prolog

5 0 0
                                    


Ikara Sekar Adam

pasti lo tau nama bokap gue.

Layaknya marga, orang orang yang berkenalan dengan Ikara pasti langsung mengatakan " nama bokap lo Adam ya?"

Ikara muak mendengarnya. Ikara hanya bisa tersenyum tipis merespon pertanyaan semacam itu. Bisa bisanya seseorang yang baru berkenalan dengan Ikara selalu menanyakan nama ayahnya. 

Gadis itu menggosok giginya, dilanjutkan dengan mencuci muka lalu mengikat rambut panjang lurus nya dengan ikat rambut lucu berwarna pink.

Ikara selalu tergesa gesa untuk bersiap kesekolah, karena memang orang tuanya juga tidak begitu peduli pada Ikara. Bukan tidak perduli, lebih tepatnya Ikara yang selalu risih ketika diberi perhatian lebih dari orang tuanya.

Keluar dari kamarnya, dan mengambil kunci motor yang diletakan dimeja televisi.
Tak lupa Ikara mengambil bekal yang sudah disiapkan diatas meja makan dengan secarit kertas kecil. Seperti biasa pesan manis dari ibunya.

" Ini bekalnya kak, dimakan ya kak habisin. uang jajannya ada didalam kaya biasa ya kak. Semangat belajarnya cantiknya mama"

Ikara hanya membaca pesan itu dengan wajah datarnya.

" Mama ga cape apa ya nulis beginian" ucap ikatan menggeleng gelengkan kepalanya.

Ikara langsung berlari keluar rumah dan menyiapkan motornya untuk berangkat kesekolah.


Lagi lagi Ikara terkena macet. Rasanya ingin dirinya pergi jauh dari kota. Ikara sangat ingin tinggal jauh dari kota tanpa orang tuanya. Ikara sangat ingin hidup sendiri. Tapi karena masih apa apa minta sama orang tua, Ikara bisa apa nantinya ketika jauh dari rumah.

Ikara menghela napas " mampus deh gue kena omel lagi dah" keluh Ikara kesal sambil melihat jam tangannya.

" Karaaaaaa" panggil seseorang yang suaranya tak asing bagi Ikara.

Anak lelaki itu melambai lambaikan tangannya dari kaca jendela mobil lalu membuka pintu keluar dari mobil.

"pak langsung pulang aja ntar, Rian nebeng ma pacar baru pak  "

" Iya den, cantik pacarnya"

" Yoi pak" ucap Rian cengar cengir

Rian langsung bergegas berjalan menuju Ikara.

Teryata itu Rian teman sekelas Ikara. Pribadi Rian sangat bertolak belakang dengan Ikara.

" hi pacar baruku " Rian kini berperilaku genit menyapa Ikara

" Apaan si "

" nebeng dong ra, gue aja yang bawa motor gue bisa salip salip ngeng" ucap Rian tersenyum lebar sambil menaikan alisnya dan tangannya bergerak seperti Lika luka menandakan dia pintar menyalip.

Ikara mengerutkan alisnya " ogah ah lu ga bawa helm kan? gamau gue kena tilang"

"Ya elah ra, gue siap sedia. Ibarat moto ni gue itu udah sedia payung sebelum hujan"

" Mana?"

Rian menyengir melihat kanan kiri
" tunggu sini bentar" Rian lalu pergi dari hadapan Ikara.

Tidak sampai 5 menit Rian kembali ke hadapan Ikara sambil memegang Helm baru yang masih terbungkus plastik. Tak heran karena Rian adalah anak sultan. Jadi ada saja kemudahan bagi dirinya.

" Dapet dimana tuh?" Tanya Ikara

" Ya beli lah, lu ga liat ni masih disegel gini " Rian yang kini menyodorkan helm yang masih bersegel ke hadapan Ikara.

" Udah cepet udah jam berapa ini"

" Iya sabar neng geulis"

Rian kini langsung membuka plastik dan memberikan plastik kepada Ikara " pegangin, ga bole buang sampah sembarangan"

" So taat peraturan padahal ma ngelanggar terosss"

Rian tertawa kencang " dih fitnah banget lu "

" CEPETTTTT GASSS" Ikara yang kini sudah tidak sabar karena takut akan telat lagi kesekolah.

Rian langsung gas motor Ikara dan menyalip kendaraan lain barusaha agar tidak terlambat datang kesekolah.

Tapi untungnya sekolah Ikara Masi sering mentolerin keterlambatan siswa yang tidak begitu jauh waktunya sebab alasan
" Kejebak macet Bu"

Begitulah ujian awal keseharian banyak manusia yang menjalani hidup dikota.

Rian dan ikara berlari tergesa gesa menuju kelas mereka " cepet ra , udah mau masuk pelajaran Bu Maudy "

Ikara berlari sekuat tenaga mengejar punggung Rian didepannya. Untung saja lorong menuju kelas ikara hanya lurus tidak ada belokan.

drukkkk.......

Ikara bertabrakan dengan seseorang yang berjalan dari lorong samping yang membuat dirinya melepaskan bekal buatan ibunya.

" Sorry sorry " ucap ikara menunduk lalu kembali melanjutkan larinya.

"woi bekal lo ni.. " teriak anak lelaki itu mengingatkan tapi ikara tidak mendengar melanjutkan lariannya.










" Ikaraaaaaaaaa " panggil ami yang baru datang memasuki kelas sambil membawa totebag bekal ikara.

Ikara mengerut kan alisnya " ko bisa sama lu ?" tanya nya

"Gatau, tadi pas dijalan dikasih Zoni  katanya ini bekalnya ikara jatoh tadi, tolong kasih ke ikara ya" jelas Ami pada ikara menirukan ucapan Zoni

" Makasi ya " ucap ikara singkat mengambil bekal makannya.

Ami tersenyum lebar " sama sama ikara "

Ikara bersifat netral, ikara tidak memiliki teman yang sangat dekat dengannya. Muak saja rasanya, dulu ikara pernah mempunyai sahabat dan ikara pernah dikecewakan oleh sahabatnya. Sangat sakit rasanya dihianati seseorang yang dipercayakan sepenuh hati. 
Karena memang pada dasarnya manusia bisa berubah kapan saja.

Ikara lebih suka memendam perasaannya sendiri, tak suka banyak bicara. Banyak dampak buruk atas kepribadiannya pada dirinya.

" Pulang sekola mau main dulu engga ? " Ajak Ami pada ikara

" Sorry gue ada janji sama keluarga, lain kali aja" tolak ikara pada ajakan Ami .

" Okeii gapapa ikaraaa "

Bukan tidak suka berteman, hanya saja rasanya tidak memiliki tenaga untuk melakukan banyak hal bersama orang lain. Tenaga ikara lebih cepat terkuras ketika bersama orang lain. Ikara lebih cepat menemukan kebosanan pada dirinya.

Intinya, dirinya yang sebenarnya bermasalah. 







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang