II

16 5 0
                                    

"Ayah, ayah mau kemana?"

Ayah ku, dia membalikkan tubuhnya lalu menatap ku hangat, "ayah mau kerja buat kebutuhan keluarga kita, memangnya ayah mau kemana?"

Sebelah alis tipis ku terangkat, memasang wajah heran, "ayah tidak tau jika di luar sana ada pembunuh? Kita tidak tau mereka akan kembali lagi atau tidak___" ucapan ku terpotong.

"Maka dari itu, karena kita tidak tau kapan mereka akan kembali, waktu akan sia-sia jika hanya untuk menunggu" sahut ayah, dia menghampiri ku membelai surai coklatku, lalu memelukku.

"Jangan khawatir semua akan baik, ayah akan berlindung jika sudah ada sirine yang berbunyi, doakan ayah" dia melepas pelukannya, kembali mengarahkan kaki ke arah pintu, sebelum pergi dia berucap, "bilang ke ibu, ayah kerja dulu. Bilang ke dia jaga kalian baik-baik selama ayah pergi" setelahnya dia menutup pintu, tanpa sadar dia pergi dari tempat ini untuk selamanya.

Saat dia sudah pergi dan menutup pintu, tanpa sadar aku menampar wajah sendiri, sakit. Ntah apa yang ku pikirkan sehingga membayangkan dia tidak akan kembali lagi pulang. Aku tidak boleh berpikiran negatif seperti itu lagi.

Aku menghela nafas pelan, melihat ke arah jam. Masih pukul 5 pagi, namun melihat cahaya matahari diluar seakan menunjukkan sekarang menunjukkan tengah hari, aku gelisah. Memikirkan hal buruk lagi, lalu menampar wajah ini sekali lagi.

"Dek makan!" ibu memanggil, lantas aku menyahutnya, bergegas menuju dapur. Sekeluarga besar juga sudah disana, terkecuali ayah.

"Ibu, ayah pergi untuk bekerja, dia menitipkan salam padamu" aku menyampaikan pesan ayah padanya, tapi ibu terlihat tidak peduli.

"Oh begitu, yasudah ayo makan" senyum ibu ramah, aku terheran. Kenapa ibu tidak khawatir di saat ayah pergi bekerja di keadaan mencengangkan ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu hal tidak di inginkan menimpa ayah?

"Apakah ibu tidak khawatir?" Tanya ku, Saat aku menanyakannya, ibu memberhentikan aksinya. Sekeluarga di meja ini menatap ku tajam seperti seorang pemburu yang mencari buruannya. Ku garuk tengkuk leher ku tidak gatal, aku risih dengan tatapan mengerikan mereka.

Anehnya, seperti menyadari akan suatu hal, ibu melihat ke arah ku lembut, "ibu juga khawatir, ibu menutup kekhawatiran ibu dengan tidak membahas ini.. dan kau membahasnya. Ibu semakin khawatir dengan keadaan ayahmu__" jawab ibu sedikit menangis, saudara perempuan ibu menghampiri nya. Menguatkannya lalu mengajaknya menuju kamar, satu persatu keluargaku beranjak pergi, tanpa melihat ke arahku mereka berlalu begitu saja, sampai pamanku berkata tanpa melirik.

"Jika kau kembali dengan menjadi seperti ini, maka itu sia-sia"

Denyut nadiku berdetak dengan cepat setelah mendengar perkataan dari paman, entah kenapa kata-kata itu membuat hatiku merasa janggal. Ku eratkan genggaman tanganku pada celana yang ku gunakan, sedikit meringis___

"Fucking bullshit. Ada hal yang aneh, dan ku pastikan bahwa mereka bukan keluarga ku. Dan dunia ini bukan dunia ku"

...

Hal aneh??

Past or future??[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang