Chapter 1 - Keberadaan

4 1 0
                                    

Menjadi asisten pribadi seorang Gabriel Joo tidaklah mudah, tuntutan yang sangat banyak membuat asisten pribadinya sering keluar masuk dari posisi mereka walaupun gaji yang didapatkan bisa dikatakan tidak sedikit untuk jabatan tersebut.

Siapa sangka asisten sementara yang bahkan tidak ada latar belakang bekerja asisten sebelumnya bisa mengerjakan seluruh pekerjaan dengan sangat baik.

Hanna terlampau konsisten, disiplin dan terorganisir.

•••

*flashback on*

"Kamu yakin mau jadi asisten pribadi Pak Joo?" Tanya Kevin (head of project manager)

"Iya, saya yakin Pak." Jawab Hanna.

"Inget ya, selama seminggu kamu tetep harus kerjain project besar kita." Tegas Kevin tak percaya dengan keputusan Hanna.

"Siap Pak, saya pasti kerjakan sesuai target." Jawab Hanna dengan gembiranya.

"Huff (hela nafas berat), kamu ini workaholic atau suka sama Pak Joo." Tanya Kevin yang lebih seperti pernyataan.

"Hehehe, tenang Pak. Saya cuman mau pengalaman lebih banyak biar nunjang karir juga." Jelas Hanna sambil tertawa kecil.

"Ga heran, sayang kamu cuman kontrak satu tahun. Saya offer 2x lipat gaji mau?" Tanya Kevin antusias.

"Nanti saya pertimbangkan lagi ya Pak, sekarang prioritas saya project besar kita dulu." Jawab Hanna dengan santai.

"Iya, ya udah sana pindah meja. Besok siap kerja langsung sama Pak Joo ya." Kata Kevin sedikit tidak rela.

*flashback off*

•••

Terdengar percakapan antar perusahaan di luar ruangan executive. Percakapan yang cukup panjang tersebut sampai mengganggu executive yang ada di dalam ruangan.

"Baik, akan coba saya tanyakan ke Pak Gabriel terlebih dahulu. Setelah itu saya akan menginfokannya kepada anda, Terima kasih." Tutup Hanna.

Selang berapa lama Hanna membuka pintu ruang exexutive tersebut.

"Maaf mengganggu Pak, tapi jadwal penerbangan minggu depan di majukan jadi besok." Jelas Hanna.

"Hm. (Hening) info ke mereka kita setuju. Setelah itu kamu pulang, kemas baju untuk tiga malam. Nanti saya jemput kamu ke mansion saya." Perintah Gabriel.

"Baik Pak." Jawab Hanna.

Hanna segera menghubungi kembali asisten dari perusahaan yang akan menjadi partner project kolaborasi.

Setelah itu Hanna pamit untuk ke rumah, sesuai arahan Gabriel. Hanna hanya membawa seperlunya untuk 3 malam, tapi hal yang masih belum dimengerti trip ini hanya 2 malam. Apa Gabriel menyuruh Hanna untuk prepare for the worst?

Pukul 18.32, suara mobil terdengar di pekarangan rumah Hanna.

Gabriel Joo
Sy udh di dpn  18.32

Hanna
18.32  Baik Pak

Hanna membawa koper dan sling bag ke pekarangan rumah nya. Gabriel turun dari mobil dan membantu Hanna mengangkat koper tersebut ke bagasi mobil.

"Biar saya saja Pak." Tolak Hanna.

"Di luar jam kerja saya udah bukan atasan kamu." Jawab Gabriel.

"Saya begini ke semua bawahan saya, jadi jangan mikir aneh-aneh." Lanjut Gabriel.

"Tentu Pak." Jawab Hanna.

Perjalanan mereka terasa sangat sepi, Hanna sebenarnya bukan orang yang introvert atau tidak bisa ngobrol tapi dia hanya menyesuaikan dengan lawan bicaranya.

Gabriel terlihat seperti orang yang irit bicara dan tidak suka basa basi.

Pastinya Hanna tahu tentang hal tersebut, sudah dari lama Hanna bekerja di bawah Gabriel. Dia cukup paham dengan atasannya.

Setelah menempuh perjalanan yang terasa lama akhirnya mereka sampai di mansion milik Gabriel Joo.

Mansionnya sangat indah, namun suasana di dalam nya tidak menampakan adanya kehidupan di dalam. Seperti pajangan indah tak berfungsi.

"Bantu saya rapihin baju untuk 2 malam, kalau udah kamu boleh tidur di kamar tamu di ujung ruangan ini." Perintah Gabriel.

"(Hening) Baik Pak." Jawab Hanna dengan sedikit bingung.

Hanna tidak menduga kalau dia harus menginap di mansion bos nya itu, dia sempat berpikir akan nginap di hotel terdekat karena memang rumah dia jauh dari bandara.

Tanpa penolakan Hanna mengikuti Gabriel ke kamar pria tersebut dan merapihkan seperlunya, sedangkan Gabriel masuk ke dalam ruangan kerja yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Masih banyak laporan dan proposal kerja sama antar perusahaan yang harus di revisi dan di periksa kembali sebelum akhirnya ia bisa tidur dengan nyenyak dan mempersiapkan penerbangan mendadaknya besok.

Beruntung visa Hanna udah dibuat dari trip ke Jepang nya 2 bulan yang lalu. Jadi dengan mudah Hanna bisa mengatur jadwal penerbangan mereka untuk esok hari.

Tenggorokan terasa kering, Gabriel memilih untuk mengambil segelas air dan dibawanya ke kamar. Sampainya di dapur, ia melihat Hanna sedang menyiapkan dua gelas teh.

"Silahkan di minum Pak." Sambut Hanna.

Tanpa penolakan, Gabriel meminum teh yang diberikan Hanna perlahan.

"Sebenarnya kamu itu siapa?" Tanya Gabriel dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

•••

"I have never regretted living in a world where you exist."

Why can't I have you - My HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang