Happy Reading, SENI TARA'S LOVER🖤
BACA ITU SENI. JADI, AYO MEMBACA DENGAN HATI!
"Rintik menitiki bumi, berderai menjadi melodi rumit. Lalu, aku menari dibawahnya dengan sungai panjang di pipiku, mengadu pada langit. Namun, percuma....luka tetap tak terobati."
~SENI-TARA~
*
*
*SMA Mutiara selalu menyelenggarakan pesta sekolah setiap tahunnya pada kuartal pertama di semester ganjil. Banyak kegiatan yang akan dilakukan. Bazar, pameran kelas hingga pentas seni. Acara berlangsung selama seminggu. Panitia dibagi menjadi tiga tim dengan tugasnya masing-masing. OSIS, mantan pengurus OSIS angkatan kelas duabelas dan juga para pengurus ekskul.
Maka, untuk membuat acara menjadi terarah dan berjalan lancar para panitia saat ini sedang berdiskusi. Para guru pembimbing ekskul juga kaur kesiswaan menjadi pemimpin rapat. Rapat sudah dimulai lima menit lalu, namun Bu Sumi tak tenang dalam duduknya. Maniknya mencari-cari seseorang. Gatara. Gadis itu...apakah ia tidak membaca pesan di grup chat?
Netra Bu Sumi menubruk Batara, lalu dengan gerakan mulutnya agar tak mengeluarkan suara, Bu Sumi menanyakan Gatara pada Batara. Terlihat jawaban Batara hanya mengedikkan bahu, pertanda ia tidak tahu.
"Gata mana?" tanya Batara, pelan pada Antara yang sedang menyimak.
"Nggak tahu. Tadi katanya nyusul," jawab Antara, sekilas melirik jam di tangannya. "Tapi, kok lama banget, yah."
Batara, Gatara dan Antara memang sudah berteman baik. Gatara tidak lagi sinis pada keduanya, begitupun sebaliknya. Hanya saja, untuk urusan ekskul, Gatara sering absen dengan banyak sekali alasan. Mungkin, ketidakhadirannya di rapat ini adalah salah satu akibat dari beberapa alasan yang nanti akan ia jelaskan ketika ditanya.
"Untuk pensinya ada masukan dari kalian?" tanya Alya, selaku ketua OSIS.
"Kayak tahun kemaren aja, sih. Ngundang band ternama di Indonesia. Shila on 7 misalnya, atau Vierratale," usul Ayara.
"Yang lain?"
"Gimana kalau kita aja yang ngisi acaranya? Kita buat grup khusus. Aku, kamu dan Gata," usul Antara, namun hanya ia sampaikan pada Batara.
Batara manggut-manggut. "Boleh. Kasih tahu mereka, biar nanti gue yang ngasih tahu, Gata."
Antara meringis. Tangannya gemetar, jantungnya berdetak kencang. Selalu seperti ini, jika ia berada dalam situasi ini. Tidak percaya diri dan takut pada tatapan orang-orang padanya. Antara mencolek lengan Batara, bermaksud memanggil pria itu. Setelah Batara menoleh, Antara menunduk lalu berujar lirih, "kamu aja yang ngasih tahu mereka. Aku...aku nggak bisa."
Batara tersenyum tipis. "Kenapa nggak bisa? Takut?" Antara mengangguk pelan.
Batara menghela nafas. "Glossophobia. Adalah jenis phobia yang merasa takut, cemas dan gugup saat harus berbicara di depan audiens. Cara paling ampuh untuk menyembuhkannya adalah dengan berlatih, dari hal-hal kecil kayak gini. Jangan dimanja dengan alasan nggak bisa, Anta. Lo hanya belum mau untuk mencoba."
Antara mengangkat kepalanya, menatap Batara, terpaku. Ia tidak menyangka, Batara punya pengetahuan tentang jenis phobia itu. Batara menggenggam telapak tangan Antara, meyakinkan. Jantung Antara yang semula berdetak karena takut kini semakin menggila saat merasakan getaran aneh ddi dadanya. "Lo bisa, Anta. Lo pernah bilang sama gue, kalau semua berawal dari kemauan aja kan? Kenapa sekarang lo nggak bisa? Tenang aja, gue bakal ada di samping lo," ujar Batara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENI-TARA
Teen FictionBatara Langit Angkara, dan dunia musiknya. "Nada terlalu rapuh untuk sekadar menjadi bisu." Gatara Bintang Kejora, dan aksaranya. "Banyak suara yang tak mampu berseru, akhirnya berlari di lembar biru." Antara Bulan Purnama, dan warnanya. "Perlu bany...