Bab 01

22 1 1
                                    

"Ah kau sudah sadar kah?"

Delta mengerjap-ngerjapkan mata sejenak, mencoba bangun seketika meringis.

"Lebih baik kau istirahat lagi, lukamu lumayan parah."

Delta menurut, kini menatap pemuda asing lima tahun lebih tua darinya. "Kupikir nggak akan selamat."

"Kau sungguhan korban pembunuhan berencana?" Pemuda yang belum diketahui namanya, kini duduk santai di kursi sembari bersedekap dada.

"Iya, efek permasalahan keluarga yang memuakkan. Intinya, nggak enak terlahir di antara kerabat yang gila harta."

"Hoo, anak konglomerat kah?"

Anehnya, Delta malah cemberut. "Meski begitu, aku nggak terlalu obsesi dengan harta. Intinya, masih memilih hidup low profile."

"Hee, kau berbeda dari anak tajir lain. Bagus sih, karena spesies yang besar kepala itu memuakkan."

"Boleh aku memanggilmu kakak?" Delta bertanya dengan tatapan penuh harap. "Oh iya, nama kakak siapa? Kalau namaku, Delta."

"Terserah."

Delta mengulum senyum. "Aku sayang kakak."

"Ya, ya." Pemuda yang mendadak dianggap kakak, hanya membalas sebisanya. "Memangnya, kau nggak punya kakak?"

"Ada dan itu rahasia." Delta melirik serius. "Kakak belum jawab. Nama kakak siapa?"

Pemuda asing yang menolong Delta berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Entah, terserah kau saja."

"Kakak nggak punya nama?" Delta heran.

"Ya. Jadi, hanya menggunakan inisial."

Delta penasaran. "Inisal huruf apa?"

"A."

"A? Agak aneh kalo manggil Kak A, gimana kalau Alfa?"

"Terserah."

Delta malah terkekeh. "Kakak kenapa pake masker hitam? Atau memang sengaja make terus?"

Alfa berdeham sejenak. "Sengaja, karena aku nggak terlalu suka dikenal."

Delta mengiyakan saja. "Kakak Alfa."

"Ya?" Alfa heran, dengan Delta.

"Aku cuma mau manggil doang."

Alfa mendengkus, memilih pergi. Teringat masih ada yang harus diselesaikan.

"Kakak mau ke mana?" Delta tidak suka ditinggal, di satu sisi karena baru mengenal. Tidak mungkin menahan kesannya mengekang.

"Menyelesaikan sesuatu." Alfa melirik serius. "Kau pulihkan diri dulu, baru kau pulang."

Delta malah murung. "Kalau misalnya, aku mau sama kakak aja, boleh?"

"Yang ada bikin masalah, dan aku akan dianggap pelakunya."

"Iya sih, tapi aku muak tinggal di sana, abisnya terus diteror!" Delta sebal. "Jadi, boleh ya? Aku sama kakak di sini?"

"Terserah."

Delta kembali sumringah. "Makasih! Aku sayang kakak!"

Alfa hanya berdeham dan benar-benar pergi.

Tidak terasa sudah cukup lama, Delta bersama Alfa. Bahkan, luka yang dialaminya telah sembuh. Buktinya, bisa berkeliaran bebas.

Delta mencari ke penjuru rumah, bisa dikatakan rumah Alfa itu sederhana tetapi luas.

"Kakak?"

Namun, belum ada sahutan. Delta tidak menyerah dan terus mencari keberadaan kakak kesayangannya.

"Apa?"

"Ih kakak ngagetin aja!" Delta sebal, seketika mematung. Tidak menyangka bisa melihat langsung wajah Alfa.

Habisnya, selalu ditutupi masker. Setiap kali dirinya ingin lancang melepas, selalu digagalkan oleh Alfa.

Sial!

"Kakak kenapa nutupin wajah? Padahal kakak tampan loh!" Delta melompat ke arah Alfa.

Alfa refleks menggendong, agak terusik ketika wajahnya digerayangi.

"Selain aku, ada yang lain udah melihat wajah kakak?" Delta penasaran, kenapa Alfa sampai menutupinya.

"Bos dan kau aja."

"Hee, gitu ya?"

Alfa menurunkan Delta, dan pergi. Akhirnya, pasrah karena Delta selalu menempelinya.

"Bisa kau berhenti menempeliku terus?"

Delta malah bebal. "Kenapa?"

"Bukan apa-apa, pokoknya jangan menempel terus." Alfa geram sendiri, bahkan mengusap kasar wajahnya.

"Tapi, Delta suka! Makanya pengen meluk kakak terus!" Benar saja, kembali menghamburkan diri pada Alfa.

"Ah—kau ...." Alfa tadinya ingin menepis tangan Delta, habisnya menggerayangi wajahnya terus. Malah, mematung.

Pasalnya, Delta—

Menciumnya!

"Uh jangan memancing!" Alfa kesal sendiri, tetapi tidak mengira kalau Delta akan memulai duluan.

"Eeh, jadi kakak suka denganku ya?"

Alfa melengos. "Nggak!"

"Boong! Ayo kakak ngaku aja!" Delta girang, karena ternyata rasa sukanya tidak sepihak.

Semenjak ditolong, Delta sudah jatuh hati pada Alfa. Habisnya, dibuat penasaran terlebih lagi soal wajahnya, makanya terus menempeli dan lancang.

Akhirnya, bisa melihat langsung dan semakin membuatnya suka.

Sial!

Alfa selama ini menahan diri, karena perbedaan status. Intinya, masa iya orang asing sepertinya hanya karena menolong, bisa dengan mudah memiliki lelaki manis.

Ya, bagi Alfa. Delta itu manis, apa lagi saat masih tidak sadarkan diri. Alfa yang mengurus dan mengobati langsung. Intinya, melihat langsung tubuh polos Delta.

Delta mendusel pada dada bidang Alfa, kebetulan tengah bertelanjang dada. "Aku suka aroma tubuh kakak."

Alfa tersentak, akhirnya menarik napas sejenak. Mulai memberanikan diri untuk bertatapan.

"Kakak?" Delta heran, ketika Alfa mendadak jadi berbeda. "Ka—ngh!"

Serangan tiba-tiba dari Alfa, mendorong kasar hingga telentang di lantai, dan dibungkam dengan ciuman panas.

Delta terengah-engah, tetapi girang karena ini nyata.

"Selama ini aku menahan diri, tapi kau terus saja menempeliku!" Alfa memilih pergi.

"Aku sayang kakak, lebih sayang dan bukan sebatas kakak adik."

Amaidevil
See ya!

Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang