Entah sejak kapan aku memandangi wanita itu, paras cantiknya yang mengalahkan bunga di hadapannya aku sampai tidak bisa membedakan mana bunga yang asli saking indahnya dia, sedari tadi dia hanya menatap kosong bangku di depannya dengan sesekali meminum kopi yang sudah dia pesan. mungkin aku perlu memperkenalkan diriku terlebih dahulu aku dika, seorang pemusik ah bisakah aku bilang seperti itu? hey walaupun aku tidak terkenal tapi aku sering membuat lagu untuk kompetisi antar kota dan beruntungnya aku bisa mendapatkan uang dari lomba itu, terkadang ada produser yang akan membeli beberapa laguku, cukup untukku hidup mungkin.
Kembali lagi ke awal perkenalan aku sekarang berada di sebuah cafe di sudut kota, aku baru saja membeli beberapa senar gitar untuk mengganti yang lama dan tidak ada salahnya jika aku mampir sebentar ke cafe untuk mencari inspirasi, dan ya aku tidak menyesal datang ke cafe ini saat ku melihat seorang wanita cantik berambut panjang bergelombang yang sesekali tertiup angin saat ada customer yang membuka pintu, wanita itu hanya diam menatap kosong kedepan di samping wanita itu ada tas gitar ah mungkin dia pemusik juga? ini kesempatan ku untuk berkenalan dengannya tapi sayang sekali saat aku ingin beranjak dari tempatku dia sudah berdiri dan hendak pergi, apakah harus aku kejar? tidak aku tidak seagresif itu mungkin memang belum keberuntungan ku.
Wanita itu berjalan keluar cafe dengan membawa tas gitarnya yang tidak lebih besar dari badannya menggemaskan ku pikir kemudian aku kembali larut dalam pikiranku, mencari inspirasi untuk laguku yang saat ini sedang ku buat hanya satu kata yang terlintas di pikiranku 'sempurna'.Waktu berjalan begitu cepat tak terasa sudah hampir satu jam aku berada di cafe ini aku mulai beranjak dari kursiku setelah membereskan kertas kertas yang ada di depan ku dan memasukkannya ke dalam tas kecil yang selalu ku bawa, aku mulai berjalan keluar dari tempat ini dan di sambut dengan bisingnya suara kendaraan untung saja saat di cafe suaranya tidak terlalu terdengar mana mungkin aku bisa berkonsentrasi dengan suara sebising ini, aku paling benci pengendara bukan berarti aku tidak punya kendaraan aku punya satu kendaraan bermotor di rumah tapi aku lebih sering memakai kendaraan umum karena aku benci saat pengendara di belakangku selalu menyalakan klakson nya padahal lampu lalulintas masih merah, aku berjalan mengikuti arus manusia yang sibuk dengan dunianya masing masing lebih baik begini dari pada harus mendengarkan celotehan tidak jelas dari orang asing bukan? aku berjalan santai menikmati sore hari ku dengan tenang sesekali mampir ke toko makanan untuk menemaniku berjalan tak sengaja aku melihat kerumunan orang orang yang menghalangi jalan 'berisik sekali' aku ingin mengacuhkan kerumunan orang berisik ini mungkin ada pertengkaran aku tidak terlalu suka melihat kejadian yang ku temui di jalan, kalian bisa menyebutku tidak punya perasaan tapi lihatlah terlebih dahulu mereka yang mengerumuni korban tanpa menolong dan malah membicarakan korban seakan akan dia adalah pelaku, munafik sekali ku bilang.
Aku berjalan melewati orang orang ini yang ternyata tidak memberiku jalan untuk lewat, aku bersusah payah melewati semua orang disini dan hampir berhasil "untuk apa kau kembali kesini! kau mengganggu pelanggan ku dengan tatapan mengerikan mu itu!" tak sengaja aku mendengar percakapan seseorang yang entah berteriak dengan siapa, aku memalingkan wajahku dan melihat seorang yang tidak asing sedang tersungkur di jalan yang kotor aku kenal wanita itu, wanita cantik yang ada di cafe aku ingat betul baju biru mudanya dan tas gitarnya yang tergeletak di samping badan wanita itu, oke aku mulai penasaran aku berhenti untuk melihat apa yang terjadi "sudah ku bilang untuk tidak kembali lagi kesini apakah kau tidak tau malu?"
aku mulai mendekati wanita itu dan membantunya untuk berdiri "bangunlah mau sampai kapan kau duduk di jalan?" wanita itu melihatku dengan bingung dan menerima bantuan ku untuk bangun aku melihat lutut dan telapak tangan wanita itu lecet mungkin wanita ini di dorong?
"kau pacarnya? bilang ke pacarmu untuk tidak datang lagi ke toko kasetku pelanggan ku sangat terganggu dengannya!" berisik sekali laki laki ini, "kalau kau lupa dia juga pelanggan, seharusnya kau tidak memilih milih pelanggan saat berjualan" aku mengambil tas gitar wanita itu dan tersenyum ke wanita itu, astaga wajah bingungnya sangat lucu "dan juga sejak kapan ada penjual yang memilih milih pelanggan, apakah kau hanya menerima pelanggan kaya?" ucapku tanpa melihat lawan bicara ku saat ini fokusku hanya ke wanita cantik yang kebingungan melihat sekitar "tentu saja untuk apa aku menerima pelanggan anta berantah seperti wanita itu" ucapnya dengan sombong 'astaga kau dengar itu?' 'aku pun tidak sudi memasuki tokomu'
ku lihat wajah pria itu terlihat panik kemudian aku mengajak wanita ini berjalan menjauhi kerumunan "semoga harimu menyenangkan" .hari sudah mulai gelap dan astaga hening sekali aku berjalan bersama wanita ini dan dia hanya diam saja otakku tidak berfungsi tolong ucapkan sesuatu kumohon "em aku bisa membawa tas ku sendiri" akhirnya!
"aku saja yang bawakan lagipula tanganmu masih terluka"
"oh iya" hening kembali bisa gila aku lama lama
"dimana rumahmu biarkan aku mengantarmu pulang"
"disana" wanita itu menunjuk kebelakang, apakah kita sudah melewati rumahnya? kenapa tidak bilang!
"sepertinya terlewat ayo kembali" kami kembali kejalan yang di tunjuk wanita itu yang ternyata memasuki sebuah gang yang lumayan besar, astaga gelap walaupun dipinggir jalan terlihat ada lampu lampu jalan tapi itu tidak membantu ini jam 18.45 oke! cukup gelap walaupun belum bisa dikatakan malam, tak lama wanita ini berjalan menuju sebuah rumah yang bisa dikatakan lumayan dan apa kata pria tadi? anta berantah? sudah gila mungkin dia "terima kasih sudah membantuku tadi" wanita itu menjulurkan tangannya aku bingung apakah dia ingin bersalaman? aku mengambil tangannya kemudian bersalaman "tas nya" bodoh, dengan menahan malu aku mengembalikan tas gitarnya dan astaga panas sekali wajahku "sekali lagi terimakasih" aku tersenyum dan berkata bahwa tadi bukan lah apa apa wanita itu pamit untuk masuk kedalam rumah dan meninggalkan ku sendirian, oh apakah aku melupakan sesuatu? sial aku belum bertanya namanya siapa dan apa itu dia langsung masuk rumah setidaknya perkenalan dirimu sendiri astaga saat aku hendak berjalan menjauh aku mendengar suara pintu terbuka "em apakah kau ingin mampir terlebih dahulu?" siapa yang menolak?aku duduk di ruang tamunya dia bilang dia tinggal sendiri orang tuanya berada di kota lain dia memilih tinggal sendiri disini karena sesuatu aku tidak berani bertanya alasannya karena status kita yang masih asing, aku menunggu dia yang sedang membuatkan ku minuman sambil membuka ponsel ku sekarang pukul 19.00 apakah tidak papa membawa tamu pria ke rumah? apakah tetangganya tidak terganggu?
wanita itu datang membawa 2 cangkir teh dan meletakkan nya di meja dia pun duduk di sampingku mungkin ini kesempatan ku untuk bertanya namanya "kalau boleh tau siapa namamu?" wanita itu berbalik menghadapku "bunga, bagaimana denganmu? siapa namamu?" tidak salah aku menyebutnya seperti bunga saat di cafe tadi ternyata namanya juga bunga " namaku dika" kemudian dia mengulurkan tangannya lagi untuk saat ini mungkin memang benar ingin bersalaman "halo dika" kami bersalaman dan aku merasakan kasar di telapak tanganku kemudian aku sadar kalau dia belum mengobati lukanya "apakah kau punya obat untuk luka?" aku bertanya sembari menarik tangannya untuk melihat seberapa dalam lukanya "oh punya sebentar aku ambilkan" dia beranjak dari tempatnya dan mengambil sebuah kotak di atas kulkas sudah bisa di tebak kalau itu kotak p3k dia kembali dengan membawa kotak itu padaku, kemudian aku mencari obat untuk mengobati telapak tangannya dan yang kutemukan hanya obat merah dan kapas ya setidaknya sedikit membantu aku menarik tangannya dan meneteskan ke kapan dan menempelkan kapas itu dengan hati hati keluka yang ternyata tidak parah itu setelah selesai aku meniup luka itu dan merapikan kapas sisa yang kupakai tadi, saat sudah selesai suasana mulai hening kembali kenapa wanita ini tidak banyak bicara "apakah kau bisa bermain gitar?" aku memulai topik pembicaraan karena tak tahan dengan keheningan ini aku memang suka suasana hening tapi tidak jika ada seseorang di sampingku, bunga menggelengkan kepalanya lalu untuk apa dia jalan jalan membawa tas berisi gitar? "aku hanya ingin membawanya" apakah wajahku terlalu terlihat?
"apakah aku boleh meminjamnya?" aku bertanya dengan hati hati ke bunga dan dia mengiyakan aku berjalan mengambil tas gitarnya yang terletak di depan pintu yang bertuliskan 'bunga' sepertinya itu kamarnya aku kembali menuju ruang tamu dan melihat bunga sedang menatapku penasaran, aku kembali duduk di tempatku semula dan membuka tas gitar itu dan yang kulihat adalah gitar yang bisa di bilang tidak murah aku tau gitar ini suaranya sangat merdu jika di petik tapi aku sangat heran karena melihat senar gitar ini 'sudah berkarat' aku diam sejenak memikirkan sesuatu wanita ini benar benar tidak bisa bermain gitar, aku mengambil tas kecil yang ku letakkan di sampingku dan mengambil senar gitar yang ku beli tadi sore, tidak papa lagi pula senar gitar ku yang lama masih bagus tanpa pikir panjang aku mengganti senar gitar bunga dengan sinar gitar yang baru sesekali aku melirik bunga yang hanya melihat gitarnya sedang ku utak-atik setelah selesai aku mencoba mengatur gitarnya apakah sudah pas atau belum 'jreeengg' astaga merdu sekali aku sangat ingin punya gitar ini dari lama tapi karena harganya setara dengan uang bulanan ku selama 3 bulan aku tidak mampu membelinya. Saat aku sedang bermesraan dengan gitar milih bunga aku merasakan
lengan ku di tarik dengan keras dan badan ku terdorong kebelakang aku terkejut ternyata bunga pelakunya, aku hanya bisa diam menatap wajah bunga yang sangat dekat dengan wajahku mengabaikan gitar mahal yang kini sudah terjatuh ke lantai."ajari aku bermain benda itu!"
•bersambung
mohon maaf sebesar besarnya kalau ada kesalahan di setiap kalimat atau penulisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
given
Teen Fiction'apa aku bagimu?' 'jika kau sangat mencintai uangmu, kenapa kau tidak bawa mati saja uangmu?' 'bagaimana caraku meminta maaf kalau kau menghilang dari dunia?'