"Ah." Yanjun tiba-tiba mengukir senyum lebih lebar yang terlihat begitu tampan. "Iya, aku sudah pernah tak sengaja bertemu dengannya beberapa bulan lalu, dia sudah menikah dan tengah mengandung."
Yanjun tiba-tiba tertawa.
"Padahal aku ingin menebus rasa bersalahku dengan mengajaknya balikan, tapi sepertinya dia sudah bahagia dengan orang lain, aku terlambat menyadari berlian sesungguhnya di hadapanku dan sekarang aku sudah benar-benar kehilangannya setelah menggores hatinya sangat banyak."
Aku termenung, hatiku bimbang. Mana yang harus aku bela, pasanganku atau kah idolaku?
"Zihao, maaf," ujar Yanjun, "tapi sepertinya kau sangat menyukai mantan-ah, maksudku Cai Xukun? Suaranya memang bagus, kok, dia cocok menjadi seorang superstar. Tapi jangan sia-siakan kehidupan pribadimu hanya demi seorang idol yang bahkan tak mengenalmu."
Aku tersenyum kecut, bukan karena dia membicarakan masa lalunya yang secara tak langsung menjelekkan idolaku, tapi aku merasa kesal ketika ingat Matthew tak bercerita apa-apa padaku setelah bertemu dengan mantan pacarnya. "Aku tahu, Lin Yanjun."
Cerita Yanjun tentang Cai Xukun tiba-tiba saja mengubah sosoknya dimataku yang semula adalah dewa tiba-tiba saja berubah menjadi buruk rupa. Berganti dengan pancaran sinar Matthew yang sehari-harinya selalu merawatku tanpa mengeluh dengan sifatku yang sedemikian rupa. Apa yang selama ini sudah aku lakukan Ya Tuhan?
Setelah pekerjaanku di Daegu selesai, aku berkemas untuk segera pulang, ada beribu kata tak terucap yang segera ingin aku sampaikan pada Matthew setelah sekian lama terpendam.
Namun ketika aku membuka pintu rumah mama, yang aku dapati hanya mama mertuaku yang tengah bersiap-siap untuk pergi.
"Mama, Matthew di mana? Aku ingin bertemu dengannya." Aku berkata dengan terburu-buru ketika tak mendapati sosok yang ku cari itu sejak tadi.
Mama menepuk pundakku lembut. "Tenangkan pikiranmu, Matthew ada di rumah sakit, dia baru saja melahirkan bayi kalian."
Hatiku yang semula tak sabar bertemu dan menatap wajah manisnya serta memeluk tubuhnya tiba-tiba bergetar tak menyangka, dunia seakan berhenti berputar demi melihat reaksiku semata.
Rasanya ada beribu palu yang menghujam ulu hatiku ketika menyadari bahwa aku sama sekali tak ada di sisinya pada saat-saat beratnya, aku justru sibuk bekerja dan memikirkan orang yang bahkan tak tahu aku hidup.
Suami macam apa aku ini?
"Apa-apa, apa dia ...?" Tiba-tiba cerita tentang karyawan kantorku yang tak masuk kerja karena istrinya meninggal saat melahirkan terbayang-bayang diotakku, seakan aku benar-benar amat takut jika aku berada diposisi yang sama. "Apa, Matthew ...?"
Mulutku tak mampu melanjutkan kata-kata, bahkan ketika menyebutkan namanya, bibirku bergetar ngilu.
"Anakmu berjenis kelamin laki-laki, Zihao. Matanya sangat mirip denganmu. Dia sehat dan tampan, selamat ya, sekarang kalian berdua sudah resmi menjadi sepasang orang tua."
Dunia tiba-tiba berubah gelap, seakan tiada kebahagian lain yang mampu membuat jantungku berhenti berdetak. Seiring dengan teriakan mama yang memanggil namaku, tubuhku ambruk menghantam keramik dan kesadaranku pun terenggut.
Ketika aku terbangun, aku sudah berada di ranjang rumah sakit, di samping ranjang Matthew yang tengah menggendong bayi kami.
Ketika melihatku membuka mata, laki-laki yang kini wajahnya pucat namun terlihat sangat bahagia itu langsung tersenyum. "Lihat, Sayang. Ayahmu sudah siuman."
Kini, aku tahu harus fokus dan mencintai siapa.
Seiring langkahku mendekati ranjang Matthew dan mencium kening bayi mungil kami, aku merasakan kehangatan itu menjalar ke dalam hatiku, perlahan-lahan, hingga seluruh tubuhku dipenuhi kebahagiaan tak terucap.
Aku beralih mencium kening Matthew cukup lama hingga keningnya yang lebat itu basah, dia agak sedikit terkejut akibat ulahku, aku pun sama terkejutnya dengannya, tubuhku seakan bergerak sendiri.
Kemudian ketika bayi kami menangis, aku dan Matthew sama-sama tertawa canggung cukup lama hingga keluarga kami datang dan bertanya kenapa kami berdua tertawa seperti orang gila.
Aku tahu, mungkin ini adalah awal yang baru bagi kami berdua dan kini aku pun tahu, aku bukan hanya saja dapat mencintai buah hati kami, tetapi juga orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk membawanya ke dunia ini.
Seok Matthew, kini aku tidak perlu menunggu esok atau pun esoknya lagi demi sebenih tunas cinta yang ku paksakan tumbuh dihatiku, karena aku sudah berhasil mencintaimu dengan sepenuh hatiku.
Aku harap, kamu pun juga sudah berhasil mencintaiku.
- Wang Zihao. 💌
♥♥ SELESAI ♥♥
Notes. Hehehe ... makasih atas vote dan komennya.
Silakan cek akun ini untuk membaca cerita lainnya, kemarin gue baru upload new story judulnya DIATAS NORMAL.
See you~~
WANG ZIHAO
SEOK MATTHEW
Remake ChenFanfic921
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe Tomorrow | Wang Zihao - Seok Matthew
FanfictionWarning: bxb Tag: Boysplanet *** Kedua orang tua Wang Zihao dan Matthew itu kolot, makanya mereka dijodohkan. Masalahnya, Zihao sudah menyukai orang lain. Bagaimana nasib pernikahan mereka?