4. keluar dari sangkar

13 1 0
                                    

"Bi kok tumben masak banyak?" Tanya Natalie pada Bi Inah yang sedang menyiapkan makanan

"Iya non, soalnya Bapak sama Ibu baru sampai tengah malam tadi jadinya masak banyak non" sahut Bi Inah

Senyum Natalie seketika terbit saat mendengar kedua orang tuanya sudah pulang ke rumah, pekerjaan ayahnya sebagai pengusaha properti membuat kedua orang tuanya jarang di rumah

Natalie berjalan menuju kamar kedua orang tuanya dengan wajah yang berseri, dia sudah tidak sabar untuk memeluk kedua orang tuanya setelah hampir tiga minggu tidak bertemu

Natalie POV

Seperti hari-hari biasanya saat pagi hari hal pertama yang aku lakukan adalah ke ruang makan untuk sarapan

Namun ada yang berbeda hari ini, aku lihat sangat banyak makanan yang tersaji di meja makan, padahal biasanya Bi Inah hanya memasak makanan dalam porsi kecil menyesuaikan dengan porsi makan ku, karna penasaran aku pun bertanya pada Bi Inah kenapa dia menyiapkan begitu banyak makanan, dan ternyata hal itu dikarenakan kedua orang tuaku sudah pulang dari perjalanan ke luar kota

Aku yang memang sudah sangat rindu pada merekapun langsung beranjak menuju kamar kedua orang tuaku

Namun saat hendak mengetuk pintu terdengar suara mamah dan papah yang seperti sedang bertengkar

Aku pun mengurungkan niatku suntuk mengetuk pintu, lalu menempelkan telingaku ke pintu agar dapat lebih jelas mendengarkan perdebatan mereka

"Mau sampai kapan kita membiarkan Natalie mengurung diri dirumah seperti sekarang ini?"

"Pah selama ini Natalie baik-baik saja dirumah, dia juga tetap menyelesaikan pendidikannya walau lewat kelas online, lalu apa masalahnya?"

"Tapi ini sudah 14 tahun Natalie tidak mau keluar dari rumah, walau kita bisa memberikan pendidikan dan fasilitas yang layak dirumah ini, tapi Natalie tetap perlu bersosialisasi dengan orang diluar rumah ini"

"Tapi kita tau Natalie belum siap pah, mama ngga mau memaksakan dia untuk bertemu dengan orang lain disaat dia belum siap, aku takut itu akan mengganggu mental dia pah"

"Mau sampai kapan kita menunggu?, Ini sudah belasan tahun, papah juga perlu Natalie untuk terjun ke bisnis papah, dia anak kita satu-satunya, suatu saat dia yang harus mengambil alih bisnis papah, tapi bagaimana dia bisa memimpin perusahaan kalau untuk datang ke perusahaan saja dia tidak bisa"

"Pah tunggu sebentar lagi ya pah, mamah yakin dalam waktu dekat pasti Natalie mau keluar dari rumah, tapi jangan paksa dia pah, kasian dia pah" ucap mamah Natalie yang bernama sari dengan suara parau karena menahan isakan

"Baik, papah ikut mau mamah, tapi kalo dalam waktu dekat Natalie tetap tidak mau menginjakan kaki di luar rumah, papah yang akan memaksa dia untuk melakukan itu"

Sari tidak dapat lagi menahan isakan setelah mendengar ucapan dari suaminya

"Kita harus melakukan itu demi kebaikan Natalie mah, tidak mungkin sampai tua dia tetap tidak mau keluar dari rumah"

Aku yang mendengar mamah dan papah berdebat tidak mampu lagi menahan air mataku, akupun langsung pergi dari depan kamar mamah dan papah saat mendengar langkah kaki mendekati pintu kamar

Aku merenung lama, selama ini mamah dan papah tidak pernah menuntut ku, mereka selalu mengijinkan aku melakukan apa yang aku mau termasuk keinginanku untuk tidak keluar dari rumah karna malu dengan kondisiku sekarang ini

Namun hari ini sebuah fakta aku dapatkan, ternyata dibalik semua dukungan yang mereka berikan kedua orang tuaku berharap aku mau keluar rumah dan bersosialisasi seperti orang normal lainnya

Aku akui kadang aku juga ingin berada di luar rumah menikmati udara bebas dan bersosialisasi dengan orang lain, tapi aku takut dan malu jika harus keluar rumah dengan kondisi seperti ini

Aku bingung apa yang harus aku lakukan

Di satu sisi aku tidak ingin berada di luar rumah, tapi disisi lain aku tidak mau kedua orang tuaku terus bertengkar karena aku

"Non Natalie sudah ditunggu bapak dan ibu di meja makan" ucap Bi Inah dari balik pintu

"Iya Bi" jawabku, setelah lamunanku terhenti karna suara Bi Inah tadi

"Pagi mah pah Natalie kangen" ucapku sampil memeluk dan mencium pipi mamah dan papah yang sedang duduk di kursi ruang makan secara bergantian

"Mamah juga kangen sama putri mamah yang paling cantik ini" jawab mamah sambil mengusap pipiku

"Papah ngga kangen nih?" Tanyaku pada papah yang dari tadi hanya diam

"Papah juga kangen kok sama princess papah, oh iya papah kemaren beli sepatu buat kamu nanti dicoba ya"

"Makasih papah" jawabku sambil tersenyum

Ditengah acara sarapan tiba-tiba aku teringat lagi tentang perdebatan Mamah dan Papah di dalam kamar tadi

"Sayang kok berhenti makannya? Lauknya kurang cocok? Sebentar mamah bilang ke Bi Inah untuk memasakkan makanan yang lain"

"Ngga kok mah, Natalie suka kok sama makanannya, Natalie cuma kepikiran, umur Natalie kan udah 25 tahun, Natalie ingin mencoba bekerja di perusahaan Papah"

Mendengar kata-kataku Papah langsung berdiri dari duduknya dan menghampiriku, lalu menyentuh keningku

"Natalie kamu ngga anget kok, kamu sadar kan apa yang kamu bilang barusan?" Ucap papah dengan tangan yang masih bertengger di keningku

"Ih Papah, aku serius, ngga mungkin kan selamanya Natalie akan mengurung diri di rumah, lagian siapa yang akan meneruskan usaha Papah kalo bukan Natalie"

"Makasih Natalie Papah sayang sama kamu" ucap Papah sambil memelukku erat, kulihat wajah bahagia Papah lalu aku palingan muka untuk melihat wajah Mamah yang sudah berlinang air mata dengan sudut bibir yang melengkung ke atas

Senyum papah dan mamah menjadi penguat ku untuk menghadapi dunia, aku tau pasti akan banyak hal tidak menyenangkan yang akan aku lalui, namun demi melihat wajah bahagia kedua orang tuaku aku rela keluar dari sangkar nyaman yang sudah 14 tahun menjadi tempat berlindung ku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang