00. Prolog

27 9 22
                                    

Komen, Vote!

...

Setelah mengetahui jika gadis yang tidur dengannya hamil, tanpa basa-basi Sigma mencarinya dan membutuhkan waktu satu minggu karena memang ia tidak mengetahui seluk-beluk gadis itu. "Namanya Attrav Denandra Alley, anak kelas 11 jurusan seni."

Sigma dan Eren berdiri tepat di depan gerbang sekolah yang masih tertutup rapat itu. Dari dalam sang satpam bisa melihat dua murid yang memakai seragam berbeda itu dengan kerutan bingung di dahinya. "Ada perlu apa, Nak?" Tanya sang satpam.

"Pak, kenal cewek yang namanya Attrav Denandra Alley, nggak?" Tanya Eren, berharap sang satpam kenal.

"Kenal atuh, itu teh anak paling populer di sini.. tapi Aden berdua telat, neng Attrav teh baru saja pulang. Tapi, kalo nggak salah pasti dia masih singgah di minimarket sebelah, coba Aden cek kesana." Setelah pamit dengan cepat mereka berlari karena memang sangat dekat.

Tepat di depan minimarket ada seorang cewek yang sedang duduk santai dengan beberapa cemilannya.

"Sig! Lo kalo nggak mau tanggungjawab ngomong ya, soalnya gue mau kok jadi bapak sambungnya.. cantik bener milik orang!" Eren berucap dengan mata yang masih fokus dengan Attrav yang juga ikut menatap mereka. "Eh, anjir, di tatap balik."

"Jangan minum ini, nggak baik buat bayi." Ucap Sigma, mengambil halus kaleng yang jelas isinya adalah soda.

"Lo stalker?"

"Lo nggak inget gue?"

"Nggak dan jawab pertanyaan gue, lo stalker ya? Kok bisa tau gue hamil?" Attrav berdiri menatap tajam ke arah Sigma.

"Buset, tinggi bener." Sekali lagi Eren kagum akan perawakan Attrav yang seperti gitar spanyol itu. Balutan pakaian over size itu tidak bisa menutupi tubuh indah milik Attrav.

"Lo beneran nggak inget dia? Sepintas gitu?" Kali ini Eren bertanya.

"Tuli ya, gue nggak kenal apalagi harus inget!" Untuk ke sekian kalinya Attrav menjawab.

"Anak yang lo kandung itu anak gue." Tanpa peringatan Sigma dengan lancar menyatakan hal itu pada Attrav membuat Eren menganga— gila ya, punya bos yang nggak sabaran.

Tidak ada respon namun keheningan menghampiri tiga orang tersebut hingga sigma kembali berkata, "benar-benar nggak inget ya."

"Sebulan lalu, di hotel Green Day kamar no. 101— masih nggak inget juga?"
.

.

.

Lly's caffe.

Setelah adegan amnesia di minimarket tadi kini mereka berpindah tempat yang tidak jauh dari sekolah. Attrav yang saat itu menunggu sang supir menjemput kini ikut naik bersama Sigma dan singgah ke kafe untuk melanjutkan pembicaraan yang tertunda.

"Mau makan apa?" Tanya Sigma, lembut.

"Gue lagi pengen makan yang manis— kue aja." Jawab Attrav, sesekali kedua matanya bergulir melihat menu.

Tanpa perintah Eren memanggil sang pelayan dan menyebutkan beberapa pesanan mereka. Sesekali matanya menatap Sigma yang dengan lembut memperlakukan Attrav layaknya seorang kekasih, padahal dalam hidup Eren hal ini tidak pernah terjadi.

Setelah menunggu lima menit pesanan datang dan kini suasana berubah serius dengan ucapan Sigma yang terdengar sangat serius. "Kapan lo siap, kita nikah secepatnya."

Ini seriusan, Sig? Batin Eren, berkata.

"Sekolah gue?" Tanya Attrav di sela-sela ngemilnya.

"Home schooling." Jawab Sigma, tegas.

Udah kek bapak-bapak, tegas bener! Batin Eren, berkata. Ia hanya duduk diam tanpa ikut campur dan hanya bisa menjadi saksi bisu antara dua orang asing yang saling kenal lewat insiden gila.

"Boleh, gue juga udah ngomong ke orangtua gue kalo gue hamil tapi mereka nggak tau anak siapa soalnya gue juga lupa malam itu tidur sama siapa." Jelas Attrav, kelewat santai.

"Terus reaksi orangtua lo, gimana?" Tanya Eren.

"Lahirin, terus gue lanjut sekolah dan nikah sama orang yang gue cinta, tamat! Gitu kata Mama." Jawab Attrav.

Tapi takdir berkata lain, seolah sang cabang bayi menolak ia mempertemukan kembali kedua orangtuanya untuk bersatu dan di sinilah Sigma dan Attrav bertemu. Membahas masa depan mereka kelak.

"Kalo gitu dua hari lagi gue bakal dateng bareng orangtua gue buat lamar lo." Attrav mengangguk sebagai jawaban.

Setelah itu mereka berpisah dengan Sigma yang di seret Eren karena bersikeras untuk mengantar Attrav pulang. Namun, gadis itu masih punya urusan penting hingga menolaknya.

"Jatuh cinta kan, lo?"

"..."

"Dih, jijik gue liat orang gengsi. Jujur aja Sig, tuh cewek bikin hati lo getar kan?"

"..."

"Susah ngomong sama orang yang udah jadi budak cinta pada pandangan pertama." Omel Eren, sangat kesal.

Mungkin bener, Ren! Gue jatuh cinta.
.

.

.

semoga kalian suka ya, mungkin masih banyak typo dan penyusunan kata atau paragraf yang tidak sesuai dan gue mohon maaf kalo itu nggak sesuai sama selera kalian.. terus kalo yg nggak suka jangan ninggalin jejak nggak enakan, soalnya gue rada emosian, wkwkw.. dukung gue dengan komen dan vote ya, see you again :)

No Love, No Hate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang