Kini Yudha sudah duduk berhadapan dengan Jayden. Mereka sama-sama saling menatap sambil menyeringai. Di balik seringaiannya, Yudha sebenarnya sedang menyusun strategi untuk mengalahkan Jayden.
Yudha tahu betul bahwa Sakha sudah berusaha sangat keras dan sudah melatih kekuatan ototnya selama sebulan penuh. Hal itu membuat Yudha sadar akan sesuatu, bahwa untuk mengalahkan Jayden tidak cukup hanya dengan mengandalkan kekuatan semata.
Baiklah, kini Yudha sudah mendapat sedikit gambaran dan rencana. Pertama, karena ia tahu bahwa Jayden adalah lawan yang kuat dan permainan hanya dilakukan satu kali, maka ia akan berusaha untuk melakukan gerakan cepat begitu permainan dimulai.
"Siap?" tanya Jonthan sembari memastikan posisi tangan kakaknya dan Yudha sudah benar. "Tiga, dua, mulai!"
Sial! Yudha sudah mengerahkan seluruh kekuatan tangannya di awal pertandingan dengan tujuan ingin menjatuhkan Jayden dengan cepat, tapi ternyata untuk mengalahkan Jayden tak segampang bayangannya. Alhasil, kini Yudha hanya bisa bertahan mati-matian agar punggung tangannya tidak sampai menyentuh meja.
Sembari bertahan, Yudha mampu mendengar sayup-sayup teriakan dari orang-orang yang menonton. Yudha yakin, sebagian besar dari mereka pasti saling bertaruh. Ia sendiri tidak yakin bahwa mereka akan memprediksi dirinya akan menang.
"Mau bertaruh 1M? Aku yakin kali ini Yudha akan menang," ucap Jonathan pada Rendi, teman sekelasnya.
"Siapa takut? Tapi kenapa kamu tidak mendukung kakakmu sendiri?" Rendi sedikit heran.
"Dia sudah kelelahan, sedangkan lawannya juga tak kalah hebat," jawab Jonathan dengan santai.
"Hmm, tapi aku yakin Jayden akan tetap menang," ucap Rendi tetap pada keyakinannya.
"Baiklah, ayo kita lihat!"
Tak disangka, percakapan Jonathan dan Rendi sampai ke telinga Jayden. Jayden sedikit geram saat mendengar percakapan Jonathan dengan Rendi hingga konsentrasinya sedikit terpecah. Tapi perkataan Jonathan ada benarnya juga. Benar bahwa ia sudah merasa lelah.
Yudha juga tahu bahwa dari sebelum dia datang, Jayden sudah mengalahkan tujuh orang termasuk Sakha. Pasti sekarang tenaganya sudah habis dan sangat terkuras saat melawan Sakha. Melihat wajah Jayden yang sudah terlihat lelah, Yudha segera melakukan gerakan top roll.
Yudha tersenyum senang karena perjuangan Sakha menjadi tidak sia-sia.
***
"Astaga! Ini luar biasa!" Sakha tidak bosan memandangi hadiah mobil yang baru saja diserahkan Jayden kepada Yudha. Yudha sendiri justru terlihat biasa-biasa saja. Jayden yang menyerahkan kunci mobil pada Yudha juga terlihat seperti menyerahkan sebungkus permen yang tidak berarti.
"Ambilah! Itu untukmu!"
Sakha kaget saat tiba-tiba Yudha melemparkan kunci mobil padanya. Dengan sigap, Sakha berhasil menangkapnya. "Kau sedang tidak bercanda, kan?"
"Aku tidak ingin mendapat banyak pertanyaan dari Si Paling Pintar. Bisa-bisa dia melaporkannya pada Ayah dan semuanya hanya akan menjadi rumit," jelas Yudha. Yudha bisa membayangkan bagaimana jika dirinya pulang dengan membawa dua mobil. Baskara yang selalu ingin tahu pasti akan menghujaninya dengan rentetan pertanyaan. Pada ujungnya, Yudha hanya mempunyai dua pilihan, berbohong jika ia menemukan mobil itu teronggok di pinggir jalan atau berkata jujur.
"Kau benar. Lagipula, mobilmu masih jauh lebih bagus." Sakha tak berpikir panjang dan langsung memasuki mobil itu dengan perasaan gembira.
"Tapi ingat! Kau harus memberiku contekan jawaban di ulangan Matematika besok pagi."
"Gampang!" ucap Sakha sebelum akhirnya melenggang pergi dengan mobil barunya.
"Dasar menyebalkan!" ucap Yudha sembari menggelengkan kepalanya. Setelahnya, ia memasuki mobilnya sendiri dan mengemudikan mobilnya menuju rumah, menerjang gerimis yang membuat malam semakin bertambah pekat.
Setelah sampai di rumahnya, Yudha melihat adiknya tertidur di sofa ruang tamu. Ia sejenak memperhatikan raut wajah adiknya yang terlihat sendu dan lebih pucat dari biasanya. Semakin diperhatikan, ia melihat suatu lebam kemerahan di area ceruk leher adiknya. Saat ia mendekati Baskara, Baskara tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
"Kakak? Kakak habis dari mana saja? Kenapa baru pulang jam segini?" pertanyaan Baskara membuat Yudha kesal. Yudha yang tadinya ingin mencari tahu asal muasal lebam kemerahan adiknya, menjadi urung untuk bertanya. Ia tidak ingin terlihat menjadi sosok Kakak yang peduli pada adiknya.
"Bukan urusanmu." Yudha langsung berjalan memasuki kamarnya. Yudha tidak tahu bahwa suatu hari, ia akan menyesali keputusannya barusan, termasuk keputusannya untuk menyerahkan hadiah mobil pada Sakha.
To Be Continued....
***
2-5-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Loser
FanfictionBagaimana cara Yudha memaafkan dirinya atas semua yang terjadi di sekitarnya? Ia tidak tahu. Yang Yudha pikirkan hanya satu, yaitu bunuh diri. Apakah Yudha akan berakhir dengan bunuh diri? Atau ada tangan lain yang bisa menariknya keluar dari sisi...