- letter, bajak laut.

245 27 7
                                    

Dari jauh aku pandang dirimu, tatap dengan harap bagaimana punggung tegap itu akan peluk diriku. Namun, itu hanyalah angan berawal dari rasa cintaku padamu. Masih tercantum diingatanku lembaran berisi janji-janjimu padaku, tentang bagaimana kamu bilang, “Aku akan terus bersamamu, Reo.” Anehnya lagi, aku tertipu oleh dusta yang kamu ucapkan. Tuan Putri sempat bilang, bahwa iris ungu yang sempat kamu puji cantik ini kerap tatap dirimu semu; sendu bagai hantarkan pilu. Ciptakan canggung, rasa menyedihkan jikalau aku bilang sungguh rindukan tepuk hangat tangan itu di bahuku. Sempat pikir bahwa akan sangat menyenangkan apabila bisa elus surai putih tersebut, bukti usahaku untuk manjakan kamu, harta karunku. Padahal, aku dengan lembut jaga kamu, berbeda dengan dia yang rawat dirimu begitu kasar.

Seishiro Nagi, aku tanyakan hal ini padamu, apakah kamu pernah berasumsi bahwa sakiti aku? Aku juga ingin, kamu tatap layaknya kejar langkah Yoichi Isagi. Aku itu tak ada celah, namun mengapa kamu lebih pilih dia yang miliki rapuh. Bagaikan terjun bebas, lalu terluka, dan mati; aku tak mengerti tentang rasamu padaku. Aku renungkan semuanya, mungkin saja ada lubang dalam diriku yang buat kamu ingin tinggalkanku—biarkan aku luka sendiri. Nagi, hartaku, apa bagimu lihatku merangkak, mohon agar kamu tetap disisiku termasuk dalam kamus suka cita bagimu? Aku terluka, sebab kaca yang kamu hamburkan sembarang di bawah sana, seakan lupa bahwa hanya ada satu jalan untuk menuju kamu. Harap terakhirku hanya ingin kamu terima aku yang telah coba perbaiki diri, pahami isi hatimu; kendati dirimu tak tahu luka nan besar telah kamu cipta.

Bersama surat dengan pinta semoga kamu pandang aku penuh gemerlap, hantarkan semua pilu untukmu.

Untuk harta karun, dari bajak lautmu.

note: cerita ini tidak ada hubungannya dengan chapter sebelumnya.

Shortfic ›› Seishiro. N & Reo. MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang