Part 1.

0 0 0
                                    

#rebahanberkaryaLovRinz
#karyakukeren

Part 1. Anak Koruptor

Mina menyandang tas ransel yang terisi penuh dengan buku pelajaran. Tangan kanannya menyalami sang ibu, dan sesaat kemudian menyambar bekal makan siang.  Dengan sigap dia membuka pintu mobil mewah yang setia menemani kemana saja. 

"Kakak, ini ... prakaryanya ketinggalan!" teriak sang ibu sambil berlari kecil mengikuti Mina yang sudah melangkah menuju gerbang sekolah

Mina menoleh ke arah ibunya, setelah bersalaman dengan guru piket yang menyambutnya pagi ini. Dengan langkah gontai, dia berlari menghampiri sang ibu.

"Makasih, ya, Bunda," ucap Mina pelan.  Sesaat kemudian kakinya kembali melangkah menuju kelas yang terletak di samping ruang guru.

Baru saja Mina meletakkan tas dan barang bawaan lainnya, teman baiknya Syuja terlihat mendekat dan duduk di bangku kosong di sebelahnya.

"Mina, ada berita penting," ujar Syuja dengan tatapan serius.

Mina terlihat pasrah ketika Syuja mulai berbisik di telinganya. Gadis berkulit putih ini, yang baru saja merayakan ulang tahun ke 14 tahun ini terlihat kesal, dengan berita yang baru saja diterimanya. 

"Buk!" Terdengar bunyi keras dari meja yang di pukul dengan keras.

"Aku akan labrak dia!" teriak Mina sambil berlalu dengan langkah terburu-buru menuju kelas sebelah
Matanya mencari-cari sosok yang ingin sekali diterkamnya saat ini.  Seorang yang mengakunya teman, namun menusuk dirinya dari belakang.  Temannya ini telah mempermalukan dirinya yang diolok-olok sebagai anak koruptor.

Mina mendekati seorang gadis seusia dirinya, yang terlihat sedang menghapus papan tulis.  Dengan kasar,  Mina menyeret gadis itu ke pojok belakang kelas.  Sudah tidak sabar dirinya untuk menanyakan kebenaran berita yang diterimanya dari Syuja pagi ini.

"Eh, tunggu dulu.  Kenapa kamu marah gitu sama aku?" tanya gadis bernama Hana yang menjadi sasaran kemarahan Mina pagi ini.

Mina terus meradang dan mulai melayangkan pukulan ke arah Hana.

Hana berusaha menangkis pukulan Mina, dan berlari ke luar kelas ketika dia mempunyai kesempatan.  Ruang guru menjadi tujuannya.

"Pak Edwar! Tolong, saya!" teriak Hana dengan nafas terengah-engah.  "Mina memukul saya."

Mina yang mengejar Hana sampai ke ruang guru, mendapati tatapan tajam Edward.  Dia melunak, dan menuruti perintah gurunya untuk duduk di kursi di hadapan guru Penjas itu.

"Duduk kamu! Pagi-pagi sudah buat masalah!" hardik guru yang berwajah tampan, mirip bintang film Korea itu.

Mina menundukkan wajahnya.  Air mata mulai mengalir deras di kulit wajahnya yang putih mulus.

Edward memandang gadis itu dengan sedikit heran.  "Kok, malah kamu yang nangis?"

"Dia yang cari gara-gara duluan," ucapnya pelan sambil menunjuk Hana.  "Dia yang sudah menyebarkan ke orang-orang, kalau Ayah saya seorang koruptor!" Tangis Mina kembali meledak.

"Memang betul ayahnya seorang koruptor, Pak.  Sekarang saja, ayahnya berada di penjara," jawab Hana dengan santai seolah tidak ada rasa bersalah. "Enak aja, dia, Pak.  Hidup bermewah-mewah dari uang hasil korupsi bapaknya!"

Edward menghirup napas dalam.  Dia menggelengkan kepala.  Tidak disangka, ada kegaduhan ini di awal pagi yang seharusnya indah. 

"Kalian berdua ikut Bapak ke ruang BK," putus Edward sesaat kemudian.  Anak-anak ini harus ditangani dengan baik, begitu setidaknya yang dipikirkan Erward .

Kedua gadis belia itu mengikuti langkah Edward ke ruang BK.  Ruangan yang tidak terlalu besar itu, terlihat masih kosong.

"Kalian duduk di sini dulu, sebentar lagi Bu Sonya datang!" Kedua gadis itu terlihat mengangguk.  Setelah Edward meninggalkan mereka, perang mulut kembali terjadi

"Aku pikir kita teman," ujar Mina pelan.  "Nggak sangka kamu bisa ceritakan tentang masalah keluargaku kemana-mana.  Aku sangat malu!"

Hana nenatap tajam Mina.  "Teman?" ulang Hana sambil terlihat mencemooh.  "Sejujurnya, kamu tidak pernah memperlakukan aku sebagai teman, aku hanya kacung kamu, orang suruhan kamu, kan? Mentang-mentang aku orang yang kamu anggap miskin dan tidak setara dengan kamu.  Begitukan?"

Mina terdiam, tidak mampu menyanggah ucapan Hana.

"Sejak oang tuaku bangkrut dan kami jatuh miskin, kamu berubah sama aku, Mina.  Kamu nggak tulus."

Sesaat Mina tertunduk.  'Apakah aku sesombong itu selama ini' batinnya.

Percakapan mereka terhenti dengan kehadiran Sonya di ruangan itu.

"Mina, kenapa kamu memukul Hana? Saya sudah dapat laporan dari Pak Edward." Sonya mencecar Mina dengan pertanyaan.  "Ibu tidak suka dengan tindakan main hakim sendiri " ucapnya sambil menatap tajam ke arah Mina.

"Iya, Bu.  Saya salah, saya minta maaf," lirih suaranya.

"Kamu juga Hana. Apa untungnya sih, menyebarkan aib orang?"

Tatapan tajam Sonya membuat Hana menundukkan wajah.  Dalam hati, dia mulai menyadari kesalahannya karena telah menyebarkan aib keluarga Mina.  Itu hanyalah bentuk kekesalannya karena Mina telah memperlakukannya seolah-olah pembantu setianya. Hana merasa sakit hati.

"Jawab pettanyaan Ibu, Hana!" Tegas suara Sonya.

Hana mengangguk lemah.  "Iya, Bu, tidak ada untungnya bagi saya.  Saya minta maaf, Bu."

Setelah kesalah pahaman itu teratasi oleh Sonya, kedua gadis belia itu kembali ke kelas.  Namun, Sonya tidak yakin mereka bisa semudah itu berdamai, setidaknya begitulah perasaannya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gen StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang