→• ✿ •←
Tower Of God ©SIU
"You're gone, but my feelings for you will never."
→• ✿ •←
Di bawah rembulan buatan di menara lantai 2, seorang pemuda bersurai biru termenung.
Surainya yang lembut berayun senada dengan angin malam yang berhembus.
Lamunannya berakhir tatkala seseorang datang di sebelahnya dan ikut menatap langit yang sama dengannya.
"Aku penasaran, apakah bulan yang asli itu sangat cantik seperti Tuan Khun?"
Sang empu menoleh, "Aku laki-laki."
"Tapi Tuan Khun cantik."
"Baik, terserahmu saja." Ia menghela napas pasrah.
Setiap kali pertemuan, yang selalu gadis itu ucapkan tidak jauh-jauh dari memujinya cantik ataupun mengagumi kecantikannya.
Ia tahu dirinya itu sangat tampan, tapi pujian 'cantik' baginya itu baru pertama kali. Namun bukannya merasa marah, ia justru merasa sedikit senang tatkala gadis itu mengatakannya.
Kalimat yang terlontar dengan ekspresi ceria serta senyuman lebar yang terlukis manis di bibir itu membuat Khun selalu terpesona.
Saat pertama kali bertemu ia tidak pernah menyadarinya. Saat sang gadis berlumur darah di lantai ujian, kesan pertamanya adalah-
Monster.
Namun apakah monster bisa berubah menjadi malaikat seperti yang ia lihat kini?
Menyadari Khun yang terus memandangnya, (Name) menatap balik. "Ada apa? Apa Tuan Khun baik-baik saja?"
Mulut pemuda itu terasa kaku. Ia ingin berkata bahwa tidak ada apa-apa, namun yang keluar justru kata-kata seperti-
"Kau cantik."
Menyadari yang baru saja terucap, Khun mengalihkan pandangannya dengan cepat setelah melihat wajah terkejut milik gadis di hadapannya.
Rasanya sedikit malu dan jantungnya berdegup lebih kencang.
Jika dilihat lebih detail, telinga pemuda itu memerah meski ia mencoba menetralkannya dengan deheman.
Keheningan itu terus berlanjut. Sebuah kepala menyembul dari bawah, membuat Khun terkejut dan mundur satu langkah.
"Bukan aku yang cantik, tapi kau!"
"Bisakah kau tidak mengejutkanku, (Name)?"
"Eh? Aku mengejutkanmu, ya? Duh, maaf deh."
Sejak kapan dia tidak memanggilku Tuan Khun lagi?
Tak berminat merespon (Name), ia kembali menikmati angin malam yang berhembus. Sesekali iris indah itu melirik sang gadis yang juga menikmati malam.
Rambut (e/c)-nya berayun bebas, Khun menatap parasnya yang menenangkan meski mata gadis itu tertutup rapat.
"Tuan Khun."
Sang empu sontak mengalihkan pandangannya ketika iris (Name) perlahan terbuka.
"Kenapa?"
"Jika aku pergi lebih dulu, kau akan menangis tidak?"
Khun yang mendengar itu sedikit membisu sebelum menjawab.
"... kenapa menangis? Tidak ada untungnya buatku."
"Jahatnya~ Kukira hubungan kita spesial."
"Spesial?"
"Hubungan pertemanan antara aku dan pria cantik!"
Lagi-lagi dia dipanggil cantik. Namun kali ini sebuah senyum sendu terlukis. Sangat tipis hingga (Name) tidak menyadarinya.
Hubungan pertemanan, ya?
Aku memang tidak berharap apa-apa, tapi kenapa rasanya sedikit kesal?
"Aku mau kembali," ucap Khun yang berbalik dan beranjak menuju ke kamarnya.
"Oh ya Tuan Khun."
Yang dipanggil berhenti, menoleh untuk melihat (Name) yang kini menatapnya.
"Semoga kau lulus ujian besok pagi!" seru sang gadis sembari melambai-lambaikan tangannya semangat, satu tangan yang lain berada di belakang tubuhnya.
Khun membisu. Ia menatap (Name) yang masih melambaikan tangannya dengan bahagia.
Dengan jaraknya kini, pemuda bersurai biru itu dapat melihat (Name) dari ujung kepala hingga kaki. Namun kali ini terasa sedikit aneh.
Seperti seseorang yang akan menghilang jika ia mengalihkan pandangannya barang sedetikpun.
Tak ingin dicurigai, Khun mengangguk kecil dan meninggalkan gadis itu sendirian dengan perasaan yang aneh.
Kuharap kau juga lulus, bersamaku dan Bam.
→• ✧ •←
"Yang kau ucapkan saat itu ... ternyata semua itu firasat?"
Iris kobalt yang menampakkan kesedihan yang samar. Sang pemuda menutup kedua matanya dan menghela napas panjang.
Ingatan yang coba ia pendam kini kembali muncul.
Ia memandangi langit malam lewat teras.
Langit malam yang menjadi saksi bisu percakapan terakhir dengan sang gadis.
Sebuah kekehan keluar dari bibirnya, "Aku terlambat menyadari bahwa aku jatuh padamu, (Name)."
Sekarang semua sudah terlambat. Ingatannya terputar tatkala Michelle Light alias Rachel memberitahu bahwa ia diserang oleh banteng saat ujian dan kedua orang berharganya tewas.
Tentu saja Khun tidak akan memercayai itu.
Namun fakta bahwa gadis itu tewas tetap tidak berubah.
Saat ia tahu Jue Viole Grace adalah Bam, Khun berharap bahwa seseorang yang juga ia tunggu masih hidup bersama sahabatnya selama ini.
Tetapi semuanya hanya harapan yang tidak terwujud.
"... maafkan aku Tuan Khun, Nona (Name) tewas karena mencoba menyelamatkanku saat itu."
Perasaannya kacau. Ia mengusap kasar surai birunya.
"Jika aku pergi lebih dulu, kau akan menangis tidak?"
"... kenapa menangis? Tidak ada untungnya buatku."
Sial.
Sepertinya kali ini seorang Khun Aguero Agnes tidak akan menepati ucapannya sendiri.
Iris yang biasanya tampak datar dan memikirkan berbagai hal kini hilang.
Tangannya mengusap kasar cairan bening yang hampir membasahi pipinya. Perasaan ini membuatnya menjadi lemah, ia tidak menyukainya.
Perasaan yang malah tumbuh menjadi lebih besar ketika orang yang ia nanti justru hilang dan tidak akan kembali.
If time could be turned back, I promise to protect you with all my life.
→• end •←
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐧𝐞𝐬𝐡𝐨𝐭! 𝐌𝐚𝐧𝐡𝐰𝐚, 𝐚𝐧𝐢𝐦𝐞 × 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
FanfictionYa gitu, males. Ga buka request dan up sesuai mood