1

36.3K 1.2K 24
                                    

Setumpuk buku menjadi makanan sehari-hari bagi Juan, ia sangat senang saat membaca.

Memiliki hobi membaca dan menulis hal random adalah kebiasaan nya.

"Ngantin yuk!" Dave menarik tangan nya, yang masih asik menulis membuat coretan kecil di buku nya.

"Sial, lo gak bisa apa santai dikit..lihat buku gue rusak gara-gara lo." Juan berdecak tak suka, ia segera menghapus coretan itu. "Lihat, ada bekas nya."

Dave terkekeh geli, apa-apaan Juan ini terlalu berlebihan menurut nya.

"Oke sorry, buruan lo lama banget si. Lagian ke kantin bentar gak bakal bikin otak lo buyar." cetus Dave dengan malas.

Juan dengan terpaksa pergi ke kantin, saat tiba di sana ia hanya diam tak jelas, tak tahu akan memesan apa.

"Gue mau mie ayam, lo mau pesen apa?" tanya Dave.

"Es teh mungkin." jawab Juan.

"Gue pesenin, lo tunggu dibangku ujung itu oke."

Sesuai intruksi Dave, Juan segera duduk di meja ujung.

Ia melipat kedia tangan nya, lalu menelengkupkan kapala.

"Gue ikutan di sini ya."

Juan mendongak, keningnya mengerut saat melihat cowok yang tak ia kenal duduk dihadapannya.

"Gak ada meja lagi, gue lihat lo sendiri ya udah gue ikutan di sini."

Juan masih menatap cowok itu tanpa minat.

"Pesanan datang!" Dave datang menengahi keduanya, ia meletakan makanan nya di atas meja.

"Lohh...Glen tumben lo ke kantin, and tumben banget gak bareng temen-temen lo." ucap Dave.

"Iya gue lagi pengen ngantin aja." jawab cowok tadi yang tak lain adalah Glen.

"Lo kenal dia?" bisik Juan.

Dave mengangguk. "Dia Glen anak PB empat."

Juan hanya mengangguk, ia segera meminum es teh nya.

"Lo si juara paralel yang tak terkalah kan, pantes aja lo gak kenal gue." Glen menyahut dengan wajah tengilnya, ia sangat tahu seorang Juan si juara dan ia sedikit tak menyukai cowok itu.

"Gak usah sok akrab." Juan berucap dingin.

Glen hanya mengidikan bahu nya tak peduli.

"Bisa-bisanya lo bertahan temenan sama nih orang, udah songong, gak asik lagi."

"Dia sahabat gue, enak aja lo ngomong gitu tentang dia." Dave menyahut dengan galak, Glen memang blak-blakan terhadap apapun.

Juan tak ingin ambil pusing ia hanya menikmati ke segaran dari es teh nya, tak peduli dengan ucapan Glen barusan.

_________

Juan menunggu jemputan, ia melihat jam tangan nya sudah menunjuk kan pukul lima.

"Lihat si Juan, ganteng banget si."

"Tapi sayang dia suka nolak cewek, gue denger dia gay."

Juan berdecak malas saat mendengar perbincangan dua gadis yang baru saja berjalan melewati nya.

Mengapa orang-orang selalu mengurus hidup orang lain.

Tak lama kemudian datang Pak Ogi asisten Papa nya, yang menjemput.

"Maaf Tuan muda saya terlambat, silahkan masuk." Pak Ogi membuka kan pintu mobil.

"Huh...kaki gue ampe mau copot Pak, lama banget si." Juan segera masuk, setelah berucap.

Pak Ogi hanya tersenyum canggung, Tuan muda nya ini memang sedikit pemarah namun entah kenapa ia sangat menyayangi bocah tengil ini.

Setiap kali di perjalanan pulang yang di lakukan Juan hanya akan mendengarkan musik.

Ia tipikal anak yang segala sesuatu harus perfecsionis, Juan juara bertahan selama dua tahun ini.

Lomba dan segala sesuatu selalu ia gaet, bahkan Juan ikut serta dalam segala macam ekstra kulikuler, hanya hari senin saja ia akan pulang sedikit lebih cepat.

Karena hari-hari nya akan di isi dengan eskul, dan belajar.

Juan orang yang pemilih, oleh karena itu ia hanya memiliki satu teman yaitu Dave, itupun terkadang ia akan sendiri tenggelam dengan setumpuk buku di perpustakaan.

Tak terasa mobil yang ia tumpangi telah sampai di pekarangan rumah nya.

Rumah mewah dengan banyak pelayan, namun terasa sepi bagi nya.

"Silahkan Tuan." Ogi membuka kan pintu mobil.

"Terima kasih."

Juan segera masuk ke dalam rumah nya, yang langsung di sambut oleh beberapa pelayan.

Ia memberikan tas dan melepas sepatu nya, sang pelayan dengan telaten menerima barang yang di berikan Juan.

"Silahkan Tuan muda." Bella seorang kepala pelayan memberikan sendal dalam pada Juan.

Juan dengan angkuh pergi menaiki tangga, dengan tangan kosong.

Kehidupan nya begitu sempurna, sampai mulai dari pagi sampai malam Juan hanya akan diam, semua kebutuhan nya di layani oleh Bella.

Juan membanting tubuh nya ke atas ranjang, ia menghembuskan napas nya.

Sepi.

Perasaan sepi itu seolah menjadi teman nya, ini sudah biasa.

Juan tidak terlalu banyak bicara, ia hanya akan menghabiskan waktu dengan diam, merenung.

Drttt...drtt...drtt..

Juan mengangkat panggilan masuk dari ponsel nya.

"Hallo."

"Bagaimana di sana?"

"Not bad."

"Papa akan pulang minggu depan, jangan lupa janji kamu."

"Yes Pa, Papa gak perlu khawatir."

"Oh ya, Papa udah ngirim sesuatu ke email kamu, Papa lihat nanti Papa periksa hasil nya."

Juan menghela napas nya. "Iya Pa."

Panggilan terputus begitu saja, Papa nya akan pulang?

Oh ya Tuhan mengapa pula tua bangka itu haru pulang.

Juan menghubungi Bella lewat telepon rumah, terlalu malas untuk memanggil langsung wanita itu.

"Ya, Tuan ada yang bisa saya bantu?"

"Papa bakal pulang minggu depan, periapkan diri kalian. Gue gak mau, dia kurang puas."

"Baik Tuan."

Juan mematikan telepon nya, matanya memandang kamar dengan nuansa silver terlihat sangat rapih dan elegan.

Juan berdiri lalu pergi ke ruang belajar nya, banyak sekali piagam penghargaan yang terpajang di dinding.

Piala berjajar rapih di rak, dekat buku-buku belajar.

Jika orang-orang suka membaca novel, maka Juan sosok langka yang hanya menyukai buku pelajaran.

Mulai dari kelas dasar ia selalu mendapat peringkat satu, bahkan ia sudah sering memenangkan perlombaan.

"Baiklah, mari kita mulai." Juan meretangkan tangan nya, lalu mulai mengambil buku paket.

"Tidak balance?"

Juan merobek kertas yang berisi kegagalan yang baru saja ia tulis, lalu mulai kembali men jurnal.

Hasil nya tidak balance karena ia salah memasukan nominal.

Setelah membuat jurnal, Juan mulai membuat Jurnal penyesuaian.

"Sangat mudah." kekeh nya.

Juan sangat tidak suka sesuatu yang di ulang kembali, seperti kertas yang sudah ada coret atau di hapus, lebih baik ia mengganti nya dibanding harus melihat ke cacatan dalam buku.





IT'S  ME! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang