5. Memancing emosi

63 9 7
                                    

Halo selamat membaca
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Kali ini Rion sudah duduk dihadapan mereka berdua, tentu saja karena permohonan sang ayah dan permintaan Aruna. Padahal Rion sudah memaksa Aruna untuk meninggalkan kafe ini tetapi gadis itu malah ingin mendengar apa keinginan sang ayah.

Ah Aruna mau sampai kapan kamu sebodoh ini. Sudah jelas ayahnya hanya akan membicarakan omong kosong.
Rion bersidekap dada dengan terang-terangan mengeluarkan aura permusuhan kepada dua orang di hadapannya.

"Rion udah lama ya gimana kabar kamu? Oh ya kata Aruna kamu kuliah ngambil jurusan hukum ya" Tanya Kaila basa-basi.

"Udah tahu kenapa harus nanya lagi? Mau caper didepan kakak gue?" Ucap Aruna tidak suka.

"Nggak kok Run kakak cuma mau denger langsung dari Rion"

"Kenapa? Lo pikir gue bohong?!"

"Kamu salah faham Aruna. Kakak cuma-

"Mau sampai kapan lo nyebut diri lo kakak? Sadar dong, lo pikir lo kakak gue?!" potong Aruna. Dia tidak menyukai jika Kaila masih menganggap bahwa dirinya sendiri adalah kakak bagi seorang Aruna. Masa itu sudah terlewat.

"Runa kamu-

" Ck, to the point gue gak punya banyak waktu" Rion mengalihkan pembicaraan saat tahu ayahnya pasti akan memarahi sang adik dan membela Kaila.

" Ah iya Rion, Aruna ayo kita kayak dulu lagi, hubungan kita kan dulu baik kami tahu kami salah, selama dua tahun ini kita tersiksa karena rasa bersalah"

"Bisa gak kalian maafin kita" Rasanya Rion ingin terbahak mendengar ocehan wanita yang dulu menjadi pujaan hatinya.

Kemana gadis baik itu pergi, kenapa sekarang yang tersisa hanyalah Kaila Sherly si egois yang hanya mementingkan perasaan dan kenyamanan dirinya saja. Dengan entengnya wanita itu mengajak nya berdamai dengan masalalu setelah apa yang sudah dilaluinya.

Baik Aruna maupun Rion tidak ada yang menjawab permintaan Kaila. Bukankah itu terdengar konyol, permintaan tak masuk akal yang membuat seolah kedua bersaudara itulah yang salah.

Aruna tidak buka suara, gadis itu hanya memandang keterdiaman kakaknya. Setiap gerak gerik Rion tak luput dari pandangannya. Sejenak ia pun merasa takut bagaimana jika kakaknya malah akan memaafkan mereka.

Tidak...tidak Rion tidak mungkin seperti itu.

"Hubungannya sama gue apa? Mau lo tersiksa ataupun nggak gue gak peduli" ucap Rion menatap dingin Kaila.

Tersiksa karena rasa bersalah? Lalu Rion harus mengekspresikan seperti apa rasa tersiksanya padahal dia tidak salah apapun.

Lagipula bukankah itu hal wajar, karena dia memang bersalah. Hanya tersiksa karena rasa bersalah saja sudah seperti ini, hal itu kan terjadi karena perbuatannya sendiri.

"Rion kamu nggak bisa kasih kita kesempatan? Ayah salah Rion" mohon sang ayah.

Pemuda itu tertawa dalam hati melihat wajah memelas ayahnya. Bayu Mahendra yang dia kenal dulu tidak pernah memasang ekspresi seperti ini. Ayah panutannya itu orang yang tegas dan hangat, tapi lihat, sang ayah yang menjadi role modelnya dulu kini memohon dihadapannya.

"Lo bisanya cuma mikirin perasaan lo sama istri baru lo doang ya" ujar Rion tersenyum.

" Kak ayah-

"Setelah kejadian itu lo pernah gak mikirin perasaan gue sekali aja?" tanya Rion, Bayu hanya terdiam. "Perasaan Aruna atau perasaan bunda lo pernah mikirin gak?"

I WANNA RUN AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang