Dia adalah Nada Adira Melodi, gadis cantik itu sejak satu jam yang lalu duduk seorang diri di halte bis yang tak jauh dari sekolah nya. Hari sudah semakin sore dan langit pun mulai menggelap menandakan hujan akan segera turun, namun angkutan umum tak kunjung datang. Ia sesekali menyalakan handphone nya, namun sayang sekarang handphone yang ada di genggaman nya itu mati.Ia menatap kosong jalanan yang ada dihadapannya, entah apa yang sedang ada dalam pikirannya namun saat ini pikiran nya sedang berkecamuk.
Rasanya hari ini begitu melelahkan untuk dirinya padahal tidak banyak kegiatan yang ia lakukan.Entah kenapa ia malas untuk pulang ke rumah. Jika rumah yang seharusnya jadi tempat ternyaman untuk pulang, rumah yang seharusnya diisi dengan kehangatan dan kasih sayang, tempat yang nyaman untuk istirahat. setiap kali nada berada didalam rumah nya itu ia merasa sangat muak. semakin bertambah nya usia nada, dirinya tidak pernah merasakan hal itu lagi. Seakan-akan kehangatan dan kasih sayang di rumah itu semakin memudar. Nada memang mempunyai keluarga yang utuh, ada ayah, bunda dan adik. Jika dilihat seperti keluarga yang harmonis bukan? tapi ternyata rumah adalah penyebab utama dirinya terluka.
Seketika ia teringat kejadian beberapa tahun lalu.
Flashback
Nada baru saja menginjakan kaki di rumah nya setelah ia menghabiskan hari minggu di luar bersama teman temannya. Sudah seminggu ini ia menjalani aktivitas tanpa rasa semangat, entah kenapa rasanya nada tidak punya semangat untuk menjalani hari. Nada memang sering merasa seperti ini, dan itu sungguh sangat mengganggu segalanya .
Oleh karena itu tidak ada salahnya jika nada pergi bermain bersama teman teman nya untuk mencari sedikit kebahagiaan, pikirnya. Tapi sayangnya bukan merasa senang, nada malah semakin emosional saat ini, perasaan nya tak terkendali begitu saja, dada nya tiba tiba sesak. suasana hati nya saat ini benar benar sedang tidak bagus.
Ia segera memasuki rumah nya, namun didalamnya tidak ada siapapun. Aneh, pikirnya. Ini baru pukul 18.30 biasanya orang rumah sedang menonton tv di ruang keluarga. Apa bunda nya itu marah karena dirinya pulang terlambat?
BRAKKK
Nada kaget mendengar hal itu, ia segera menghampiri sumber suara. Dan rupanya hal yang telah ia duga sedari tadi ternyata benar, ia melihat kedua orang tuanya sama sama sedang menahan amarah. Nada melihat sorot mata ayahnya yang penuh amarah. Rupa nya kedua orang dewasa itu belum melihat keberadaan Nada.
"Kamu ga pernah becus jadi istri! saya muak punya istri kaya kamu!" ucap Anton, ayah nada.
"Kamu pikir saya juga ga muak punya suami kaya kamu? Saya benar-benar cape mengahadapi kamu, hati saya selalu sakit setiap kali mendengar perkataan kasar dari kamu! kalo bukan karena anak-anak saya ga mau bertahan sama orang seperti kamu! saya bertahan demi anak anak, saya gamau kalo sampai anak-anak bernasib sama seperti saya! saya gamau anak-anak kehilangan kasih sayang dari ayah nya, seperti yang saya alami dulu. tapi ternyata saya salah, bertahan sama kamu malah membuat hati saya semakin terluka! Lebih baik kita cerai, dan biar anak-anak ikut dengan saya." Ucap Diana- bunda Nada sembari berderai air mata. baginya sudah cukup, ia tidak akan menyakiti hati nya sendiri demi bertahan dengan seseorang yang tidak punya hati.
"Kamu pikir semudah itu Diana? dasar wanita gatau diri!" ucap Anton seraya melayangkan tangan nya ke udara. Namun suara nada menghentikan pergerakannya.
"Cukup ayah! Nada muak setiap kali ngeliat kalian berantem kaya gini, kalian mikirin gimana sakitnya perasaan nada ga sih? ayah ga kasian ngeliat bunda nangis terus setiap kali berantem sama ayah? ayah pernah ga sih mikirin perasaan bunda dan nada? hati nada sakit setiap kali ayah kasar sama bunda, nada cape yah! hati nada sakit, rumah yang seharusnya jadi tempat ternyaman untuk nada ternyata malah jadi alasan utama hati nada terluka, nada harus pulang kemana ayah, bunda?! bahkan nada udah lama ga pernah ngerasain kehangatan dan kasih sayang dari keluarga ini." Teriak nada penuh emosi di hadapan kedua orang tuanya
Cukup sudah kali ini nada benar benar muak, emosi nya kali ini sudah tidak terkontrol lagi, segala pikiran nya berkecamuk. Nada hilang kendali akan dirinya sendiri
"Kalo kalian terus terusan kaya gini lebih baik nada mati!" ucapnya sembari mengambil gunting yang tergeletak diatas meja makan. Diana yang melihat itu sontak segera mengambil gunting itu dari genggaman tangan nada lalu melemparnya kesembarang arah.
Nada yang melihat itu tak mau diam saja, ia terus berontak kini dirinya sudah tak terkendalikan lagi. Nada segera mengambil kembali gunting yang tergeletak di lantai.
"kalian gatau sakit nya perasaan nada! nada cape! nada mau mati aja!"
Teriak nada lagi dan lagi kala itu.dan langsung ia goreskan gunting nya itu ke tangan kirinya, tangan kiri yang sudah penuh dengan bekas luka goresan. berkali kali nada menggoreskan gunting itu diatas kulitnya hingga darah segar mengalir lumayan banyak. Nada tidak tahu apa yang sedang ada dipikirkan nya saat itu, hati nya begitu sakit. ia benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang ia rasakan akhir akhir ini. ia juga sudah tidak tau lagi bagaimana meluapkan segala amarah yang selama ini ia pendam sendirian. Tatapan mata nada kosong ia terus menggores goreskan gunting itu pada kulit nya seperti orang kesetanan.
Sontak kedua orang dewasa itu terkejut, kejadian itu terjadi begitu saja tanpa bisa dicegah. Diana segera menghampiri nada dengan raut wajah yang terlihat sangat panik melihat darah yang terus keluar dari tangan anak nya itu. Diana melempar gunting itu, tangis Diana semakin pecah melihat kondisi nada saat ini.
Diana segera membawa anak gadisnya kedalam pelukan, mereka berdua menangis sejadi jadi nya.Anton memandang kedua perempuan itu dengan tatapan yang sulit diartikan, ada rasa sakit melihat kondisi anak nya saat ini namun tanpa mau ambil pusing ia segera melangkahkan kakinya keluar rumah. Entahlah pria itu akan pergi kemana, jadi biarkan saja Diana tidak peduli akan hal itu.
Nada terus terisak dalam pelukan Diana, ia memandang kosong lantai rumah nya. Seakan akan ia lupa dengan apa yg sudah terjadi pada dirinya barusan.
"Nada ini bunda nak, ada bunda disini sayang. Nada kenapa ngelakuin hal ini? kamu buat bunda takut sayang, jangan seperti ini lagi." ucap nya untuk menenangkan nada, Diana berkali kali mengecup puncak kepala anaknya itu.
"Sakit bunda, nada cape, hati nada sakit. nada mau pulang bunda."
"sutttt, sayang ini kamu sudah pulang, ini di udah di rumah sama bunda. jangan seperti ini lagi ya sayang? bunda takut kehilangan kamu."
Setelah semua nya reda, Diana segera mengajak nada ke kamar dan mengobati luka-luka yang ada di tangan nada.
Diana mulai mengobati luka-luka itu, jika biasa nya orang lain meringis kesakitan saat diobati luka berbeda dengan nada tak ada sama sekali suara ringis kesakitan yang keluar dari mulut nya, nada masih saja bungkam setelah kejadian itu dan lagi lagi tatapan nada kosong. itu semakin membuat Diana takut.
"Nada, ikut bunda ke psikolog mau ya?" bukan tanpa sebab Diana berniat akan membawa dirinya ke psikolog, adegan tadi sudah sangat membahayakan nyawa nada. Putrinya itu dengan sengaja menyakiti dirinya sendiri, Diana semakin takut jika nada berbuat lebih dari ini.
Nada langsung mengalihkan pandangan nya pada Diana, kening nya berkerut heran kenapa dirinya harus dibawa ke psikolog? Apakah bunda nya ini menganggap dirinya gila?
"Nada ga gila bunda!" protes nada
"iya ngga sayang, ini demi kebaikan kamu." dengan segera Diana membantah ucapan putrinya itu.
"gamau bunda, nada ga gila. jangan paksa nada!"
Setelah kejadian itu, Diana selalu khawatir dengan kondisi nada, karena setelah kejadian itu nada jadi semakin tertutup dan sering menyendiri di dalam kamar. Entah apa yang gadis itu lakukan seharian di dalam kamar, membuat Diana berfikir yang tidak-tidak.
Karena mengingat kejadian itu, tiba-tiba saja air matanya mengalir rasanya sangat sakit, peristiwa yang tak pernah ia duga sebelumnya, ia seperti monster kala itu. Itu adalah titik terendah yang pernah ia rasakan, ia tidak mau lagi ada diposisi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Semestanya
Teen Fiction"ini tentang dirimu, dirimu abadi dalam tulisan ku"- Nada Adira Melody Menurut Nada bertemu dengan semesta adalah hal yang paling tak terduga, dan juga kehilangan Semesta adalah hal yang paling Nada takuti. Nada selalu bahagia dengan Semesta-nya, d...