A

28 1 0
                                    

Disebuah gedung kampus yang lumayan tua terdengar suara gaduh yang membuat malam yang gelap itu terasa mencekam.

"Lu mau kemana bangs*t! Lu harus mati!" Ucap laki-laki berbadan tinggi dan tegap itu.

"Bangs*t! Bilangin sama boss lu! Gue gak akan mati ditangan para bajingan kaya kalian!" Ucap perempuan yang memakai topi hitam dan tas Peaky hitam slingbag yang bertenger di bahu kananya.

"Jangan harap besok lu masih hidup! Hari ini lu harus mati! Bangs*t!" Dikeluarkanlah sebuah pisau yang membuat kilatan menyilaukan, tak diragukan lagi ketajaman pisau itu yang membuat Nina tidak gentar sekalipun.

"Coba saja bunuh gue brengsek!" Senyum miring ditujukan Nina, Nina sudah biasa melawan para laki-laki walaupun bertubuh gempal sekalipun. Bela diri yang diajarkan ayahnya sejak kecil sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidupnya saat ini.

"Anj*ng lu!" Dengan segera laki-laki itu berlari menuju Nina sambil memegang pisaunya yang siap untuk menghujam dada Nina dengan sekali tusuk.

Gerakan defend yang Nina respon dengan cepat membuat laki-laki itu kesal dan perkelahianpun tidak bisa dielakkan.
Perkelahian masih imbang walaupun Nina sudah sedikit limbung karena tenaga seorang perempuan berbeda dengan laki-laki.

"Hey! Apa yang sedang kalian lakukan?" Teriak seseorang dari kejauhan yang mebuat Nina lengah dan hal itupun menjadi kesempatan laki-laki itu untuk menghujani dada Nina dengan pisaunya.
Nina yang sadar langsung bergerak menghindari hujaman pisau ke dadanya naas pisau itu mengenai tangan kirinya.

"Brengsek!" Nina yang kesal melihat luka yang dalam di tangannya langsung menghujani pelaku dengan pukulan tangannya dengan penuh emosi.

"Lu harus mati! Lu udah bunuh Eri teman gue Bangsat!" Teriak pria itu sembari membanting tubuh Nina di lantai.

"Hey! Di wilayah kampus tidak boleh berkelahi!" Teriak laki-laki yang semakin mendekat.

Astaga! Nina mengenali suara itu. Suara Pak Ega yaitu dosenya sendiri. Kenapa tu dosen masih di kampus padahal sudah jam 10 malam.

"Brengsek! Kenapa ni dosen muncul!" Ucap lirih Nina yang terdengar si Laki-laki yang membuatnya tambah semangat untuk membunuh Nina! Atau bunuh saja dosen itu supaya Nina merasa bersalah dan menderita selamanya seperti yang dirasakan laki-laki sekarang ini.

"Kayaknya lebih seru membunuh dosen lu itu saja." Seringai yang menjengkelkan itu membuat Nina was was.

Dengan sigap Nina langsung membalikkan keadaan dimana laki-laki itu berada dibawah kungkungan Nina. Dengan sekuat tenaga Nina mencekik leher laki-laki itu dengan tangannya. Walaupun terasa nyeri dan keluar darah segar dari tangan kirinya namun Nina berusaha agar si brengsek ini mati.

"Hey! Lepasin!" Sebuah tangan mendorong tubuh Nina hingga membuat Nina sedikit terjungkal

Dengan sisa kekuatan Nina, langsung saja menarik lengan dosennya itu untuk berlari.

"Apa-apaan ini!" Teriak Pak Ega sembari menepis tangan Nina

"Udah Pak nurut aja, kita harus lari!" Sesekali Nina melihat laki-laki itu yang masih terbatuk-batuk efek cekikan Nina. Karena tidak ada waktu lagi Nina menarik dosenya agar berlari keluar kampus.

"Kenapa kita harus lari?! Kamu mahasiswa sini?!"
Pak Ega menepis tangan Nina yang membuat Nina berdecak kesal.

Kampus yang sedikit remang-remang membuat Ega tidak bisa melihat dengan jelas wajah Nina yg memakan topi dan masker hitam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

True LoverWhere stories live. Discover now