BAGIAN 4 🌵HIDUP🌵

72 20 88
                                    

Happy reading guys!
No plagiat!

🌵🌵🌵

Motor ku sampai di garasi rumah dengan pemandangan yang disuguhkan Ayah sedang duduk sembari menyesap rokok dan secangkir kopi hitam kesukaannya. Menatap dalam ke objek depan mata.
Teman kantor Ayah sering memanggil dengan sebutan Abah.

Sudah tak segan lagi buatku untuk duduk menemani nya. Anak-anak orangtua angkat ku laki-laki. Yang satu kelas menengah atas dan yang satu lagi menempuh kuliah di Universitas Widyatama jurusan pariwisata. Tak heran karena kepala keluarga ini basicnya perhotelan. Sedangkan Aku? yang diberikan kejutan oleh Tuhan menjadi pegawai hotel.

Sruppp (suara air kopi di isap)

"Gimana kerja hari ini? Mudah?". Ucap suara berat nan dingin.

" Ya, a little bit". Jawabku mengangguk

Ayah angkat ku ini tidak banyak bicara, dia type orang yang berbicara seperlunya. Pendiam, segala pekerjaan harus dikerjakan dengan baik. Tak hanya kerja di hotel, pria berusia 42 tahun ini mengelola Perternakan seperti Ayam, burung-burung diantaranya burung love bird, Anis merah, sampai burung dengan harga jutaan yaitu burung murai batu yang panjang ekornya 30 cm.

Dan yaps!! Aku juga diberi ilmu gimana cara berternak, mengurus burung, memandikan, dll. suatu hari Aku lupa memasukan burung ke Ruangan yang khusus burung sampai malam tiba, burung masih menggantung diluar ditempat biasa menjemur burung. Hehe dan alhasil kena Omelan besar

Tidak ada lagi pembicaraan, kami sama-sama diam dalam keheningan. Aku mulai menyibukkan diri dengan handphone digenggamanku. Jam sudah menunjukkan tepat pukul setengah delapan malam, hawar-hawar suara bising terdengar dari dalam. Ku melirik kearah jendela besar sebagai pembatas garasi dengan dalam rumah. Ternyata ibu ku sedang bersenda gurau dengan bunda yang tak lain ibu angkat ku. Disamping nya ada wanita paruh baya sedang mendengarkan percakapan. Aku sering memanggil nya Nenek, jalannya pakai tongkat, tidak bisa berjongkok, wajahnya masih tampak segar dengan sedikit keriput, tangannya begitu lembut. Karena dulu Ia guru, begitu dicintai oleh suaminya tidak diperbolehkan memegang cucian, barang berat. Namun, suaminya meninggalkan ia lebih dahulu yang berakhir dengan dibutuhkannya seseorang untuk menemani dan mengurus wanita paruh baya itu. Orang yang dipekerjakan nya itu yang tak lain adalah ibuku.

Berakhir dengan keluarga ku yang dibawa kerumah besar ini. Siapa yang tahu takdir? Tidak ada. Seperti aku yang semasa sekolah mencita-citakan sesuatu, belajar dengan giat dan selalu menjadi juara umum. Ternyata begitu lulus keadaan menjeratku. Ibuku bercerai dan mempunyai anak dari hasil pernikahan nya yang kedua, pergi kerja ke bali bersama adik perempuan ku yang masih balita, Aku tinggal bersama nenek, kakek juga adik laki-laki ku. Dari sana Aku mulai merubah tujuanku, selalu berdoa semoga ada keajaiban dan bisa membantu ibu.

Tentang Ayah kandungku? Ayahku menikah lagi, dengan wanita beranak 2. Di sela-sela sekolah ku, beberapa pekerjaan Paruh waktu ku ambil salah-satunya menjadi admin di toko baju, SPG di Jogja, sampai menulis batu nisan Aku ambil demi mempunyai uang pegangan.

Suara berat lagi-lagi terdengar di keheningan.
" Gimana suara Murai hari ini?. "

Dalam hati Aku tahan gejolak yang memaksa untuk keluar. Pertanyaan yang selalu diulang kalau kami duduk berbarengan. Yaps! Aku kadang malas men-deksripsikan. Hehe

"Masih malu bersuara. Bunyi kalau di tutup kelambu kandang, kalau ditutup suara nya bagus lembut dan lama" Jawabku padat dan jelas.

Pria Empat Puluh Tahunan di samping ku mengangguk-angguk sembari menyesap rokok yang hampir habis.

BANDUNG & CERITA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang