Bab 9 : Menginap

132K 2.6K 33
                                    

Malik terkejut saat Navaro mendesis namun masih dalam keadaan tertidur. Akan tetapi raut wajah terkejutnya itu tak bertahan lama. Malik membenarkan gorden yang terus tertiup angin kencang bahkan sedikit basah karena cipratan air dari luar.

Sementara di dalam selimut itu, Karina mulai memasukkan tangannya ke dalam kaos Navaro dan membelai perut atletisnya. Entah mengapa Karina begitu menyukai bentuk tubuh besar Navaro yang berotot sempurna itu.

Karina sampai di kedua nipple milik Navaro dan mengusapnya memutar. Navaro terus bergerak gelisah karena menikmati sentuhan dari tangan lembut Karina.

"Navaro.... " bisik Karina seraya menyelipkan kepalanya ke dalam kaos tanpa lengan Navaro.

Malik merasa aneh karena Navaro yang terus bergerak. "Apa bocah itu sakit?"

Malik pun mendekati Navaro dan menyentuh dahi putranya. Pria yang berumur empat puluhan tahun itu mengernyit heran karena pipi Navaro yang memerah.

"Nggak panas, tapi kenapa wajahnya merah? Apa dia lagi mimpi kekasihnya? Apa dia punya kekasih?"

Karina tersenyum di dalam kaos tipis Navaro. Ia malah menciumi perut Navaro dan menghirup aroma maskulin nya. Karina benar-benar nyaman di posisi saat ini. Karina berharap Malik tak kunjung keluar dari kamar Navaro agar ia bisa berlama-lama di dekapan Navaro.

"Sudahlah, biar dia istirahat."

Malik kembali menutup gorden lalu berjalan keluar dari kamar Navaro. Navaro sudah tidak tahan karena saat ini Karina dengan berani menciumi perutnya.

Navaro menyingkap selimut dan mengeluarkan kepala Karina dari kaosnya. Navaro memandang gadis itu dengan garang, namun sepertinya malah Karina yang menatapnya demikian.

"Varo! Kok udahan sih?! Gue belum puas cium perut lo!" kesal Karina dan berusaha untuk mendekat lagi dengan Navaro.

Tapi Navaro terus menghindar bahkan ia hampir jatuh dari kasur.

"Aish! Lo kenapa sih?! Mending lo cepet pergi dari sini sebelum bokap gue balik lagi!" suruh Navaro namun tak diindahkan sama sekali oleh Karina.

"Nggak. Gue mau nginep di sini, deh. Boleh nggak?"

Navaro membulatkan mata dan menggelengkan kepalanya cepat. "NO! Dasar cewek mesum! Lo udah nodain gue tahu, nggak?!"

"Gue mau tanggung jawab, kok. Beneran! Lo mau gue nikahin pun gue siap-siap aja."

Navaro sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang masih duduk di atas kasurnya. Karina harus segera pergi dari sini. Namun Navaro tidak tega jika menyuruh Karina keluar dari jendela kamar. Di saat hujan seperti ini, sepertinya akan sulit bagi Karina untuk keluar lewat jalur yang ekstrem.

"Arghh! Lo tuh selalu bikin gue repot mulu!" Navaro merasa frustasi. Ia pun segera menuju pintu kamar dan menguncinya agar Malik tak bisa masuk begitu saja.

"Udahlah, Varo. Kita ambil hikmahnya aja. Dengan ini kita bisa berduaan, lo bisa mengenal gue lebih jauh lagi."

***

"Varo, gue mau mandi, dong! Nanti pinjem baju lo, ya?"

Navaro tak ingin berbicara sama sekali dengan Karina. Ia sibuk mengotak atik ponsel dan hendak mengerjakan PR sekolah untuk esok hari. Terjebak di dalam kamarnya sendiri bersama gadis mesum itu membuat Navaro harus menahan dirinya. Navaro tak ingin keterusan dan melakukan hal yang bukan-bukan.

Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Perutnya kembali lapar, namun ia masih bisa menahannya hingga esok hari. Tetapi dengan Karina, Navaro tak mengetahuinya dan ia juga mencoba untuk tidak peduli.

Big Boy (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang