01.

46 21 36
                                    

Assalamu'alaikum
Hai apa kabar?
Ini cerita sah milik saya dan doakan supaya bisa sukses sesuai harapan.
Jangan lupa follow. Hargai penulis dengan memberikan dukungan seperti vote setelah membaca dan komen jangan lupa.

Jangan skip narasi agar mengerti alur cerita.

Mari kita awali karir kita sejak dini!

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01. Masalah.

"Dia bukan senja yang asli, sinarnya berlalu begitu saja dan tidak menghangatkan luka. Dia adalah angin yang sekedar singgah kemudian pergi tanpa kata."

Suara sirene ambulans kian menggelegar nyaring sepanjang jalan kota Bandung. Lalu lintas yang padat kini membuka jalan yang lebar untuk mobil kesehatan berwarna putih tersebut. Mobil itu telah ditumpangi oleh dua orang perempuan dan seorang lelaki yang tengah terbaring lemah. Darah segar tak ada hentinya mengalir dari tubuh sang korban. Beberapa menit yang lalu, lelaki itu mengalami kecelakaan.

"Ando jangan tinggalin Luna, " lirih gadis polos itu sembari memegangi pipi sosok yang dipanggilnya Ando. Tangannya gemetar karena terlalu panik melihat kekasihnya yang terbaring mengenaskan.

Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit. "Maaf kami berusaha semaksimal mungkin tetapi tuhan telah berkehendak. Ajal lebih awal menjemput anak ini." Dokter itu terus berucap maaf kepada keluarga pasien. Dia tidak bisa menyelamatkan Ando sebab beberapa luka tusukan  di bagian perutnya.

"Dokter aku gak becanda dok, Ando masih hidup kan?" tanya gadis itu lirih sembari mengguncang badan dokter tadi. Orang-orang hanya bisa menatap gadis itu dengan perasaan haru. Mereka pasti tahu betapa sakitnya berada di posisi Luna.

Tangis pilu keluarga Ando ikut mengiringi pemakaman. Mata sembab serta isak tangis berpadu menjadi satu kala nisan bertulis nama Ando Alexander terpasang. "Napa bukan lo aja yang mati, kenapa adik gua hah? Emang benar kata orang, lo itu cuman pembawa sial, Luna! "

***

Dua tahun berlalu begitu cepat. Kepergian Ando selalu berbekas di hati Luna. Saat ini, gadis itu tengah menikmati kue macaron rasa matcha, sembari duduk di salah satu kursi taman kota Bandung. "Ando apa kabar? Luna kesepian tau," lirih gadis itu. Pada detik beritkut, matanya beralih menatap sinar senja yang perlahan mulai meredup.

"Dia bukan senja yang asli, sinarnya berlalu begitu saja dan tidak menghangatkan luka. Dia adalah angin yang sekedar singgah kemudian pergi tanpa kata. Tuhan kenapa ambil Ando cepet banget?" monolog Luna sembari terus memasukkan kue ke dalam mulut.

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang