Ini sudah siang. Hanya itu yang ia tau, tapi seseorang yang ditungguinya belum juga nampak padahal biasanya saat matahari sedang panas-panasnya begini, orang itu sudah terlihat diujung jalan yang ia intip lewat kaca jendela rumah.
Entah sudah berapa kali ia membuka tirai jendela atau sekedar mengintip lewat celah kunci pada pintu, sosok itu belum juga terlihat.
Atau mungkin ia salah waktu, tapi entahlah karena sebenarnya ia tidak tau mengenai waktu.Hanya saja ini sudah siang dan panas, kenapa belum juga datang? Perutnya sudah mulai merasakan lapar ingin memakan sesuatu seperti nasi putih karena sebenernya tadi ketika bangun, gorengan yang dibelikan Abang tidak cukup untuk membuatnya kenyang.
'Mungkin aku harus banyak minum' begitu pikirnya. Setelah minum pada gelas yang sudah ia tetapkan bahwa gelas itu hanya dipakai olehnya, ia kembali terbaring pada tikar yang tergelar didekat jendela.
Sembari melihat langit-langit atap rumah yang tidak tau apa warnanya tapi yang ia tau banyak rumput-rumpu kecil menjajar disekitar pinggir sudut-sudut atapnya.Ia kembali mengingat pesan yang disampaikan bapa tadi pagi sebelum berangkat kerja. "bapa nanti siang pulang bawa makanan, kamu jangan kemana-mana tutup pintunya." Iya sudah tau itu karena setiap hari itu yang selalu dikatakan oleh bapa. Tapi ini sudah siang dan bapa belum juga datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lieve
No Ficciónseorang anak yang menjalani kehidupan berbeda dari teman-temannya. saat usianya 8tahun,sudah harus mengalami apa itu kerasnya kehidupan.ditambah sosok ibu yang seharusnya menjadi sandaran dan tempatnya menangis ataupun mengadu tidak pernah ia dapatk...