Maaf kalau banyak salah
Ini bukan cerita pertama ku. Namun,
Ini cerita pertama yang aku publish.Semoga kalian suka!
Selamat membaca!!
••000••
Kali ini aku pulang sedikit terlambat, biasanya kelasku selesai di jam 2 siang. Ini juga dikarenakan guruku yang mengajar tak kenal waktu. Bayangkan jam istirahat pun dipotong oleh guru kesayangan kami ini.
Aku menghela nafas di ujung gerbang sembari menunggu temanku mengeluarkan kuda besinya diantara puluhan motor. Mataku berotasi kesana kemari melihat siswa siswa berlalu lalang.
Halte yang menghadap langsung gerbang sekolah membuatku melirik orang orang di halte.Tak sengaja mataku menangkap seorang lelaki berseragam sama denganku diantara manusia manusia tersebut. Ya iyalah seragamnya sama, orang haltenya pas banget depan sekolah, batinku merutuki diri sendiri.
Bunyi klakson motor matic membuat kesadaranku kembali. Temanku, Lyin, mengarahkan matanya kearah jok dengan maksud agar aku segera naik.
"Lyin." Panggilku diatas motor
Lyin hanya mengangguk, mungkin fokus pada jalan didepan. "Lyin!" Panggilku agak sedikit keras. Ia melirik spion lalu menaikkan alis seolah-olah bertanya
"Kenapa si?"
Aku menghela nafas, "Gak jadi deh."
Ku kelilingkan mataku kesana kemari, menyapu indah taman kota yang kami lewati. Rumah kami memang melewati beberapa lokasi yang ramai dikunjungi orang orang. Tak sengaja mataku melihat lagi orang tadi.
Ya, orang yang berhasil mencuri atensiku. Aku rasanya ingin berteriak dan menghampirinya. Rasa penasaranku tentangnya cukup besar.
Oh tidak! Apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama? Aneh memang, tapi sudah terjadi, sepertinya.
Aku berharap akan bertemunya lagi disuatu tempat. Aku berharap bertemu dengannya saat kita saling mengenal dan aku berharap aku bertemunya saat aku tau segalanya tentang dia.
Namun... Rasanya seperti mustahil. Kenal dia pun tidak, kelasnya pun aku tak tahu. Kacamata bundarnya, ya cuman itu ciri ciri yang aku ketahui.
Selanjutnya titik temu kita akan terjadi. Entah kapan, namun harapanku besar. Kedepannya aku tidak tahu hal besar apa yang akan terjadi pada ku. Ah tidak, pada kita berdua. Mungkin.
°°°
"Titi dije Lyin."
Perlahan ku langkahkan kakiku melewati gerbang hitam gelap itu. Rasanya ingin meledak melihat betapa sunyi dan heningnya istana kecil ini.
Aku membanting pintu agak keras, meluapkan kekesalanku. Seperti biasa, aku sendiri dirumah. Kata orang orang terutama yang cewek-cewek "Dirumah sendiri itu enak, tenang." Aku merasa tidak.
Ditengah kesunyian yang melanda ini, aku sibuk berdebat dengan pikiranku. Masa iya aku suka sama seseorang hanya melihatnya sekali? Apa bener ini namanya cinta pandangan pertama? Ya kali kan.
Pikiranku yang berkecamuk dipecah oleh bel rumah yang berbunyi. Ternyata itu ayah yang baru saja pulang.
Pulang?
Tidak, ini salah. Tumben sekali ayah pulang di sore hari seperti ini. Apa ada yang ketinggalan? Atau ada sedikit urusan di rumah? Kan tidak mungkin ia pulang hanya untuk menanyai kabarku.
"Una." Panggil ayah yang entah kapan ada didepanku.
Aku mengangguk sembari menjawab, "Iya ayah. Tumben pulang jam segini, kenapa?" Akhirnya akupun bertanya.Ayah tersenyum kepadaku, "Hari ini atasan ayah ada acara kecil kecillan, daripada ayah di kantor mending ayah nemenin putri ayah yang satu ini." Senyumku mengembang perlahan. Sudah lama ayah tidak begini. Dia sangat sibuk bekerja.
Aku berdiri ingin meledak rasanya, "Ayah mau dimasakin apa sama Una?" Tanyaku menawarkan. Jarang jarang aku memasak untuk ayah.
"Apa saja sebisamu."
Setelah memasak kami makan bersama di meja makan yang jarang dikunjungi ini. Biasanya aku makan dikamar kalau tidak bersama teman temanku di luar rumah. Ayah pun kadang pulang saat aku sudah tertidur.
Dimeja makan aku menceritakan segala hal tentang keseharian ku akhir akhir ini. Ini sudah menjadi rutinitasku sejak dulu. Curhat dengan ayahku jika ia luang. Mulai dari masalah di kelas, organisasi dan pertemanan, semua aku ceritakan. Termasuk lelaki berkacamata yang aku pun tak ketahui namanya.
"Enak banget Una, sejak kapan pintar kamu masak?"
Mataku berbinar lalu kembali bercerita mengenai ini itu. Lalu kami kembali makan dengan khidmat. Rasanya ingin seperti ini terus dengan ayah.
••000••
Terimakasih telah membaca!
*Note :
Dalam cerita ini, aku menyisipkan beberapa kisah nyata hidupku. Ah tidak ini memang kisahku dan aku-lah pemeran utamanya disini. Ada beberapa bagian yang hanya aku tambahkan sebagai pemanis atau sebagai jalan sambungnya hubungan sebab akibat untuk keperluan alur ceritaku.
Jangan terlalu dibawa serius, karena ini sudah ditahap lebih dari serius. Aku bercanda.
ENJOY!
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy From October
Teen FictionIni benar benar gawat! Una pikir, jatuh cinta pada pandangan pertama hanyalah dongeng semata. Namun sekarang ia mengerti mengapa cinta pada pandangan pertama begitu kuat. Entah apa alasannya. Dia hanya jatuh cinta dalam sekali lihat. Tak ada kontak...