"Ah kau masih hidup, artinya kau mau menerimaku kan?" Kenan, kakak sepupunya. Ternyata menyukai, tetapi demi obsesi terhadap harta. "Uh udah lama nggak melihatmu, kau semakin manis."
Delta beringsut, tetapi gagal karena dicekal duluan oleh Kenan.
"Kau menolak lagi, ya mati sungguhan."
Delta menepis kasar, dan berhasil menjauhkan diri. "Aku nggak peduli, dan aku nggak yakin kalian bisa membunuhku."
Semenjak kepulangan Delta, Alfa sedikit bebas dari Dave. Kini semakin berkeliaran demi misi. Alfa kembali berbaur di kota, ini karena ada misi dari Dave. Patner seks bubar, dirinya menjadi tangan kanan Dave.
"Membunuh kepala keluarga konglomerat, kah? Dan konglomerat itu Julian?"
Delta kini bersama kakeknya, Albert Julian.
"Kakek senang, kau masih hidup, karena kau satu-satunya yang cocok memiliki semuanya." Albert muak dengan yang lain egois sekali.
Bahkan, Albert sendiri hampir mati oleh mereka.
"Aku tau, meski nyawa terancam." Delta sedih karena Aletta Julian—neneknya, meninggal, dan Albert selamat. "Oh iya, kakek."
Albert mengernyit, saat Delta membisikkan sesuatu.
"Bukan aku aja, tapi sama kakak juga."
"Maksudmu?"
"Nanti." Delta mengira, orang tuanya sudah menceritakan soal Alfa masih hidup.
"Kau harus cerita sekarang, takutnya kakek keburu mati sungguhan!" Albert geram dengan Delta.
Delta baru sadar, suasana biasa tetapi tegang, banyak pengawal pribadi Albert, berbaur biasa dengan pengawal kerabat kecil, walau sebenarnya mereka saling berkelit dan bersiap membunuh target.
Intinya, dalam rumah besar Julian, selalu fase pertempuran, kelicikan, fisik, dan lainnya.
"Bukan mereka, tapi orang asing. Kakek dapat info dia menyewa orang lain."
Alfa sungguhan berdiri di rumah besar Julian. Juga, kenapa Dave malah menerima permintaannya, padahal tahu incarannya itu keluarga Julian—keluarga dirinya.
"Dave sialan!"
"Minggir kau! Gembel sepertimu kenapa ada di sini?" Kenan si sepupu egois, yang hendak memasukan mobil dari bagasi terusik dengan Alfa.
Alfa masih mengamati dan tidak menggubris. Hingga mendapat kabar dari Dave, kalau maksudnya itu menerima dengan dalih membantunya balas dendam.
"Ada apa Kenan? Kenapa kau berisik!" tegur Kevin.
"Ada gembel di depan rumah, Yah!"
Alfa tidak terusik, di satu sisi mereka memang tidak mengenalnnya.
"Dia bukan gembel!" Delta muncul, mengira kalau kebisingan yang dilakukan Kenan hanya omelan pada gembel lain.
Tidak disangka, ketika iseng mengintip ternyata kakaknya.
Kenan geram, melihat Delta mendekati si gembel.
"Kakak sungguhan kan!" Delta memeluk tak peduli tatapan heran para tamu, yap rumah besar Julian sedang ramai.
Alfa hanya berdeham, kemudian melepas dan pergi. Ah melainkan, mengawasi dari jauh, tetapi—
"Ayo kakak masuk!" Delta menarik Alfa.
"Siapa dia?" Albert bingung, ketika Delta menarik seseorang.
"Kakak. Yang menolongku juga."
Perkataan Delta sukses membuat kerabat egois melirik tajam, mulai menebar ancaman pada Alfa.
Bagaimana kalo mereka melihat wajahku?
Alfa tak terancam, malah muak.
Albert masih bingung, karena belum dijelaskan oleh Dalton. Ditambah, sulit melihat wajah Alfa karena mengenakkan masker.
"Siapa namamu?"
"Nggak ada."
"Heee beneran gembel! Buktinya nggak punya nama!" Kenan kembali berulah.
"Nggak ada bukan berarti nggak punya." Alfa tidak mengira keadaan keluarga kandungnya akan runyam seperti ini.
Pada akhirnya, Alfa membiarkan diseret ke manapun oleh Delta. Juga, mengetahui yang memberikan pilihan pada Delta adalah Kenan.
"Kakak cemburu?" Delta iseng bertanya, saat tadi Kenan kembali mendekatinya.
Alfa melirik sejenak. "Nggak."
Delta senang, semakin melendot. Berniat melepas masker Alfa, lebih dulu dicekal.
"Diem."
"Ah kakak nggak seru!" Delta sebal. "Oh iya, kakak bilang, nggak punya nama bukan berarti nggak punya. Artinya ada?" Delta sengaja, sekaligus mencari tahu.
"Karena Dave mengcuci otakku."
Delta mematung, begitu juga dengan orang tuanya yang kebetulan melintas dan mendengar. Mereka baru saja ingin bertemu dan memastikan langsung, apakah Alfa adalah Alexian.
"Dave? Siapa?" Delta penasaran.
"Oh dia bos, gila dan mafia." Alfa melirik serius. "Dia pernah menjadi dominanku."
"Eh? Dominan itu artinya kakak ...." Delta tidak mengira.
"Dulu, sekarang udah nggak. Dave sudah menemukan seseorang yang menarik dariku. Lagi pula, aku lebih cocok jadi dominan."
"Berarti kakak tau rasanya dong?" Delta terkejut.
"Ya." Alfa lega, karena jujur.
"Oke, kakak harus jawab lagi." Delta melirik serius. "Nama kakak siapa?"
"Kenapa emang?"
Delta mendadak kikuk. "Nggak boleh tau kah?"
Alfa mendengkus sejenak. "Kau sedang mencoba membuktikan sesuatu dariku kan?"
Delta mematung.
"Jadi, sungguhan?" Alfa sengaja menekan, karena berhasil menebak kalau Delta sudah tahu soal jati diri asli dirinya, sebagai kakak kandungnya.
Delta kikuk, akhirnya memilih mengalihkan pembicaraan. "Ibu ayah! Sini ada kakak!"
Alfa menyadari kehadiran mereka—orang tuanya, tetapi saat ini belum bisa—
"Liat!" Delta berhasil melepas paksa masker Alfa.
"Al-Alexian ...."
"Ah iya, itu memang namaku."
Mereka bertiga mematung.
"Itu juga dikasih tau Dave." Alfa memakai kembali maskernya. "Aku nggak mengira kalau kalian keluargaku."
"Uh jadi kakak udah tau?" Delta pikir tidak.
"Kan udah kubilang, itu Dave yang ngasih tau. Soal nggak punya nama, memoriku dulu dihapus. Dave mencuci otakku, demi kepuasan dan keselamatanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku!
Random"Boleh aku memanggilmu kakak?" Delta bertanya dengan tatapan penuh harap. "Terserah." Delta mengulum senyum. "Aku sayang kakak." "Ya, ya." Pemuda yang mendadak dianggap kakak, hanya membalas sebisanya. "Memangnya, kau nggak punya kakak?" "Ada dan it...