Celine's Side (Bagian 2)

177 39 54
                                    

Aku tak dapat menghentikan jeritan panik anak itu, Pak Jacob dan Ibu Brenda serta beberapa petugas panti pun membantuku untuk membawa bocah itu masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku tak dapat menghentikan jeritan panik anak itu, Pak Jacob dan Ibu Brenda serta beberapa petugas panti pun membantuku untuk membawa bocah itu masuk. Suasana sangat heboh, anak-anak penasaran sekaligus senang karena mendapat teman baru.

Ini perasaan yang membingungkan, bagaimana mereka bisa senang sedangkan baru saja anak dibuang dengan bertelanjang dada.

Ketika semua masih mengerumuni anak kecil linglung itu, aku mendadak memikirkan sesuatu. Bagaimana jika nanti hal ini akan membuat Shun dalam masalah. Anak itu ditemukan bersama baju miliknya, aku yakin itu milik Shun meskipun tak ada yang menyadarinya. Pikiranku tentang Shun sudah berkecamuk macam-macam. Tapi aku tak bisa sedikitpun tidak berpihak padanya. Shun pasti lah orang baik, aku tak tahu kenapa bisa bajunya bersama bocah itu, kalau pun nanti aku tahu, aku akan mengetahuinya dari Shun, jadi aku tak akan membiarkan dia dalam posisi sulit seperti dituduh dan semacamnya.

Saat semua sedang sibuk dengan anak itu, aku menbali mengendap-endap ke depan dan menyingkirkan baju, celana, dan sepatu milik Shun. Aku membungkusnya dengan taplak besar berwarna ungu tua, kemudian menjejalkannya ke dalam keranjang sepedaku.

Aku sedang menghilangkan barang bukti.

Setelahnya aku memasak, hari ini Shun tak datang untuk membantuku, jadi aku minta bantuan beberapa anak panti untuk menyalakan tungku. Aku membaca daftar menu yang sudah ku buat seminggu. Pagi ini aku akan memasak sup jagung untuk sarapan, olio aglio untuk makan siang, dan mash potato dengan telur rebus separuh untuk makan malam mereka.

Tak terlalu menyedihkan bukan?

Usai mengaduk aduk sup ku pada tingkat akhir, aku membunyikan lonceng, kemudian beberapa anak piket membawa sebuah troli berisi mangkuk-mangkuk tempat makan. Ku isikan secara adil, menu ini sudah aku atur agar mereka tak kekurangan gizi, setelahnya aku mengikuti mereka ke ruang makan. Memimpin mereka untuk berdoa dan berucap syukur atas rezeki hari ini. Aku juga berpesan agar mereka menghabiskan makanan dan mencuci peralatan dengan tertib, dan harus selesai tepat waktu sebelum mereka berangkat ke sekolah.

Aku juga mengingatkan mereka untuk mengambil sebutir apel sebagai bekal sekolah mereka. Anak -anak ini memang bersekolah di sekolah umum. Mereka menempati panti sebagai rumah, seperti aku dulu. Aku tahu hari-hari tak mudah, menjadi seorang asing di mana pun berada. Aku pun begitu, kesulitan memiliki teman yang normal di sekolah karena aku beda, di panti pun meskipun semua orang baik, tapi aku tahu kami sebenarnya orang asing. Aku begitu merasa duniaku ini sendiri, sebelum Shun datang dalam hidupku.

Si Jarang bicara itu selalu ada di saat-saat tersulitku, dia tak pernah mengatakannya tapi seolah-olah dia memang bersedia menopangku, menjadikan dirinya tempatku untuk tak merasa asing.

Hanya melihatnya berada di sekitarku tanpa sepatah kata pun sudah membuatku sangat bahagia, hanya kepada Shun aku merasa apa itu cinta, tapi kalau yang ini belum ku ungkapkan, aku sungguh takut kalau Shun akan jijik kepadaku. Anggaplah hubungan kami adalah hubungan yang saling menguntungkan. Aku membutuhkan seseorang yang bukan orang asing, sementara Shun butuh seorang perempuan yang bisa dia ajak kerjasama menyembelih ayam-ayam dan membuatkannya makanan dengan cuma-cuma.

Fell in the Daisy Field (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang