“Forgive me if I hurt you, I'm too happy to be by your side.”
→• ✿ •←
Di bawah atap sekolah lagi-lagi (Name) menghela napas lelah.
Sebenarnya pacarnya itu pacaran sama dia atau sama game sih?
"Nagi~" Pemuda itu hanya berdehem, masih fokus dengan handphone-nya.
Karena kesal (Name) cepat-cepat memakan makanannya di kantin dan tidak memedulikan Nagi lagi.
"Pacaran sama game sana!" ucapnya sedikit keras sebelum kembali ke kelasnya.
Nagi mengalihkan atensinya sejenak. Tapi tetap saja, beberapa detik kemudian dia sudah fokus pada game-nya lagi.
Dia dan Nagi sudah menjalin hubungan selama setengah tahun, tapi tetap saja bukannya menghabiskan waktu bersamanya pemuda bersurai putih itu malah sibuk bermain game online.
Pernah satu waktu dia sudah menunggu di sebuah kafe untuk kencan, namun ditunggu selama tiga jam yang ditunggu justru memberinya pesan bahwa dia lupa karena bermain game.
Jika terus begini (Name) menjadi malas. Apa hubungannya akan berakhir karena dibuat feeling lonely sama Nagi gara-gara game?
Kan ga logis.
"Emangnya game lebih penting dari aku ya?"
"Nagi lagi (Name)?"
"Biasa, Re," jawab (Name) menidurkan kepalanya di atas meja sembari menatap bangku sebelah tempat Reo Mikage duduk.
"Nagi tuh masih sayang sama kamu."
"Bohong ah." (Name) membalikkan kepala ke arah sebaliknya karena malas dengan Reo yang sama sekali tidak membantu.
"Bener! Dia keburu salting makanya dia ngalihin sama game, (Name)!" Sekarang giliran Bachira komen.
"Kalian sok tahu semua."
"Kalo bener traktir makanan kantin selama seminggu, ya!" Anak satu ini lagi, ngelunjak.
"Dih? Mau morotin aku?"
(Name) memutar bola matanya malas. Ia membuka handphone-nya dan memilih untuk menonton anime yang baru saja tayang tadi malam.
Daripada pusing-pusing memikirkan Nagi, ia lebih baik pusing memikirkan teori-teori diluar nalar dari anime yang ia tonton.
Walau sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, ia harap ucapan Reo dan Bachira adalah hal yang benar.
