Kelas hari ini ramai sekali, sekarang adalah hari dimana kami memasuki kelas sebelas semester dua. Di semester satu kami menghabiskan dengan kegiatan PKL.
PKL adalah Praktik Kerja Lapangan, dimana kita belajar namun biasanya kita belajar disekolah tetapi PKL ini beda, kita belajar di luar area sekolah namun itu harus disesuaikan dengan jurusannya masing masing.
Jika jurusannya TKR tempatnya di bengkel mobil, TBSM di bengkel motor, Akutansi biasanya di kecamatan atau di balai desa, ATPH di persawahan, BDP di minimarket atau toko yang menjual barang makanan dan sejenisnya, dan yang terakhir TKJ di toko service komputer.
Lima bulan dihabiskan dengan PKL yang sangat sangat boring, lalu satu bulan nya di pakai untuk membuat laporan.
Ini yang membuat semua siswa siswi frustasi, karena harus bolak balik ke lab sekolah atau warnet hanya untuk mengerjakan sebuah laporan.
Tetapi ada satu lagi yang membuat hati gunda gulana, yaitu saat sidang. Ini momen paling menegangkan disaat itu, karena semua siswa siswi harus lulus sidang, jika tidak pasti ada konsekuensi nya.
Beruntung sekali jika mempunyai pembina dan pembimbing yang baik, karena itu akan melancarkan proses sidang.
Kini semua teman sekelas memiliki wajah baru, mungkin efek tidak bertemu setengah tahun. Dan pastinya mereka juga memiliki cerita dan pengalaman pengalaman terbaru.
Bisa dilihat sekarang hampir semua siswa siswi sedang membicarakan tentang bagaimana pengalaman pkl, mereka menceritakan kembali dimana masa masa senang dan sedihnya.
Namun tak lama dari itu terdengar suara ketukan pintu tiga kali, seketika semua kelas hening. Disaat semua nya sudah tahu siapa yang masuk ke kelasnya, lalu mereka pun berhamburan untuk pergi ke tempat nya masing masing.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab serentak, mereka semua sudah duduk rapih di tempatnya masing masing.
Sang guru masuk dengan membawa tas jinjing berwarna hitam, dan memakai baju batik hitam putih.
Lalu ia berjalan ke arah meja dan duduk, tas nya ia simpan di atas meja tersebut.
Tak lama ia berdiri lagi dan berjalan ke arah tengah tengah depan papan tulis.
"Baik anak anak, bagaimana kabarnya?"
"Baik pa"
"Alhamdulillah baikk"
"Sebelumnya, perkenalkan nama bapa Alif Santoso. Bapa yang akan menjadi wali kelas kalian sekarang" Ucap laki laki yang berumur 39 tahun itu, dengan sedikit tegas ia memperkenalkan dirinya.
"Baik pa" jawab seisi kelas dengan serentak
"Apa ada yang mau ditanyakan?"
Tak lama ada seorang siswi yang mengangkat tangannya keatas, mempertandakan ia akan bertanya.
"Ya, silahkan"
"Pa kalau struktur organisasi kelas di tentukan oleh kita atau dengan bapa?"
"Ah ya, tepat kamu bertanya seperti itu. Bapa jadi ingat, untuk itu akan dirundingkan bersama dengan bapak, dan satu lagi, untuk tempat duduk juga akan bapa atur dengan mengadakan permainan."
"Hah? Maksudnya gimana paa?"
"Iya pa, gimana maksudnya ga ngerti."
"Oke tenang dulu anak anak. Jadi begini, kalian nanti akan mengambil satu kertas di depan, satu orang satu orang. Kertas itu tertuliskan angka dari nomor satu sampai lima belas, tetapi setiap satu nomor ada dua. Jadi buat kalian yang punya nomor sama dengan teman kalian, berarti itu menandakan kalian semeja".