SALES

116 5 0
                                    

Namaku Rangga tahun ini usiaku menginjak 27 tahun. Hidup seorang diri di ibu kota tidak mudah, apalagi bagiku  yang hanya lulusan SMP, berbagai macam pekerjaan telah banyak dicoba, mulai dari penjaga toko, tukang cuci motor hingga menjadi sales produk kosmetik. Sampai saat ketika bertemu dengan seorang lelaki yang usianya sekitar 45 tahun yang kukenal saat menawarkan barang. Namanya Rudi seorang duda beranak satu, itulah awal dari tuntutan kisah cintaku.

Pagi itu seperti biasa aku berkeliling menawarkan barang-barang. Langkah kaki terhenti di sebuah rumah yang pekarangannya cukup luas. Dari luar nampak terlihat sang penghuni rumah tengah bersantai disebuah kursi.
"Aku coba tawarkan sama bapak itu bisikku dalam hati. Setelah menekan bel keluarlah lelaki yang tengah duduk santai tadi

" Siapa, ya?" Tanyanya

"Selamst siang,Pak!  Saya Rangga mau menawarkan berbagai macam produk kosmetik."  jawabku

"Oh. Ada produk apa saja?"

"Banyak,Pak, ada Minyak wangi, Perawatan kulit, Lotion dan berbagai macam kosmetik." ujarku menjelaskan.

" Masuk,Dek."

"Rangga! Kenalkan saya Rudi. Lelaki bertubuh kekar itu memperkenalkan dirinya.

" Oh iya,Pak."

"Berapa minyak wangi ini?" Tanyanya

"Itu 450 ribu, Pak."

"Kalau yang ini?"

"Itu 500 Ribu."

"Bisa kurang gak nih?"  Pak Rangga mencoba menawar.

"Sudah harga pas,Pak."

"Oh. Ya sudah saya beli yang ini."

Setelah beberapa kali tawar menawar akhirnya Pak Rudi membeli beberapa botol minyak wangi

"Dek boleh minta nomor teleponnya tidak? Soalnya produk yang kamu jual bagus-bagus, kapan-kapan saya ingin membelinya lagi."

"Boleh,Pak."

Akhirnya kita bertukar nomor telepon.

***
Jam sembilan tiga puluh malam aku baru sampai di kontrakkan, rasa capek membuatku sedikit malas untuk mandi. Beberapa saat kemudian layar ponsel menyala, sebuah notifikasi pesan masuk ke gawai itu

"Malam, Rangga kamu lagi apa?" Sebuah pesan WhatsApp dari Pak Rudi

"Malam juga,Pak. "Saya baru sampai dikontrakkan ini,mau mandi."

"Oh."

"Bapak ada apa malam-malam WhatsApp saya?"
"Enggak,cuma ingin tahu kabarmu aja. Ya udah,mandi dulu sana biar wangi kamu " tulis pak Rudi dalam pesannya.
Entah mengapa perasaan ini begitu senang setelah membaca pesan dari Pak Rudi itu, apalagi bayangan wajah tampannya tidak bisa di hilangkan.

***

Seseorang tidak bisa memilih ingin dilahirkan seperti apa atau bagaimana. Namun seseorang diberi pilihan jalan hidup seperti apa yang hendak diambilnya.
Seiring masa tumbuh, akhirnya aku menyadari perasaan macam apa yang ada dalam jiwaku ini. Ternyata aku berbeda. Perasaan aneh ini muncul dan ada begitu saja tanpa kutahu dan kumau.
Dalam hubungan percintaan aku tidak pernah sekalipun merasakan bagaimana rasanya mencinta lawan jenis. Bagaimana bisa jika itu sangat bertolak belakang dengan orientasiku.
Aku mempunyai seorang sahabat, namanya Andi sahabat kecilku. Dia juga sama sepertiku, memiliki perasaan yang berbeda. Namun karena jalinan persahabatan kita yang kukuh, tidak sekalipun kami melakukan perbuatan yang tidak wajar. Kita hanya saling berbagi cerita mengenai perasaan kami miliki masing-masing

***

Hari Minggu adalah hari dimana aku bisa bersantai dari rutinitas kerja yang membosankan. Pekerjaanku tidak terlalu sukar, hanya memerlukan kecakapan bicara dan tutur kata yang jelas dan terang.
Pukul delapan tiga puluh gawaiku berdering, di layarnya tertera nama Pak Rudi.

"Pak Rudi bisik hatiku senang. Kusentuh tombol hijau pada layar berdiameter enam inci itu."

"Pagi Rangga." kudengar suara Pak Rudi menyapa

"Pagi juga Pak."

"Kamu lagi apa?" Tanyanya basa basi.

"Saya lagi duduk santai ini,Pak."

"Biasanya hari Minggu kaumu suka kemana? Tidak berpergiankah,kemana gitu."

"Enggak,Pak, hari Minggu adalah hari istirahat saya,lebih memilih tinggal dikontrakkan aja."

Lama kami mengobrol di telepon, hingga akhirnya Pak Rudi mengatakan

"Boleh Bapak main ketempatmu?"

Tanpa banyak berpikir aku meng-iyakannya. Lagi pula bosan hanya seorang diri. Kukirim alamat kontrakan . Selang satu jam kemudian kulihat dari kejauhan sebuah mobil jip melaju perlahan ke kontrakanku.

"Diakah itu?" Tanyaku seorang diri.
Dan benar setelah mobil itu berhenti di pinggir jalan turun seorang laki-laki tampan yang tidak lain itu adalah Pak Rudi.
Kusambut kedatangannya dengan ceria bercampur gugup, maklum baru kali pertama kukedatangan seorang yang istimewa seperti Pak Rudi 
Ia mulai mencari- cari kontrakan tempat tinggalku, aku sedikit iseng dengan membiarkannya kebingungan.

"Pak Rudi saya disebelah sini,Pak." Teriakku sambil berlari kecil kearahnya.

"Disitu kamu rupanya." Uapnya.

"Ayo masuk,Pak?"

"Kamu tinggal sendiri disini?" Tanyanya
memulai percakapan.
"Iya, saya ngontrak sendiri disini. Bapak mau minum apa?"

"Kopi boleh "  Jawabnya sambil menatapku. Dan sekali lagi, kedua bola mata itu begitu mempesona perasaan didadaku bercampur aduk antara malu, gugup dan macam-macam perasaan yang sulit digambarkan.
Aku melangkahkan kaki ke dapur membuat kopi.

"Diminum,Pak kopinya."

"Terimakasih."

"Ga! mengenai produk-produk yang kamu jual kemarin saya cukup tertarik, bagaimana jika kita join? Ucap Pak Rudi disela minum kopinya
"Join gimana,Pak? Join bagaimana maksudnya?"

"Begini saya akan tawarkan produk yang kamu jual itu ke rekan-rekan kerja, mempromosikan istilahnya."

"Boleh, Pak dengan senang hati."

"Kalau begitu kamu siapkan saja barang-barangnya,nanti saya ambil."

"Baik,Pak,Siap."

"Jangan panggil,Pak dong, panggil mas atau Bang aja biar lebih akrab."

"Baik, Pak,Mas Rudi." Jawabku agak salah tingkah  

"Jalan-jalan, yuk!"

"Kemana?"
"Kemana saja, kita keliling-keliling."

"Iya,Mas,saya ganti baju dulu."

Dalam hati sebenarnya aku malas untuk berpergian dihari libur, namun karena dia yang mengajak tidak ada salahnya.

Sepanjang perjalanan kuperhatikan ia, tangannya yang kekar ketika memegang setir begitu mempesona. Kaos putih polos tipis yang membungkus tubuh indanya begitu eksotis, apalagi ketika kulihat j bulu-bulu halus didagunya itu begitu karismatik. Melihat pemandangan itu tak terasa batangku menegang. Bau minyak wangi yang dipakai olehnya begitu terasa menggoda di indera penciuman, padahal minyak wangi yang dipakai olehnya itu adalah minyak wangi yang aku jual. Aku sering menciumnya dan rasanya biasa saja, tapi entah kenapa ketika dia yang memakainya begitu sangat berbeda.

"Angga kamu kenapa?" Tanyanya membuyarkan imajinasiku

"Gak papa,Mas." Jawabku gugup, takut-takut ia bisa menerka apa yang aku pikirkan.

"Didepan ada warung nasi kita berhenti disana." Ucapnya sambil memarkirkan mobilnya. Sesampai di warung makan ia memesan makanan dan lauk yang begitu banyak, lauk yang jarang aku pesan kalau makan diluar. Dan ketika mas Rudi hendak menyelesaikan makannya, secara tidak sengaja air kuah soto tumpah keatas celana tepat di bagian are sensitifnya,aku replek mengambil tissue lalu mengelap bagian itu. Kurasakan ada tonjolan besar di dalam sana.

"Angga sudah gak usah."  kulihat Mas Rudi seperti menahan suatu perasaan.

PACAR SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang