Di dunia yang tiada kejelasan ini, faktanya kamu tidaklah sendiri. Terdapat berbagai makhluk lain yang tak sempat disadari. Ketika seseorang bertemu dengan makhluk yang serupa namun ternyata memiliki tujuan yang berbeda, akankah hal ini dapat diperc...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alunan nada simphoni mengalir mengacaukan kesibukan dari sudut kota. Tumpukan kantung koin menggiurkan orkes kecil yang sengaja mensyairkan melodi dengan wajah lusuh nan rapuh. Terdengar dering bel sepeda seorang gadis yang seketika mengalihkan perhatian. Gadis itu pun menghentikan roda sepedanya dan menyisihkan dua buah koin kepada orkes kecil tersebut. Sembari membawa keranjang ayaman rotan, dia segera menghampiri pedagang susu perah yang berada di samping penanda jalan.
"Sebentar lagi senja segera terganti ya, Nyonya Mill. Seperti biasa, perbanyak vanilla dibandingkan coklat karena kukis hangat akan segera matang, " sapa gadis itu.
Tidak berselang lama, tampak kumpulan gagak pencuri ikut memasang tatapan tajam ke koin perak yang tesimpul erat dipinggang para turis mancanegara yang sengaja ingin merasakan hangatnya kota usang yang dijuluki kota Obsolete ini. Dan entah darimana, tampak seekor gagak hitam berlurik silang putih di dahi mengepakkan sayapnya melintasi kota. Menurut legenda secara turun-menurun hal ini dipercaya sebagai tanda kesialan, bencana, bahkan kematian. Kemunculan gagak misterius di pasar cinderamata itu seakan menghentikan putaran waktu. Senja sekejap seolah terhenti. Semua pasang mata melirik ke tanah memalingkan raut wajah takut mereka. Sudah memang sewajarnya, hal ini dilakukan agar terhindar dari malapetaka yang sebentar lagi akan muncul di tengah kota.
Suasana bertambah mencekam akibat perbuatan turis yang mengangkat dagunya melirik gagak dengan mimik muka yang bingung.
"Dasar turis, betapa angkuhnya dia. Tunggu saja, ajal akan menghampirinya," seorang pedagang mengutuk turis tersebut.
Entah sengaja atau tidak, perbuatan semacam ini benar-benar tindakan tercela dan dianggap angkuh dihadapan sang gagak. Malapetaka benar-benar menghampiri turis itu. Sepertinya apa yang dikutukkan tadi segera dimulai, semua pasang helai bulu gagak berdiri tegak bak duri yang bersiap menusuk dalam peperangan. Dalam sekejap mata, gagak berlurik silang putih seakan mengomandoi kawanan untuk menerkam pria kekar dan tegap dengan coat perak berkilau yang semakin membakar amarah unggas pembawa bencana itu.
"Semoga Tuhan melindungi nyawanya," salah seorang pegadang sempat mendoakan pria tersebut.
Doa itu seketika mengetuk hati seorang gadis berambut hitam terurai. Rasa cemas bercampur khawatir tercampur aduk memengaruhi gadis tersebut.
wuussh...
Serangan meluncur secepat gelombang supersonic menarget ke arah turis pria tersebut.
"Angkat dan buang sampah itu," suara gema memecahkan suasana yang diyakini ialah perintah dari gagak berlurik silang putih yang bahkan tidak membuka paruhnya sedikit pun.
Kepakkan sayap melesat dan sekumpulan gagak menenggerkan kuku tajamnya mengangkat pria itu sampai ke udara. Gravitasi seolah telah lenyap dan diserap oleh kumpulan unggas pembawa bencana. Herannya, si pria hanya terdiam tanpa perlawanan atau mungkin sekarang ia sedang takut ketinggian. Gagak lurik putih segera mengepakkan sayap diiringi para gagak yang mengangkat pria tadi menuju kearah jurang di ujung kota. Dengan refleks, gadis tadi mengayuh sepedanya dan mengiringi secara diam-diam.