Keesokan harinya, Lisa yang baru saja bangun dari tidurnya, meregangkan tubuhnya dan otot-ototnya yang terasa kaku, Lisa membuka matanya, dan menyipitkan pandangannya ke arah tempat tidur Jennie, namun Jennie sudah tak ada di sana. Lisa melihat ruangan kamarnya yang kini tampak rapi, dan bersih. Jendela kamarnya yang tak pernah di buka kini telah terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari memasuki kamarnya yang biasanya gelap.
Lisa keluar dari kamarnya, matanya langsung tertuju pada Jennie yang nampak cantik dengan rambutnya yang di ikat satu tengah menjemur baju di depan rumahnya. Pandangan Lisa teralih ke seluruh rumahnya yang nampak sangat bersih, semua jendela di buka, dan angin segar di biarkan masuk. Senyum Lisa terbit tipis, tak pernah terbayang jika rumahnya bisa akan senyaman ini.
" Kau sudah bangun?"
Lisa terpaku mendengar suara lembut seorang wanita menyapa pendengarannya. Wajahnya menoleh ke arah sumber suara, dan nampaklah Jennie di sana dengan senyuman manisnya.
" Jennie..."
" Hari ini aku tidak ingin makan mie, jadi ayo ke pasar untuk belanja." Ajak Jennie, dan senyum Lisa tampak terbit lebih lebar, perasaannya begitu senang pagi ini.
" Baiklah, aku akan ke kamar mandi sebentar, tunggu aku." Ucap Lisa berjalan berburu menuju kamar mandi, Jennie yang melihatnya pun menghela nafasnya pagi ini, pagi yang sempurna.
Di dalam kamar mandi, Lisa menggosok giginya, mencuci wajahnya, dan menambah parfum di tubuhnya walaupun dia belum mandi. Memperbaiki rambut dan poninya yang basah sedikit, namun tak masalah.
Lisa pun memasukkan kaos polos hitamnya ke dalam celana, dan berjalan menuju kamarnya. Jennie yang duduk di lantai ruang tengah sibuk mencatat sayur apa saja yang akan di beli dan tidak. Sementara Lisa yang sudah memasuki kamar, dia mencari sesuatu di dalam lemarinya. Lisa mendapatkan dompetnya, mencakar isinya, namun tak seberapa yang di dapat, hanya 200 baht, dan ini pasti akan sangat kurang untuk biaya mereka berbelanja di pasar.
Dengan raut wajah kecewa, Lisa menggapai-gapai atas lemari bajunya, dan mendapatkan celengan plastiknya, untung saja celengan darurat ini masih ada, Lisa pun membuka laci, dan mengambil gunting di sana, lalu menggunting celengan plastik itu, mengambil dana darurat di sana, Lisa mulai menghitungnya dengan wajah serius dan juga senang, karna ini jauh lebih dari apa yang di perkirakannya.
Ada 1800 bath.
Ini sudah lebih dari cukup.
Namun raut wajah bahagia di wajah Lisa langsung berubah ketika ia mengingat hutangnya pada Bambam, 5000 bath. Hanya tinggal seminggu lagi sebelum akhir bulan, dan bagaimana sekarang?
" Apakah sudah?" Jennie menghampiri Lisa di pintu kamarnya, membuat Lisa dengan reflek membuang celengan plastiknya ke bawah kolong tempat tidur.
" Ya, ayo!" Lisa menjawab, lalu memasukkan seluruh uang itu ke dalam saku celana jeans nya.
Lisa menggapai jaket kulit hitam yang ada di belakang pintu kamarnya, dan memakainya.
" Apa kau sudah mencatat semuanya, dan apakah itu harus?" Lisa melirik catatan yang ada di genggaman tangan Jennie.
Jennie mengangguk, dan tersenyum, " Ini sangat penting, untuk hemat."
" Semua orang pasti ingin memilikimu jika kau seperti ini." Lisa memuji, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jennie.
" Tak akan ada yang menyukaiku karna wajahku." Jennie berkata, namun sekarang dengan nada yang lebih riang. Seolah dia sudah menerima takdir yang membuat wajahnya menjadi seperti ini.
" Ada."
Jennie menoleh bingung pada Lisa, " Siapa?"
" Aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
RomanceWarning: GXG story!! * * * Di suatu malam yang dingin, sunyi, dan tenang, Lalisa yang baru pulang nongkrong dari base geng teman-temannya tak sengaja melihat sebuah kecelakaan, alias tabrak lari. Lisa menolong wanita itu, membawanya ke rumah sakit...