DEKAPMU

246 31 7
                                    

Sudah hampir 4 hari Mario dan Julio mengunjungi desa untuk menengok Seno. Bocah itu tetap pada pendiriannya, beberapa kali anak-anak itu ikut bersama keduanya untuk mengunjungi desa. Jalan menanjak membuat Mario harus membawa Julio dalam dekapnya. Keduanya berhenti bersama anak-anak didepan rumah Seno.

"SENO AYO MAIN!!" Teriakan terdengar membuat Seno tersenyum dan berlari keluar rumah. Ia bersama teman-temannya berlari menuju keatas desa, tidak jauh dari rumah yang masih menjangkau pengawasan Mario. Abu vulkanik mulai mengepul namun ia mendapat laporan harusnya masih terlalu aman untuk erupsi.

Julio mengerti tentang kekhawatiran sang kekasih lantas mengenggam tangan yang lebih tua dan mengusapnya lembut memberikan ketenangan pada Mario. "mas, kalau kita harus pergi hari ini bagaimana?" Mario cukup tersentak ketika sang kekasih tersenyum sendu padanya.

"Aku tidak bisa berlari dan kamu akan sangat repot karnaku mas, seandainya terjadi tolong bawa anak-anak tanpaku ya?" Mario menggeleng ia menunduk menahan rasa sakit pada hatinya ketika Julio mengatakan demikian padanya. "Aku pastikan anak-anak selamat meskipun nantinya kita tidak akan pulang bersama mereka. Mas akan selalu menjaga kamu, karna kamu tanggung jawab mas."

Keduanya saling mendekap, masih sayup-sayup terdengar suara tawa anak-anak. Getaran membuat Mario berdiri dan melihat kearah atas gunung kala itu, kepanikan menderanya. Ia mengangkat tubuh Julio dan berlari keluar, ia bisa melihat anak-anak masih tertawa.

"SEMUA TURUN!! LARI KEBAWAH DAN CEPAT PERGI DARI SINI!" Anak-anak itu nampak panik dan berlari menuju mobil yang terparkir didekat gerbang desa. Namun Seno justru masuk kerumahnya "SENO! AYO TURUN!" Teriak Mario pada Seno yang berdiri didepan rumahnya dengan raut ketakutan.

Julio mengusap bahu Mario dan turun dari dekapannya. "Bawa seno ke mobil ya? Aku tunggu disini?" Mario menatap kekasihnya tak percaya namun ia segera membawa seno dalam dekapnya lantas mengecup kening Julio "tunggu aku, beri aku pelukan setelah ini." Pemuda manis itu hanya tersenyum dan mengangguk.

Mario berlari kencang dan meminta anak-anak menahan Seno. "Mas mario?" Mario tersenyum "Titip salam ya buat yang dipengungsian. Pak berangkat." Anak-anak itu mulai menangis ketika Mario kembali berlari memasuki desa yang mulai dilalap ganasnya erupsi.

Julio tidak berharap Mario kembali, ia tidak berharap Mario bodoh dan benar-benar menagihnya dengan sebuah dekapan hangat. Sudah dekat...

"JULIO!!" Pemuda manis itu salah, Mario tersenyum mendekatinya dan mendekap hangat Julio. Air mata seakan tak terbendung membuat isakan terdengar nyaring di telinga Mario. "Sudah tidak ada waktu.. Bagaimana ini?"

Mario hanya mengusap kepala Julio dan membawa pemuda itu kedalam rumah. Ia kembali memeluk erat pemuda manis pujaan hatinya itu. "tak apa, ada mas disini jangan menangis. Ayo pejamkan matamu." Mario melihat kearah jendela sebelum ikut memejamkan matanya dan mendekap Julio begitu hangat.

Beberapa Tahun kemudian

"Mengingat kembali erupsi besar gunung semeru terjadi beberapa tahun lalu, tim sar meninjau adanya 2 korban meninggal karna erupsi ini. Keduanya ditemukan disebuah rumah dengan posisi saling berpelukan. Hal ini menjadi sebuah temuan mengharukan saat itu."

Pemuda yang baru beranjak dewasa itu hanya tersenyum tipis ketika pundaknya ditepuk pelan. Dua buket bunga digenggamannya mengerat "Sen... Kamu masih merasa bersalah?"

Pemuda itu acuh dan berjalan mendekati rumah yang ringsek karna erupsi semeru hari itu, ia berjalan kedalam rumahnya dan meletakan buket itu diatas sofa, tempat kedua kakak tersayangnya duduk hari itu.

"Harusnya seno tau kakak dan mas mario akan tetap memastikan keselamatan seno tanpa memikirkan diri kalian sendiri, Seno egois ya"

Isakan mulai terdengar, namun teman-teman Seno tetap menunggu pemuda itu mengungkapkan segala rasa bersalahnya. Tidak mudah untuk menghilangkan rasa bersalah itu dari benak Seno. Maka izinkan Seno mengabadikan kisah keduanya dalam sebuah lukisan dan coretan tangannya.

End...

End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mario hendrawan . Julio Ardyantara

SEMERU ; MARKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang