Boboiboy dan Kawan-kawan adalah milik Monsta
Saya hanya meminjam beberapa karakternya saja
Cerita ini adalah murni ide saya
Fanfic, Drama, Hurt, Family, Brothership, Angst
.
.
.
HAPPY READING!
===
Halilintar menatap pusara tanah di depannya dengan tatapan kosong. Sebuah papan kayu tertancap diatasnya terukir indah sebuah nama seseorang yang paling dia cintai di dunia ini.
Bunda.
Halilintar tidak mengerti.
Sejak pagi, ada banyak kerabat datang kerumah dengan wajah sendu, Halilintar tidak mengerti namun dia sadar membenci raut wajah itu dan puluhan kalimat yang mereka sampaikan padanya. Lalu, tiba-tiba saja, dia dibawa ke tempat ini.
Halilintar melihat orang-orang memasukan wanita yang dia sayangi kedalam tanah.
Kenapa?
Padahal semalam Bunda hanya izin padanya untuk tidur. Wanita itu tersenyum hangat, membisikan kata-kata penuh sayang padanya sebelum terlelap. Tapi mengapa orang-orang itu malah mengubur Bundanya? Bukankah rumah mereka memiliki tempat tidur yang lebih nyaman dari pada tanah dingin dan kotor itu?
"Ini Adik Hali."
Bunda mengulurkan sesuatu kearahnya. Seorang bayi mungil, terpejam damai dalam dekapan Bunda, jemarinya lebih kecil dari milik Halilintar sendiri. Dengan ragu, Halilintar mengulurkan tangan untuk menyentuh jari mungil itu.
Halilintar menelan ludah, ada sesuatu yang hangat mengalir di dadanya melihat bayi mungil itu membalas sentuhannya.
"Namanya Taufan," kata Bunda lembut. "Sekarang Hali sudah jadi Kakak."
Halilintar mengangkat wajah, mengerjap beberapa kali. "Hali... Kakak?"
Bunda tersenyum hangat, mengangguk. "Iya. Jadi mulai sekarang dan selamanya Hali harus jaga Adik dengan baik, ya?"
"Kalau Hali nggak bisa?"
"Bisa, Hali pasti bisa jagain Adik.
Bunda percaya Hali bisa jadi Kakak yang baik buat Taufan." kata Bunda menyakinkan."Tapi kan ada Ayah sama Bunda, kenapa harus Hali yang jagain Adik?"
"Bunda harus pergi."
Halilintar mengerutkan kening. "Bunda mau pergi kemana? Hali mau ikut!"
Bunda lantas menggeleng pelan. "Kalau Hali ikut, siapa yang jagain Adik?"
Halilintar terdiam.
"Hali sayang nggak sama Adik?"
Pelan, Halilintar mengangguk.
"Jaga dia buat Bunda, ya?"
Halilintar mengangguk.
"Janji?" Bunda mengangkat jari kelingkingnya diatas udara dengan senyuman teduh.
Tanpa menunggu lama Halilintar mengaitkan jari kelingkingnya. "Janji Bunda!" katanya tegas penuh keyakinan, kemudian anak itu kembali memasang wajah cemberut. "Tapi Bunda perginya jangan lama-lama ya? Nanti Hali kangen."

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dream (Taufan)
FanfictionTAHAP REVISI! _______________ "Maaf kak."-Taufan "Kalo maaf lo bisa ngembaliin Bunda sama Ayah gue maafin."-Halilintar _______________