.
.
.
"ayolah luffy, ayah tak ingin kau menghabiskan waktumu hanya untuk belajar. bagaimana kalau kita jalan-jalan keprancis? ayah dengar Ratatoullie disana lebih enak"
"tidak ayah! walau sebenarnya aku ingin. tapi aku juga ingin menikmati masa remaja ku seperti anak-anak sekarang"
luffy akhirnya pergi meninggalkan dragon yang tak bisa berbuat apapun
"sudahlah uegenne, luffy sudah besar" ucap garp sambil menepuk pundak sang anak
"singkirkan tangan ayah yang penuh snack itu! dan lagi nama ku dragon, bukan uegenne"
"dia tumbuh sangat cepat" ujar garp dengan sedih
ini pertama kalinya luffy naik angkutan umum, dan sialnya ternyata harus menempelkan sebuah kartu agar bisa naik bus itu
"hoe ayo cepat! atau aku akan terlambat bekerja"
luffy menjadi panik sendiri karena tidak punya kartu seperti orang-orang, sedangkan sang supir tampak tak peduli
"bocah, kalau tak punya uang jalan saja"
seorang pria tua berujar kasar sambil mendorong tubuh luffy agar minggir. hampir saja luffy tersenggal jatuh keluar dari bus kalau saja sebuah tangan tak terulur untuk menahan tubuhnya
"lo nggak pa-pa?"
"ah iya terima kasih"
laki-laki tadi menempelkan kartunya lalu menatap luffy bingung
"tunggu apa lagi? "
"eh itu. aku tak punya kartu"
"buruan naik, gue yang bayarin kursi lo"
"benarkah! terima kasih banyak kak"
akhirnya, berkat bantuan laki-laki itu. luffy bisa sampai ditujuannya dengan lancar
"astaga! aku belum mennanyai nama kakak itu"
karena berpisah dihalte ini, luffy sudah tak bisa bertanya nama penolongnya karena bus itu sudah melaju
Benar saja. hari pertama kuliah luffy terlambat yang untung saja tetap diijinkan masuk
"kau benar-benar mirip garp"
"eh! pak sengoku kenal kakek saya?" luffy kaget saat dosen yang memintanya untuk membawa bukunya mengenal kakeknya
"tentu saja, kami dulunya teman dekat" dosen dengan nama sengoku itu tampak sedikir terkekeh mungkin saja mengigat masa lalu
"bagaimana kabar garp? apa dia masih hidup" tanya sengoku sambil memberikan sebungkus rice crackers pada luffy
"di sangat sehat, bahkan pukulannya masih sangat sakit walau sudah sangat tua" ujar luffy sedikit kesal
lagi-lagi sengoku tertawa, dia tak menyangka akan menjadi dosen cucu dari teman dekatnya dulu
"kalau begitu saya pergi dulu pak, terima kasih atas snacknya!"
.
.
.
sembari menunggu kelas selanjutnya, luffy memutuskan untuk kekantin.
walau saat ini sedang jam masuk kuliah kantin tetap ramai, bahkan tubuh luffy yang terbilang tinggi terdorong kebelakang akibat tobrosan
"oe, ngantri dong!" kesal luffy
"haaa?!"
seisi kantin menjadi hening, bahkan anak-anak yang tadinya bergerumun sedikit memberi jarak antara luffy dan laki-laki besar yang menubruknya tadi
"lo ngomongin gue. bocah!?"
"tentu saja! semuanya sudah mengantri panjang tapi lo malah nyerobot!"
laki-laki tadi memojokkan luffy hingga punggungnya menubruk dinding dingin, walau tinggi luffy itu 170-an dia masih tampak jauh lebih pendek dari laki-laki tadi
"jangan membuat masalah kidd, kau baru saja masuk setelah diskor"
tampak seorang laki-laki dengan rambut pirang menahan laki-laki yang memojokkan luffy tadi lalu beralih pada luffy
"maaf dek, dia emang tempramental anaknya" ujar rambut pirang itu sambil tersenyum
"begitu yah. pantas saja rambutnya tajam kayak landak"
DUAKHH!
"SAKIIT!!!- OE KENAPA KAU MEMUKU--mmphh"
luffy meronta saat kepalanya dipukul dengan keras oleh laki-laki yang tidak ia kenal denga hidung nya yang sangaaaaat mancung itu
"hahha maafkan anak maba satu ini kak, dia masih belum tau aturan disini. saya akan menghukumnya--- oe cepat membungkuk!"
"haa untuk apa!?"
setelah dipaksa membunguk, luffy di bawa pergi dari kantin dengan paksa yang mana membuat seisi kantin lega karena kejadian seminggu yang lalu tidak terulang
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Hunters Hungry! [BXB AREA]
Teen FictionMenjadi yang paling muda dirumah membuat luffy mendapatkan apa saja yang dia mau, bahkan ayahnya akan melakukan apapun untuknya walau sekarang sudah berumur 18 tahun "luffy, kau yakin ingin kuliah? ayah bahkan bisa mengurus mu sampai tua. ayah banya...