002 - Impian & Harapan

17 5 0
                                    

"hargai yang kita dapat saat ini, berhenti mengeluhkan yang sudah lalu"

•••

Her Friends

•••

Perjalanan pulang dari kantin menuju kelas memiliki formasi berbeda. Kali ini Rezhita yang memimpin didepan bersama dengan Shena. Sedangkan yang lain mengekor dibelakang.

Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Terutama Amoura dan Allegra saat ini. Mereka masih sibuk membahas soal olimpiade sejak selesai makan. Atau bisa dikatakan, hanya Allegra yang nampak terlalu antusias.

"Kapan bisa daftar, Ra? Kalau udah dapat info cepet kabarin aku please please please"

"IYA, Allegra yang terhormat. Pasti kamu yang bakal aku kasih tau dulaun. Jadi, tolong stop bahas itu, lalu mari kita berjalan melewati koridor kelas 12 ini dengan aman dan damai."

Allegra terkekeh sedikit dan menurut. Ia menutup mulutnya rapat-rapat dan mulai berjalan dengan damai. Tidak mencerca Amoura seperti sebelumnya. Ia peka. Ada seorang kakak kelas yang sedang Amoura taksir, jadi sepertinya ia ingin bersikap sebaik mungkin dimata crush nya.

Saat berganti ke pelajaran berikutnya yaitu Biologi, pengumuman mengenai olimpiade tadi di beritahukan. Sesuai dugaan Allegra.

Cindy, teman sebangkunya, menyenggol lengan kirinya pelan lalu berbisik, "Legra, cepet ikut Legra, nanti kalau dapat hadiah kita bagi dua"

Gadis dengan hijab putih itu tertawa pelan sambil mengangguk dan mengacungkan jempol. Ia memang akan ikut dan pasti ikut. Tinggal mencari siapa yang akan menjadi partnernya untuk melawan SMA Tunggal Negeri.

"Apakah sudah ada yang berminat untuk ikut?" ucap Pak Arief setelah selesai menjabarkan, mulai dari apa saja yang harus dilakukan, sampai dengan benefit yang akan didapatkan jika mengikuti olimpiade tersebut.

Tanpa ragu-ragu, Allegra langsung mengangkat tangan percaya diri, berbarengan dengan kedua temannya yang lain. Helga dan Hananta. Dia cukup terkejut sudah ada dua partner yang akan pergi bersamanya. Atau bisa dibilang, rivalnya sebelum menjadi partner karena pasti ada babak penyisihan dari sekolah.

Lalu hal yang membuatnya semakin shock adalah melihat Helga yang ikut angkat tangan, manusia yang paling menghindari hitung menghitung serta rumus menyebalkan mengapa jadi mendaftarkan diri untuk ikut olimpiade ini?

"Oke jika tidak ada lagi yang mau ikut, silahkan Allegra, Hanan, Helga, list nama kalian di dalam formulir ini. Terus saat pulang sekolah nanti jangan langsung pulang, temui dulu guru pengurusnya di aula."

"Baik, Pak"

"Buat latihan ya Pak?" tanya Helga percaya diri.

"Kamu udah siap banget keliatannya ya, Helga. Bapak bangga. Tapi saat jam pulangan nanti kalian akan bahas dulu dengan siswa lain yang juga sudah bersedia. Sebab akan ada babak penyisihan dari sekolah." Pak Arief menjelaskan dengan sabar.

Ingin rasanya Allegra tertawa sambil mengolok anak itu sekarang. Dirinya masih tidak habis pikir dengan isi kepala teman nya yang satu itu. Walau dia maklum karena nampaknya ini adalah olimpiade nya yang pertama, namun tetap saja ini begitu memalukan.

Tidak ingin membuat temannya semakin malu, ia langsung merapat pada Helga lalu berbisik, "nanti pulangan kamu ikut aku aja, biar gak malu-maluin kayak tadi."

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang