U

6.8K 309 8
                                    

Esok paginya Mark terbangun dengan punggung yang terasa sakit karna sofa nya kekecilan buat tidur, dia jadi flashback kejadian semalem, dia baru ngeh klo rumah tangga nya lagi kurang baik karna emosi dia yang kurang ajar.

Ia bangkit untuk mengambil minum dari dapur lalu melihat kamar mereka yang pintu nya masih tertutup, ia menghela nafasnya kasar. Kapan istrinya mau buka pintu dan minta maaf atas kejadian semalem, mau gimana juga itu sebagian dari kesalahan dia.

Sekitar 30 menit kemudian, setelah makanan yang ia pesan datang, ia bersiap-siap berangkat kerja namun sebelum itu ia mengetuk pintu kamar untuk meminta Jeno sarapan diatas meja makannya.

Sebenarnya dia tau Jeno gak bakal mau pasti karna kebawa ego nya, tapi ya setidaknya Mark sudah melakukan tanggung jawabnya.

"Jen kalo kamu laper, aku udah beli makanan ada di meja. Makan sayang."
Hening, tak ada jawaban.

"Jen aku minta maaf ya, aku berangkat dulu."

.......

Jeno

Jeno meremat tangan nya untuk mengendalikan emosi yang meluap. Semaleman dia ngga tidur karna kepikiran ucapan Mark, dia ngerasa salah dan dia mau minta maaf.

Tengah malem tadi Alby rewel, badannya juga udah mulai panas tapi paginya normal lagi walaupun masih sedikit anget.

Perasaan yang marah, emosi, ngerasa bersalah, bimbang, nyesel, bercampur jadi satu.

Perut dia udah gak karuan nahan laper, dia cepet-cepet pengen masak tapi suaminya belum juga berangkat kerja.

Tak lama Alby terbangun dan mulai menangis, Jeno dekap anaknya dan mencoba ditimang-timang supaya tidak rewel. Badannya kembali panas dan benar, saat keningnya disentuh tubuhnya terasa panas.

"Aduh sayang kamu kenapa sih?" Ujar Jeno panik, ia menggigit bibir bawah upaya menahan tangis.

"Hiks, maafin mama by."

Mau gak mau cuma Mark yang bisa bantu dia saat ini, dia butuh Mark.

Calling my bibu 📞

"Hiks, hiks p-pulang." Isak jeno.

Mark terkejut, ia mencerna kembali suara istrinya yang terdengar menangis.

"Loh? Kenapa Jen?"

"P-pulang sekarang juga hiks, Alby... hiks " Parau nya tak jelas.

"Pelan-pelan Jen, jangan panik gitu ada apa sih."

"A-alby badannya panas banget, aku gak tau harus apa Mark hiks."

Mark banting stir mobilnya kembali  kembali ke rumah. Perasaan dia mulai diselimuti khawatir, apalagi ditambah kejadian yang tidak mengenakan semalem.

Begitu sampai ia langsung mendobrak pintu kamar dengan kencang.

"Mana Dede?" Tanya Mark khawatir.

"I-itu dikasur, aku lagi panggil dokter." Cicitnya.

Mark menghampiri Alby yang tertidur diatas kasur dengan pulas.  Keningnya panas, nafasnya juga rumayan tidak beraturan.

Jeno diam melihat interaksi suami dan anaknya, Mark keliatan khawatir banget sama anaknya sedangkan Jeno akhir-akhir ini merasa kurang diperhatikan oleh Mark.

Jeno cemburu, Jeno juga mau diperhatiin tanpa perbedaan.

"Gini nih akibat kelakuan kamu semalem" Ujarnya.

Jeno diam, memang benar kata dia.

Mark menimang Alby dalam gendongan nya, ia menepuk pantat nya dengan pelan.

"Andai kamu gak keluar, mana mungkin ade demam sampe sepanas ini." Jeno tetap diam.

"Aku juga mau diperhatiin." Cicit Jeno tapi terdengar oleh Mark.

"Kamu udah dewasa Jen, kamu seorang ibu dan ini anak kamu gitu doang gak ngerti."

"Kamu kira aku gak cemburu!! kamu aja bisa pulang dan batal kerja demi Alby, sedangkan aku? Kamu tinggal terus."

"Jen gak usah kayak anak kecil, kamu udah gede ngurus diri sendiri juga udah paham mana yang baik dan buruk."

"Selalu begitu." Final Jeno.

Ia menundukan wajahnya menatap dengan tatapan kosong, tanpa sadar air matanya mulai menetes. Mark sadar, ia taruh Alby diatas kasur dan menghampiri Jeno.

Ia jongkok dihadapan istrinya untuk melihat wajahnya dengan jelas, muka nya merah padam, bibirnya juga pucet, dan sekilas mata nya sembab.

"Kamu ngerasa aku kurang perhatian ya ke kamu?" Tanya Mark dengan lembut sembari mengelap air mata Jeno yang jatuh.

Jeno mengangguk lucu, nangisnya mulai kenceng dan itu membuat nafasnya sesek.

"Aku minta maaf ya kalo aku belum perfect jadi suami yang kamu mau, intinya apapun itu aku sayang kamu jen selamanya, semalem itu aku emang beneran gak nyangka karna kamu berani bawa Alby ke tongkongan yang udah jelas banyak banget yang ngerokok, aku peduli sama kamu juga Jen, aku cinta sama kamu, aku gak bedain kalian berdua. Maafin aku Jen, maafin." Ucap nya dengan penuh hati, ia menggenggam tangan Jeno lalu ia kecup.

"Aku yakin kamu ibu yang baik buat anak-anak aku, kamu istri terbaik dan aku gak akan bisa hidup tanpa kalian."

Hatinya memanas mendengar kalimat Mark, semalam memang Jeno yang salah. Dan Jeno sadar kalau suami nya  akan terus mencintai nya.

Mark menarik pinggang Jeno untuk masuk kedalam dekapannya, ia kecup pipi suaminya begitupun sebaliknya.

Tak lama dokter datang dan ia bilang kalau Alby hanya kurang vitamin dan perlu diperhatikan lagi untuk pola makannya.

posesif Adult Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang