan sukarela. Memberikan senyuman paling menawannya kearah mereka, tatapannya menajam saat salah satu dari kumpulan wanita mencoba untuk mendekatinya.

Dia menegakkan postur tubuhnya saat wanita itu melenggok seduktif kearahnya. Tangannya secara spontan berada di pinggang wanita di depannya. Senyumannya menjadi tajam disaat wanita ini mengedipkan bulu alis matanya yang tebal dan membuat gigitan kecil sudut bibirnya yang tanpa sadar dia mengikuti gerakan itu dengan matanya sebelum beralih kembali ke atas.

"Sungguh kebetulan yang tidak kusangka dapat bertemu dengan pria menawan seperti anda di tempat ini." Wanita ini berkata, jemari tangannya menelusuri dadanya dengan sentuhan pelan. "Siapa namamu, tuan?"

"Renato."

"Renato." Wanita misterius ini menyebutkan namanya pelan, mengecap setiap huruf seperti seekor Hyena yang kelaparan. "Senang bertemu denganmu, Renato."

Renato menyunggingkan senyuman miringnya, dan tanpa menunggu respon yang akan dilontarkan lagi dari perempuan ini dia mengambil tindakan cepat dengan menangkap tangan yang masih berada di dadanya dan mendekatkannya pada bibirnya untuk dia kecup sekilas. "The pleasure all mine, Signora."

Seperti dugaannya wanita ini tersenyum tersipu malu, wajahnya menjadi memerah merona.

"Bagaimana denganmu, mi amore?"

"Eunoia."

Kali ini Renato benar-benar me-fokuskan pandangannya pada wanita didepannya. Nama yang jarang sekali dia dengar namun masih teringat akan artinya saat dia mengunjungi salah satu negara dua tahun yang lalu. "Eunoia, nama yang jarang sekali terdengar." Ucapnya tanpa pikir panjang dan perempuan di depannya ini mengangguk malu. Dan dia melanjutkan perkataannya dengan bersungguh-sungguh. "Nama yang indah untuk perempuan yang cantik seperti anda, Eunoia." Suaranya menjadi serak saat menyebut nama tersebut.

Dia menuntun Eunoia untuk duduk di kursi tinggi bar yang setelahnya kedua tangannya mencengkram ujung kursi hingga menerangkap wanita malang yang semakin tergagap malu. Sepertinya keberanian untuk menggodanya hilang. "Apa kamu tahu arti dari Eunoia?"

Perempuan itu menggelengkan kepalanya pelan dan tanpa sepengetahuannya, dia menggigit ujung bibirnya karena gugup. Renato menyadari hal itu dan dengan cepat menangkup dagunya dan memberikan tarikan pelan agar berhenti menggigit bibirnya yang sudah memerah. "Apakah kamu mau tahu?"

Dan Renato melanjutkan perkataannya tanpa menunggu jawaban dari perempuan yang berada di perangkapnya.

"Eunoia dalam arti sebagai pemikiran yang indah atau pikiran yang indah."

Realisasi dapat terlihat pada ekspresinya yang berubah menjadi terkejut dan takjub. Bibirnya membentuk lingkaran kecil dan mengeluarkan suara 'Oh' pelan di sela-sela tarikan nafasnya.

"Sepertinya ini pertama kalinya kamu mengetahui arti nama yang kamu miliki?"

"Tidak ada yang peduli untuk membertahukannya." Jawabannya terdengar biasa saja, seperti yang sudah terbiasa mendapatkan rasa ketidakpedulian dari orang-orang terdekatnya maupun orang asing.

Sungguh malang.

Renato memiringkan kepalanya sedikit mengamati penuh arti pada sosok di depannya. "Aku masih punya banyak waktu, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar, Eunoia?" Sarannya untuk beberapa saat dalam diam. Dia melepaskan kedua tangannya dari kursi yang menerangkap tubuh perempuan itu dan menegapkan kembali tubuhnya untuk duduk di sebelahnya. Dari sudut matanya dapat dilihat desahan lega yang keluar dari perempuan malang ini. Sepertinya tindakannya terlalu frontal untuk waktu yang singkat.

Dia memberikan gestur kepada sang bartender dan tanpa diberitahu, bartender itu mengangguk mengerti.

"Sepertinya ini bukan kali pertama kamu berada di tempat ini."

"Dulu. Sebelum tempat kerjaku pindah ke kota yang berbeda." Eunoia mengangguk mengerti dan keheningan yang menenangkan menyelimuti mereka. Saat minumannya akhirnya tersajikan, tanpa pikir panjang, dia mengambil gelas martininya, memberikan goyangan sedikit sebelum menyesapnya pelan. Rasa terbakar di tenggorokan yang familiar langsung terasa sesaat setelah dia meminumnya.

Suara penuh ketidakpastian dari arah sebelahnya menarik perhatiannya. Dia lupa jika dia tidak sendirian.

Renato menoleh ke samping untuk mendapati gelas yang diperuntukkan untuk diminum tak di sentuh sama sekali. "Apa ada yang salah dengan minumannya?" Dia bertanya.

Dengan tersipu malu wanita itu menjawab. "Aku belum pernah meminum alcohol sebelumnya."

Ah. Tentu saja. "Begitu. Kalau kamu tidak suka, aku bisa memesan minuman lain untukmu. Maaf, seharusnya aku menanyakan kepadamu terlebih dahulu." Rasa bersalah yang terdengar tulus keluar dari mulutnya dan tangannya sudah hendak untuk terangkat saat perempuan ini menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak perlu! B-bukannya akau tidak suka, hanya tidak pernah saja. Aku akan mencobanya!"

Renato menyenderkan dagunya dengan lengan yang berada di atas meja, tangannya menutupi mulutnya. Mengamati dalam diam saat perempuan disampingnya mengikuti cara yang dia lakukan tadi. Ekspresinya mengernyit sekilas yang kemungkinan karena rasa pahit sebelum berubah menjadi terkejut.

Dia menyukai minumannya.

Tak takut lagi dengan minuman di depannya, Eunoia dengan berani langsung menegak habis alkoholnya.

Tanpa berkata apapun, Renato memberikan gestur kepada sang bartender untuk membuatkan minuman baru.

"Sepertinya kamu suka dengan minuman ini." Ucapnya.

Wajah merah dengan pandangan yang semakin tidak fokus mulai terlihat pada perempuan ini. Tidak pernah minum sebelumnya menjadikan orang jauh lebih gampang mabuk ketimbang yang sudah terbiasa.

"Bagaimana kalau kita mengobrol mengenaimu?" Pertanyaan itu menjadi sebuah pemicu dan tanpa sadar dengan penuh emosional perempuan itu mencurahkan semuanya.

Suara kicauan burung di pagi hari menjadi satu-satunya suara yang terdengar di dalam kamar yang sunyi senyap. Renato yang baru saja selesai membersihkan diri di dalam kamar mandi kini berdiri di depan kaca besar. Dia tak lagi memakai jas hitamnya melainkan sebuah kaus hitam beserta jaket cokelat milik seseorang dan celana jeans yang sedikit mengatung. Rambutnya yang masih basah dia sisir ke belakang dengan jemarinya. Setelah dilihatnya tak ada lagi noda di baju badannya, dia mendekati sosok tubuh perempuan yang sudah bersimbah darah tergeletak tak bernyawa di atas kasur. Dengan tatapan dinginnya dia mengamati sosok itu sebentar sebelum segera beranjak dari ruangan. Namun, tak lupa dia memberikan pesan singkat di hpnya dan mengambil jam tangan milik korbannya untuk dia kenakan.

Semua rencana yang sudah dia buat berjalan dengan lancar.

Dia memberikan pandangan kepada wanita yang baru saja dia kenal tanpa ada rasa bersalah sekalipun. "Seharusnya kamu tidak mempercayai orang asing dengan mudahnya. Tidak peduli betapa menawannya atau baiknya orang tersebut. Jadi, semua ini sepenuhnya bukan salahku. Untuk itu, sampai bertemu kembali di neraka, mi amore Eunoia."

Terdengar suara notifikasi dari ponselnya.

"Pekerjaanku sudah selesai."

"Bagus. Akan ku transfer uangnya padamu saat ini juga. Senang dapat bekerja sama denganmu, tuan Sinclair."

Terdapat notifikasi setelahnya, memberitahukan terdapat transferan baru yang masuk ke rekeningnya dan tanpa membalas pesan itu, dia menghapus percakapan mereka beserta bukti-bukti lain yang tersimpan yang setelahnya dia mengeluarkan sim card dari ponselnya untuk dia patahkan menjadi dua bagian. Setelah itu, dia membuang ponselnya ke tong sampah.

Selesai sudah pekerjaannya untuk hari ini. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan permainan-permainan kotor dan cerdik agar setiap mangsanya dapat jatuh ketangannya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Music & StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang