1. Nama Lo Siapa?

2 0 0
                                    

"Mama, besok Kakak bisa gak ya dapat teman baru? Habisnya Kakak 'kan pindah sendirian, gak ajak teman untuk pindah bareng," ucap seorang perempuan berpakaian piyama yang sedang meremas ujung bajunya. Wajahnya menunjukkan raut wajah khawatir dan sedikit takut.
"Jangan khawatir gak ada apa-apa, kok! Kamu harusnya semangat, kamu bisa buka lembaran baru di sekolah baru. Kamu harus belajar buat berteman dengan banyak orang baru, jangan mendekam di satu lingkungan saja." balas seorang wanita yang berumur 40 pertengahan ini sambil mengelus pundak sang putri, ialah sang mama. Mama dari seorang perempuan muda, Cillia Mauvi Valentina.

"Mama, kira-kira mereka mau temenan sama Kakak gak, ya?" Sang anak bernama Cillia ini masih menanyakan hal yang sama, wanita berbadan agak tambun ini memeluk putrinya dan memberinya nasihat sekali lagi, "mau dan tidaknya mereka berteman denganmu adalah urusan belakang, lagipula tujuanmu pindah untuk apa, Kak? Masuk PTN bukan? Kamu harus fokus pada tujuan awal, Mama dan Papa bayar mahal sekolah ini agar kamu dapat jalan yang lebar untuk tembus PTN."

"Iya, sih."
"Benar lah!"
"Kalau gagal masuk PTN?"
"Habis ceritamu, nak."
"Hanya bertanya Mama!"
"Haduh! Nak, sudah ya. Gak usah kamu pikir berat, sekarang sudah larut, sikat gigi langsung bobo ya, nak?"
"Iya ma. Goodnight mam..."

Cilla beranjak dari tepi kasur dan meninggalkan kamar orang tuanya, dari balik pintu kayu putih itu ia bersandar sambil menggigit ujung kuku jempolnya, pikirannya sedikit kusut. Apakah ia sanggup berteman dengan orang-orang baru? Apakah akan ada perubahan di kehidupan barunya ini? Entahlah.

Cilla hanya bisa berdoa. Berharap setidaknya besok tidak turun hujan dan bisa duduk di bangku yang ia mau.

Semoga besok gue bisa betah satu hari aja, takut banget rasanya.

Ya hanya itu.

☘️

TRING TRINGG!!
CTEK!

Alarm berbunyi dan menunjukkan waktu tepat pukul setengah 5 pagi. Cillia masih berusaha membuka matanya yang seperti terlapisi lem, susah sekali untuk dibuka, sebab matanya masih menolak untuk melihat cahaya.
"Tidur gue kurang nyenyak," ia berkata dengan nada yang parau sambil mengusap-usap wajahnya.
"Gue mau ngabarin Ran dulu deh," ia melanjutkan sambil meraba-raba permukaan nakas disamping kasurnya untuk meraih benda pintarnya.

Tik tik tik

Rania

Me
Ran, gue tau lo belum bangun
Cuma gue takut bgt gatau kenapa?
Padahal masuk kelas aja belom..

Me
Lu bales ya anj klo udh bangun, jangan bikin gue nunggu"

Ia mengetik tiap kata-kata sambil mengernyitkan dahinya, karena ia masih berusaha membuka matanya perlahan-lahan. Rasanya sedikit silau dan sakit.

Namun tak sampai beberapa menit akhirnya ia berhasil membuka kedua matanya meskipun rasanya berat, kemudian ia berkaca dan melihat dirinya yang masih berusaha mengumpulkan nyawa dengan rambut yang semerawut. Ia berkaca selama lima menit, kemudian ia menyunggingkan senyum kecil kepada dirinya sendiri dan berkata, "sekarang identitas lo baru. Gak bakal ada yang kenal siapa lo yang dulu, sekarang waktunya lo bikin cerita di SMA." Sehabis itu ia pun bergegas mandi dan menyiapkan pakaiannya, baru saja membuka knop pintu kamar mandi, Mama sudah berada di dapur dan memasak sarapan. Tercium aroma ayam goreng dan bau sambal bawang yang melayang-layang di udara.

"Nanti makan ini ya, nak. Kalau mau sambal buat bekal saja, jangan makan sambal pagi-pagi."

"Iya ma, mau mandi dulu."
"Seragammu sudah mama gantungkan di tiang baju," ucap Mama yang membuat Cillia sedikit terkejut, sudah disetrika? Kirain gue masih di jemuran belakang. Nyokap gue gercep amat!
"Oke ma, makasih ya ma."

Youth! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang