03 | Kesal

399 5 0
                                    

*

Ari dan Toni mengganggu Johan yang sedang duduk di taman depan kampus sembari membaca sebuah buku bersampul biru. Toni melempar bukunya ke rerumputan dan Ari menarik kacamata Johan.

"Sini cupu! Ambil kalau bisa!" kecap Ari mengangkat kacamata Johan.

Johan berdiri, berusaha merebut kacamatanya yang secara bergilir dioper seperti bola basket oleh Ari dan Toni.

"Lemah lo, jadi cowok," ucap Toni, menonyor Johan seenak jidat diiringi tawanya.

"Tolong balikin!" pinta Johan.

Dia masih berusaha merebut kacamata yang masih dilempar-lempar.

"Gue gak punya masalah sama lo semua. Kenapa lo semua ganggu gue?" lanjutnya lagi.

"Karena lo itu cupu, BEGO!" kata Toni, lagi-lagi menonyor Johan.

Johan mengehela nafas, saking lelahnya.

Toni melempar kacamata Johan ke sekitar bukunya. Lalu, dia pukuli perut Johan. Ari pun melakukan hal yang sama. Dan Johan tak melawan. Dia pasrah.

**

Dari sebelah timur Angel memperhatikan ulah preman kampus yang selalu menjahili Johan, lelaki yang dipandang  terlalu cupu dan lemah di mata Angel karena selalu diam saat ada yang mengganggu.

Dia muak dengan ulah Ari dan Toni yang berlagak sok jagoan. Saking muaknya, dia datangi mereka yang masih memukuli Johan secara bergilir.

"Heh, setan! Mau jadi jagoan, lo semua?" kata Angel melampiaskan rasa kesalnya.

Semua menoleh ke Angel.

"Eh, Angel. Kok, gitu panggilnya?" sahut Toni, nada bicaranya halus.

"LO SEMUA BANCI! BERANINYA SAMA ANAK CUPU!" kata Angel, sudah mulai marah sembari menunjuk-nunjuk mereka.

Johan tak ikut campur. Dia lebih fokus mencari buku dan kacamatanya.

"Songong banget lo, jadi cewek," celetuk Ari.

Angel menggenggam erat jari-jarinya. Emosinya menggunung tinggi, sudah tak terkontrol. Dia tonjok wajah Ari dan Toni. Sekali tonjok, darah mengalir dari hidung. Lantas ia pukuli perut mereka dengan kekuatan super. Mereka kesakitan.

"Kalau sampai gue lihat lo semua nge-bully dia lagi, gue gak segan-segan buat lo semua terkapar di rumah sakit!" tegas Angel, memberi peringatan.

Ari dan Toni pergi dengan tubuh lemas lunglai, setengah tak berdaya.

***

Johan sudah menemukan bukunya, tapi tidak dengan kacamatanya. Dia mengorak-arik rerumputan, mencari kacamata berlensa bulat, miliknya.

Angel berdiri di depannya dengan tubuh tegap, mata mengarah ke bawah memperhatikan Johan yang masih sibuk. Di tangan Angel terdapat kacamata Johan. Rupanya dia menemukannya.

"Lo cari ini?" tanya Angel sembari menunjukkan kacamata di tangannya.

"Iya, itu punya gue," jawab Johan setelah melihat kacamata di tangan Angel.

Johan berdiri, tersenyum padanya.

Angel menyerahkan kacamatanya. Raut wajahnya kesal, berasa ingin melempar dia ke kali tapi masih sadar diri, dia anak orang.

"Thanks, ya.

Angel mengangguk, namun giginya saling menggigit.

"Eh, cupu! Lo itu cowok. Kalau lo di-bully, ngelawan, dong!

Johan terpejam sebentar. Dia menatap Angel seraya memberi sedikit senyum.

"Gue gak bisa bela diri."

"Ya, minimal lo ngelawan, kek. Berusaha nyelametin diri. Kalah menang itu terakhir."

Johan tersenyum lagi.

"Tetap, gue gak bisa."

"Sumpah, gue tuh gedek sama cowok modal kayak lo," balas Angel seraya mendorong bahu Johan tak terlalu kencang.

SANG PEMIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang