•Prolog• Kecantikan Itu Musibah

5 0 0
                                    

"Hey gadis manis, ayolah ikut sama kita."

Debaran di dada tidak bisa berbohong. Saat ini Renjana sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Keempat lelaki bertubuh besar kini menghadang jalannya. Masing-masing dari mereka menampakkan wajah yang seakan-akan menemukan makanan lezat. Sungguh menyeramkan.

Rambut pajang bergelombang milik Renjana kini tak karuan. Mata bulatnya sedikit berair. Bibir merah alaminya kini semakin pucat. Tubuh kurusnya ikut bergetar. 

"A-aku mau pulang..." cicitnya.

"Kamu mau pulang, kan? Kita semua akan mengantarmu. Tapi sebelum itu, main dulu sama kita, yuk?" ajak seorang pria dengan perut yang buncit. Langkahnya semakin mendekat ke arah gadis yang kini ketakutan. 

"Ti-tidak! J-jangan sentuh aku!" 

Sekuat tenaga Renjana berusaha menjauhkan tangan-tangan kotor itu dari tubuhnya. Jantungnya semakin kuat bergedup. Sungguh, ia takut setengah mati. Dalam hati Renjana mengucapkan doa untuk keselamatannya. Berharap ada seseorang yang bisa menolongnya atau seseorang dari mereka iba hati. Apakah boleh Renjana berharap akan kebaikan hati manusia? 

Mata hitam Renjana sesekali menyisiri lingkungan. Barangkali ada seseorang yang lewat atau siapapun yang bisa ia minta tolong. Namun nihil. Renjana tak melihat apapun. Ia menyumpah serapahi dirinya sendiri yang memilih lewat gang kecil dan sepi ini dengan alasan akan lebih cepat sampai ke rumah. Semakin dekat orang-orang di hadapannya, Renjana semakin takut. Rasanya ia ingin mati saja sekarang. Matanya tertutup rapat. Merasa pasrah dengan keadaan. Terserah Tuhan mau membawanya. Renjana berharap ia mati saja daripada harus melihat tubuhnya dijadikan santapan oleh anjing-anjing liar ini.

"Hey, Bajingan!" 

Bugh! Bugh! Bugh!

Renjana membuka matanya. Apa yang terjadi? Semua pria tadi terjatuh ke jalan. Renjana melihat punggung laki-laki yang membelakanginya. Siapa dia? Apakah dia melindungiku dari mereka? 

"Pergilah." 

Hanya satu kata. Laki-laki itu tetap fokus membelakanginya. Menjaga pria-pria kotor yang terduduk lemah di jalanan takut mereka berdiri dan menyerangnya. Renjana melihat seorang pria itu akan berdiri. Tanpa pikir panjang, ia segera melarikan diri untuk selamat sampai ke rumah. Meskipun sedikit ragu dengan keselamatan lelaki yang menolongnya.

Apakah dia akan baik-baik saja di sana? Semoga saja. Aku bahkan belum sempat bilang terima kasih.

***

Renjana melihat pantulan dirinya di cermin. Wajah ini... wajah yang diimpikan oleh kebanyakan perempuan.  Wajah yang selalu dipuja-puja banyak orang. Seharusnya dia bangga, namun dia merasa kecantikan adalah sebuah kesalahan. Wajah ini tidak akan cocok pada dirinya yang penakut. Jakarta terlalu keras untuk dirinya. Renjana melirik ke atas meja rias. Sebuah behel hitam, kacamata, dan apa ini? Tanah? 

Kriett..

"Renjana."

Renjana menoleh. Seorang wanita paruh baya memasuki kamarnya. Ibu. Setelah menceritakan sambil menangis tentang kejadian tadi kepadanya, Ibu merasa sangat sakit hati dan sedih melihat ketidak adilan yang menimpa anak perempuannya. Kecantikan sungguh menyakitkan untuk anak gadisnya ini. Begitupun dirinya. Kecantikan membuat hubungan keluarganya menjadi hancur. Gara-gara banyak yang mendekatinya, ia dituduh suaminya selingkuh hingga harus bercerai. 

"Bu, ini semua apa? Kenapa ada di sini?" tanya Renjana.

 Ibu mengusap pelan rambutnya. "Nak, terkadang kecantikan itu berbahaya. Ibu gak mau kamu terus-terusan dalam bahaya kayak gini. Besok, kamu pindah ke Bandung, ya? Pindah ke sekolah di sana dengan penampilan baru."

Renjana mengernyit. "Penampilan baru? Maksud Ibu?"

Ibu tersenyum. Mengambil tanah yang sudah ia siapkan disebuah kotak. "Ini bukan tanah biasa. Tanah ini sudah ibu racik hingga tak mudah untuk menghilangkannya jika dioleskan ke kulit." Ibu mengambil sebagian tanah lalu mengoleskannya ke wajah cantik Renjana dengan air mata mengalir.

Renjana terkejut bukan main. Melihat penampilannya di pantulan cermin yang sama sekali tidak terlihat seperti dirinya. Seorang gadis dengan rambut dikepang dua, gigi tengah yang hitam, kulit gelap, serta kaca mata besar yang bertengger di batang hidung mancungnya. 

Ini penampilan baru yang dimaksud ibu?

- To be continued -

Beauty Perfection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang