Chapter 1

10 1 0
                                    

Suara langkah demi langkah mulai bergema di istana, ketika langit masih gelap gulita dengan bergantungnya bulan di atas menghiasi malam hari itu. Keributan kecil terdengar. Bisikan para pelayan yang berjaga di depan ruangan milik seorang pangeran terus terdengar. Pintu kertas terbuka dengan suara yang sangat kencang. Seorang pria paruh baya dengan pakaian khas hijau tua baru saja keluar dari ruangan tersebut. Wajahnya sangat terkejut dan kebingungan. Lalu muncul seorang dayang yang sepertinya baru saja berlarian di hadapan pria paruh baya tersebut, yang tak lain adalah seorang kasim.

Dayang tersebut menggeleng dengan wajah yang sama persis dengan sang kasim.

"DAEGUN-MAMA!" teriak sang kasim.

Jauh dari istana berada. Seorang pemuda dengan pakaian khas-nya sebagai bangsawan begitu sumringah melihat keadaan pasar di tengah kota. Sesaat ia menggaruk telinganya yang terasa gatal, seakan ada yang memanggilnya.

"Doryeonim, lihatlah perhiasan ini!" seru seorang penjual kepada pemuda tersebut saat menoleh ke dagangannya. "Anda harus membelinya untuk kekasih anda!" lihai sang penjual, terus membujuk pemuda itu.

"Aih. Sayangnya, aku tidak punya kekasih," ujar sang pemuda dengan senyuman miring.

"Eoh?" beo penjual. "Bagaimana dengan ibu anda, Doryeonim?" paksa penjual lagi. pemuda itu lantas tertawa remeh.

"dia mungkin akan menolaknya, dirumahku dia sudah mengoleksi berbagai macam perhiasan melebihi ini," sang pemuda itu lantas pergi mengacuhkan ekspresi kesal penjual. Kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi pasar tanpa arah.

•••

"Apa dia melakukannya lagi?" tanya raja setelah mendengar informasi mengenai putra keduanya yang melakukan keonaran kembali. Kasim Heo, pelayan pribadi di istana Pangeran Agung, mengangguk pelan. Setelah 2 jam bersama Dayang Kim untuk mencari keberadaan majikannya, Kasim Heo pun menyerah dan memberitahu segera kepada sang raja.

Putra Mahkota Tae yang juga berada di ruangan sang raja hanya bisa tersenyum kecil mendengar tingkah adiknya yang kembali membuat masalah. Raja yang menyadari senyuman dari putranya lantas mengerutkan keningnya. "Seja, menurutmu apa yang harus kau lakukan agar Daegun tidak membuat masalah lagi?"

"abbamama, menurut saya kita harus membiarkan dia,"

"membiarkan? Ini yang menjadi masalah. Sebagai pewaris tahta, seharusnya kau bisa memberitahukan kepadanya jika perilakunya bisa membuat masalah di istana," tegas raja. putra mahkota menghembuskan napasnya, menatap sang raja sejenak.

"Abbamama, saya belum menyelesaikan jawabannya," ujar putra mahkota. Raja menaikkan alisnya, lantas hal itu malah membuat putra mahkota tersenyum lebar. "saya tidak bisa menahan sifat Daegun yang selalu membuat masalah untuk terus bersikap terhormat di istana. Namun, saya bisa membantunya secara perlahan dan mencoba menerima sikap Daegun yang sangat berbeda dengan saya, bahkan mugkin saja dengan anda, Abbamama."

"Daegun juga seorang manusia, Abbamama. Dia memiliki kesempatan untuk bebas." Raja mengangguk pelan. Wajahnya nampak ingin membenarkan perkataan putranya, akan tetapi terlihat juga jika raja begitu ragu untuk bisa mengungkapkannya. "Daegun adalah Wangsil. Seja, bukankah kau sudah mengetahui sejak lama? Jika saja perilaku kita akan terus diawasi. Entah itu baik atau buruk, mereka akan terus memojokkan kita," jelas raja. Putra mahkota menyetujui perkatan ayahnya.

"Tapi, Abbamama. Seperti biasa, Daegun tidak mempedulikan perkataan orang lain," tegas putra mahkota masih membela adknya. Raja lantas menatap samar putranya itu dengan tatapan yng tidak bisa ditebak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Royal MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang