Kampung nelayan,Lillah, adalah nama dari atok kami.
Dia mempuanyai empat orang anak, tiga perempuan dan satu laki-laki. Sebenarnya banyak anak atok kami, hanya saja banyak yang meninggal waktu masih kecil. Mereka hidup tanpa seorang ibu, ibu mereka telah pergi saat melahirkan anak terakhir mereka yang juga meninggal sebelum nenek meninggal.Anak pertama adalah ibuku, ibuku memiliki tiga orang anak. Satu perempuan dan dua laki-laki. Anak kedua adalah pak Ngah, dia adalah orang yang paling banyak anak. Ada enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan.
Anak ketiga mak Tih, dia memiliki dua orang anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Dan anak yang terakhir adalah mak Cik, dia hanya memiliki seseorang anak perempuan.
Kita mulai dari atok kami, Lillah. Dia adalah seorang imam di kampung nelayan ini. Dia paling dihormati, sebagai orang tua dan imam. Atok memiliki banyak saudara, hampir seluruh kampung nelayan ini adalah saudara atok kami.
ibuku. Pauziah namanya, dia menikah dengan ayahku dan melahirkan aku dan adik ku Redin. Ayahku meninggal diusia kami masih sangat kecil, aku berusia 8 tahun, sedangkan Redin berusia 6 tahun. Setelah itu ibu menikah laki dengan ayah tiriku, dan memiliki seorang anak laki-laki. Namanya Naung Ferdian. Sekarang dia berusia 8 tahun.
Pak Ngah, Pauzar. Dia adalah anak tersayang dalam keluarga karena satu-satunya laki-laki. Dia menikah dengan istrinya dan melahirkan enam orang anak. Sebenarnya anak pak Ngah lebih dari enam, hanya saja dua keguguran. Anak pertama perempuan, namanya Fitri. Karena lahir dibulan suci lebaran, katanya. Anak kedua laki-laki, namanya fajri. Mungkin karena lahir saat fajar menjelang.
Anak ketiga juga laki-laki. Diberi nama Al-bahri, artinya lautan. Mungkin ingin anaknya menjadi orang yang mempunyai pengetahuan seluas lautan. Anak keempat bernama Az-zahra, sudah bisa ditebak pasti perempuan. Anak kelima di beri nama Qodri, karena lahir pada malam lailatul Qadr. Anak terakhir bernama Zahira. Ini hanya sebatas perkenalan.
Mak tih, Pauzidah anak perempuan tersayang dalam keluarga. Dia menikah dengan suaminya dan melahirkan dua orang anak. Anak pertama diberi nama Ishak, seperti nama anak Nabi Ibrahim dengan Sarah. Artinya terawa, ternyata benar memang dia memang orang yang seperti namanya.
Anak kedua bernama Sarifah.Mak Cik Paurizah adalah anak bungsu dari keluarga ini, dia menikah dan hanya memiliki satu anak perempuan. Buah hati dari cinta kasih dengan suaminya, mereka menamainya dengan Cahyati. Mengisyaratkan bahwa dia adalah satu-satunya cahaya dalam hidup kedua insan itu, Mak Cik dan suaminya.
Hubungan dari keempat saudara ini sangat baik, mereka adalah orang yanh rajin menyambung tali silaturahim. Walaupun hidup dirumah masing-masing, mereka seperti satu jiwa yang tak mudah untuk berpisah.
Kampung Nelayan ini mayoritas penduduknya hidup dari hasil melaut, mereka rata-rata adalah pelaut. Maksudku mereka bekerja dilaut. Hari Jum'at menjadi hari libur bagi para Pelaut di kampung Nelayan, walaupun tidak semua orang yang tidak bekerja dihari Jum'at tapi sebagian besar orang tidak melaut dihari Jum'at.
Aku ingin memulai kisah ini pada lebaran, setahun sebelum atok pergi meninggalkan kami semua. Atok tidak lagi menjabat sebagai imam di kampung nelayan, sekarang diganti oleh pak Ngah. Dia hanya memantau dari belakang, bagaimana anaknya akan memimpin kedepannya nanti.
Apa yang paling kalian tunggu disetiap lebaran? Menunggu amplop hari raya? Aku juga sama.
Aku paling menunggu kepulangan atok dan pak Ngah dari masjid, ya begitulah. Mereka adalah orang terakhir yang akan meninggalkan masjid, disaat orang lain sudah selesai bermaaf-maafan satu keluarga kami masih lagi menunggu para lelaki hebat kami pulang dari masjid.
Riuh rendah suasana rumah pak Ngah, karena kami semua berkumpul disini. Atok memang tinggal dengan pak Ngah, jadi semua keluarga mengunjungi atok dirumah pak Ngah. Atok selalu tersenyum lebar, apalagi melihat kebersamaan ini. Maka bertambah lebar senyum dan tawanya. Semoga kami dikumpulkan kembali didalam syurga.
Bulan Rabiul Awwal, tepatnya 8 hari bulan. Atok sakit pinggang, seperti biasanya beliau walaupun sakit tak seberapa dia tetap ingin anak-anaknya berkumpul. Kami semua datang menjenguk Atok yang sememangnya kami lihat tidak seberapa sakit, hanya candaan yang keluar dari mulut pak Ngah kepada ibu dan saudaranya yang lain. Pak Ngah memang orang yang murah senyum dan tawa, serta jenaka. Tak heran jika ucapannya selalu mengundang tawa.
"Jika kita ada ilmu pinggang, maka yang akan diuji ya pinggangnya." ucapnya sambil tertawa sembari mengurut pinggang Atok.
"Dimana dua anak itu?" Atok bertanya entah tentang siapa. Untuk menenangkan beliau, mak Tih hanya menjawab 'ada' kepada atok.
Bersambung....
*abaikan typo ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Big Family
General FictionFollow sebelum baca 😊 Cerita ini ditulis untuk mengabadikan moment dan melukis kenangan juga untuk mengenang mereka yang telah pergi, semua akan tertulis dalam cerita ini, tentang suka duka kehidupan keluarga besar itu.