Dimensi Tentangmu

15 7 1
                                    




SUBANG sedang berangkat menuju senja tatkala seorang lelaki kumal yang sedang dalam perjalanan ke sebuah acara reuni teman semasa smp. Tubuh kurusnya dibalut jaket denim belel. Rambut ikal sepundak hampir menutupi seluruh wajahnya yang entah kapan terakhir kali ia cuci. Sepatu kets lusuh mengiri langkahnya ia edarkan pandangan, mencari teman di antara kerumunan orang yang ada di kedai kopi di daerah Cikalapa.

Di ujung lorong, kakinya tertambat pada rak buku yang menyediakan beberapa karya penulis lokal terkenal. Hari ini adalah hari keberuntungannya, entah beruntung atau memang sudah jodoh. Dari semua buku yang ia lihat, ada satu buku yang menarik perhatiannya, buku yang berjudul "Konspirasi Alam Semesta" karangan Fiersa Besari itu pun membuatnya terhanyut dalam buku tersebut, tatkala seorang pria berambut gimbal datang dan menepuk pundaknya.

"Anteng banget kayaknya? ayo anak-anak nungguin tuh" sapa si pria gimbal. Dua lelaki itu berjalan menuju sekumpulan orang yang sedang ramai berbincang ria.

"Nah yang ditunggu datang juga!" Ucap pemuda klimis itu sembari menjabat tangan dengan dua lelaki tersebut.

"Apa kabar? udah lama gak ngumpul bareng." Sapa si pemuda klimis sambil menjabat tangan lelaki kumal.

"Alhamdulillah baik, iya nih terakhir kita kumpul waktu jaman covid kan ya? Hahaha." Mereka bertiga tertawa sambil mengenang kenangan mereka semasa sekolah.

Lagu pop yang diputar menggunakan speaker yang bak sebesar gaban dalam kedai kopi itu membuat suasana semakin ramai. Beberapa orang berbincang, beberapa lagi tengah asyik berfoto untuk diposting ke social media nya masing-masing.

Bunyi suara kamera dari ponsel genggam seorang wanita bertubuh mungil menarik perhatian lelaki kumal tersebut, "Eh kamu ngapain asal foto-fotoin orang," ujar lelaki kumal.

"Hahaha sorry, aku lagi ngabarin ke temen ku kalo lagi ada acara reuni. Kamu masuk frame, gapapa kan?"
"Oh santai aja, saya kira ada apa main foto-foto aja".

Di tengah asik nya obrolan sang lelaki kumal dengan teman satu geng nya semasa smp, "Ji! temen ku ada yang minta spill kamu nih." ucap si wanita mungil tersebut seraya teriak ke arah lelaki kumal.

"Hah? maksudmu apa?" lelaki kumal belum bisa mencerna omongan dari si wanita mungil itu.

"Iya, foto tadi aku kirim ke temenku, salah satu temen ku ada yang salah fokus ke kamu tuh," jawab si wanita. Disaat mereka berdua berbincang mengenai spall-spill itu, dan terdengar oleh lelaki gimbal dan si pemuda klimis.

"Bah, ada yang minta spill kau rupanya," ucap lelaki gimbal sembari mengejek lelaki kumal tersebut, "Hahaha laku juga rupanya kau Van, ku kira barang antik macam kau gak bakal ada yang mau." Sambung pemuda klimis seraya menyebarkan hal itu kepada teman-teman yang lain.

"Ah apa sih, lagian bener kata kamu, Pam. Perempuan mana yang mau sama saya."

Di pojok ruangan, lelaki itu salah tingkah. Apa yang harus ia lakukan pikirnya, "Udalah Van, rejeki orang habis ditolak tuh, Gas aja." Tepuk pria gimbal sembari menyadarkan lelaki kumal yang sedang terhanyut dalam pikirannya.

"Apalah kau ini, ikut campur urusan orang aja" lelaki kumal itu mengerutkan dahi tanda tak suka dengan candaan temannya tersebut.

"Hah, kamu habis ditolak rupanya? cocok dong kayaknya sama temenku, apalagi posisi kalian hampir sama. Bedanya kamu ditolak, sedangkan temenku nggak direspon sama gebetannya." Sambung si wanita mungil yang entah datang dari mana.

"Iya Fit, kebetulan kemarin baru aja diusir dari rumah cewek yang saya suka, padahal niat urang cuma mau ngasih gift valentine doang." Lelaki kumal itu menjawabp sembari mengingat peristiwa pahit yang dialaminya semalam.

"Hahaha lucu Fit, semalem dia udah kayak orang baru selesai ngelahirin, bawa motor aja lemes banget untung aja gak jatoh" ucap si pria gimbal seraya menrangkul temannya tersebut yang mendapat penolakan semalam.

"Mau ku kasih nomornya? barangkali kamu mau nyoba deketin dia gitu, Van" wanita mungil itu menawarkan kesempatan emas untuk lelaki kumal yang telah mengalami patah hati itu.

"Nggak Fit, kejadian kemarin aja masih belum bisa bikin urang move on dari dia. saya takut kalo nanti ngedeketin temen maneh itu malah dikira cuma buat pelampiasan." Jawab si lelaki kumal yang melamun sembari memainkan cangkir kopi pesanannya.

"Ada benernya sih Van, tapi kan yang kemarin itu gak suka kau, beda cerita kalo sama yang ini. Dia suka, siapa tau ujungnya baik? Kau gak bakal tau kan kalo gak nyoba?" Pria gimbal mencoba meyakinkan temannya yang sedang patah hati tersebut.

Acara reuni pun berjalan lancar, temu kangen kepada masing-masing teman telah tersampaikan, dan perbincangan seputar kejadian semasa smp yang mereka lewati menjadi topik utama dalam acara tersebut. Semua orang pulang ke rumah masing-masing, hal umum yang biasa terjadi di setiap acara adalah nebeng, hal yang normal bagi beberapa kalangan termasuk mereka.

"Fit, pulang sama siapa?" Tanya lelaki kumal kepada wanita mungil yang sedang berdiam diri dipinggir jalan sembari menunggu angkutan umum, "Eh Van, lagi nunggu angkot nih nggak ada yang lewat daritadi." jawab wanita mungil sembari melihat ke keramaian jalan raya mencari angkutan umum.

"Ya udah lah, pulang bareng sama saya aja. Toh, rumah kita se-arah kan"
"Wih boleh tuh, peka juga kamu, Van"
"Hahaha, saya kan dari dulu emang peka jadi cowo teh"
"Hmm iyain aja deh"
"Ya udah, kebetulan saya bawa helm dua juga buat jaga-jaga ada yang nebeng"
"Sip udah paling bener nebeng sama kamu, Van"
"Iye udeh banyak cincong, cepetan naik udah gerimis nih."

Di dalam perjalanan yang diiringi gerimis membasahi tubuh dua remaja tersebut, lelaki kumal mencoba membuka topik obrolan dengan menanyakan teman si wanita mungil tersebut.
"Oh iya Fit, temen kamu tuh gimana orangnya?" tanya si lelaki kumal dengan penuh rasa penasaran.
"Cie penasaran juga kan kamu, dia orangnya lucu, baik, tinggi, putih, ditambah rambut dia itu pendek jadi bikin dia tambah lucu." Jawab wanita mungil dengan semangat.

"Temen deket kamu itu teh, apa gimana?"
"Iya, kebetulan kita satu organisasi. Ya intinya dia tuh separuh nafas aku, Van."
"Halah lebay banget kamu." Dua remaja itu pun tertawa seraya hujan telah membasahi sekujur badan mereka.

"Oke sip, dah sampe."
"Gak kerasa ya, makasih loh Van udah mau nganter sampe rumah,"
"Santai Fit, lagian searah juga jadi kenapa gak sekalian aja gitu kan."
"Hahaha iya deh, eh iya kalo kamu mau kontak dia nanti ku kirimin, oke? jangan sungkan udah nanti ku bantu soal pdkt doang mah gampang."
"Iya bawel dah, yaudah saya mau cabut sekarang takut makin gede nih hujan. Duluan, Fit."
"Hati-hati di jalan, Van!"
Sesampainya dirumah, lelaki kumal bergegas membersihkan tubuh yang sudah kelewat lusuh akibat terlalu aktif saat acara tadi.

Selesainya lelaki kumal tersebut membersihkan seluruh badannya, ia langsung mengambil ponsel genggam yang tergeletak di meja makan.

"Fit, btw urang penasaran mau nyoba kenalan sama temen kamu tea"
"Cie gengsi mu tinggi juga ya, Van"
"Udah lah, to the point aja deh ya saya mau kenalan sama temen kamu soalnya penasaran sama apa yang kalian omongin tadi soal dia".
"Iya deh iya Van, nih nomernya intinya satsetsatset aja sama dia mah. Nanti aku bantu juga kok" balas wanita mungil itu seraya memberikan nomor hp temannya.
"Makasih ya! Nanti kalo ada apa-apa saya mau ngabarin kamu"
"Santai Van, sukses yaa!".

Setelah mendapatkan nomor hp si wanita tersebut, tidak menunggu lama si lelaki kumal pun meluncurkan aksinya.

"Permisi"
"Save nomor ku, ya!",
"Oh iya ini temen nya Fitri, makasih".
Tiga bubble chat terkirim sudah kepada sang wanita yang membuatnya penasaran setengah mati.

Tak berselang lama, ponsel genggam si lelaki kumal pun berbunyi.
"Oke".
Balasnya begitu judes bagi lelaki itu, ia kebingungan harus mengeluarkan topik apa dalam obrolan yang canggung tersebut.

"Jadi, punya nama?" seloroh sang lelaki.
"Ah, maaf. Diana Febrian."
Mereka kemudian langsung berbincang perihal kegiatan sehari-hari, hobi, dan makanan kesukaan masing-masing.
















21:05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang