5. foto yang manis

902 142 4
                                    

Mada memulai lagi hidupnya, seperti semula.

Ia sejak dulu sebenarnya maniak kerja, berkecimpung dalam dunia permodelan membuatnya sukses sejak ia lulus kuliah.

Sering menjadi pusat perhatian karena kerupawanannya, Mada akui ia memang terlahir untuk menjadi tampan.

Beruntungnya perusahaan model itu masih mau menerima Mada dengan baik setelah satu tahun lamanya ia hiatus. Mereka begitu bahagia ketika penghasil uang terbesar mereka kembali.

"Hei, kamu kurusan, yakin baik-baik aja?"

Mada tersenyum kecut membalas managernya. Ia tidak mau berbohong, Mada tidak baik-baik saja selama ini ....

Wajahnya kini sedang dirias sedemikian rupa, ditengah itu juga ia merasa ponselnya berdering beberapa kali. Ia lantas mengernyit karena Tania mengirimkan beberapa foto.

Foto apa?

Foto beberapa aktivitas Leon seharian ini. Ia melihat semuanya, begitu menggemaskan. Hingga ia mencapai foto terakhir, dan foto tersebut sukses membuatnya tertegun.

Masih foto anak kesayangannya. Namun, dengan sosok si pemilik tatapan indah yang akhir-akhir ini kembali membawa warna di hidup Mada. Mereka berdua berada disebuah foto yang sama, terlihat begitu akur dan manis ....

Hingga Mada tak mampu lagi menahan senyumnya, membuat beberapa perias menggeleng heran. Namun, Mada tidak peduli, ia tetap merekahkan senyuman, memandangi foto tersebut dengan perasaan yang menghangat.


Oh God, manis sekali.

Mada berjanji akan menjaga foto itu baik-baik. Betapa berharganya foto tersebut bagi Mada asal kalian tahu.

"Ey, bahagia banget?"

Mada menoleh terkejut, lantas terkekeh canggung. "Ah enggak kok." Ia setelahnya terheran, merasa jawabannya kurang tepat. "Eh, maksud saya--"

"Gak papa, saya ngerti." Manager perempuannya yang berusia hampir menyentuh kepala empat itu tergeleng-geleng. "Kamu udah lupain Riri?"

Mada tak langsung menjawab, mendengar namanya saja membuat ia jengkel setengah mati. "Udah, saya bahkan nyaris benci sama perempuan itu," jujurnya dengan mata berapi-api.

"It's ok, kamu gak perlu marah. Cepet siap-siap, karena pemotretan bakal dilaksanain beberapa menit lagi, semangat!"

Mada lagi-lagi terkekeh, ia tersenyum canggung karena hampir marah karena mengingat semua hal buruk yang pernah ia alami.

***

Haico galau seharian.

Karena pacarnya tidak mau dihubungi, tentu saja.

Ia mencak-mencak, membuat bayi yang sedang sibuk bermain sendiri itu terheran-heran. Lantas menghampiri sosok itu, mencoba bertanya tentang apa yang membuat Haico marah-marah, dengan bahasa bayinya.

Haico sontak terkekeh mendengarnya. Leon ini begitu hebat dalam berlari, namun untuk kemampuan berbicaranya menjadi sedikit lebih lamban. Ia menepuk sebelah karpet yang sedang ia tiduri, mengajak bayi itu untuk berbaring bersama.

Leon begitu penurut. Haico sepertinya mulai menyukai bayi, tapi hanya bayi ini. Haico hanya menyukai Leon.

Dipeluknya tubuh mungil itu, menghirup aroma khas bayi yang begitu menenangkan pikirannya. Lalu, entah ada dorongan dari mana Haico malah curhat, mencurahkan isi hatinya pada bayi itu, meski hanya dibalas dengan bahasanya sendiri.

Namun Leon mendengarkan semua curhatannya dengan serius, seakan bayi sok tau itu mengerti akan semua yang Haico lanturkan.

Dan itu membuat Haico bersemangat untuk bercerita lebih banyak.

Tanpa mereka sadari saja, semua interaksi tersebut diperhatikan oleh Mada, dari celah pintu ruang keluarganya yang sedikit terbuka.

Awalnya, Mada yang cukup lelah ingin segera mengajak anaknya untuk pulang. Namun, saat melihat interaksi tersebut malah membuat Mada mengurungkan seluruh niat awalnya.

Senyum Mada kembali merekah hari ini, ia lantas membiarkan rasa lelahnya melenyap begitu saja.

Andai saja ... pemandangan seperti ini dapat ia lihat setiap hari di rumahnya. Mada pastikan ia akan menjadi manusia paling bahagia kalau begitu.

Mada sontak terkekeh kecil, ketika menyadari, sudah sejatuh apa ia pada perasaannya sendiri. Tanpa peduli jika mungkin suatu saat nanti bisa saja ia berujung kecewa dan sakit hati.

Cinta membutakannya, selalu membuatnya gila. Mada akui itu.

those eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang