"Saya ingin memiliki anak."
Theroz bergeming memandang retina tajam Isalynne. Penuturan tegas sarat makna tuntutan dari Isalynne sedikit membuat Theroz terkejut. Ini adalah kali pertama istrinya mengatakan sesuatu untuk ia lakukan.
Theroz menghela...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
≿━━━━༺❀༻━━━━≾
Ruunich Palace, 861.
"Besok adalah hari pernikahan kita."
"Lalu kenapa Anda memanggil saya sekarang?"
Theroz bergeming tenang. Ia meminum teh nya dan memandang sejenak pada Isalynne. Tampak gadis itu menunjukkan wajah herannya, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kebencian meski dari tatapan saja.
"Saya sudah menyampaikan pesan lewat Tenryan. Jika Princess sibuk, Princess bisa menolaknya."
"Anda tidak menemui saya sejak kita tiba di ibukota. Saya pikir ada sesuatu yang sangat penting sebelum hari pernikahan."
Theroz tersentak sesaat. Ia terkekeh kemudian dengan canggung. "Maafkan saya. Saya tidak seharusnya meninggalkan calon pengantin saya."
Seperti yang dikatakan Isalynne. Theroz tidak menemui Isalynne setelah mereka tiba di ibukota. Hal tersebut dikarena Theroz segera ditenggelamkan oleh banyaknya pekerjaan menumpuk yang ia tinggalkan sebelumnya. Karenanya, ini adalah pertemuan kedua mereka.
"Tidak masalah, Duke. Asisten Anda menyampaikan bahwa Anda sangat sibuk. Baginda Kaisar juga menyambut saya dan berusaha membuat saya nyaman di istana. Lalu," Isalynne berhenti sejenak guna menaruh cangkirnya. "Selir Amber menemani waktu saya untuk berbincang."
"Untunglah Princess merasa nyaman," ucap Theroz tenang yang lantas mengambil cangkir teh nya. Begitupun Isalynne, ia ikut meminum teh yang baru saja dituangkan oleh pelayan.
Isalynne baru saja meneguk teh nya, tetapi wajahnya seketika berubah. Keningnya berkerut dengan bibir yang dicebikkan. Tampilan tersebut tidak luput dari perhatian Theroz.
"Apa teh nya tidak enak?"
Isalynne menggeleng. Ia berusaha mengontrol wajahnya. Lantas ia mengambil gula batu untuk dimasukkan ke dalam cangkirnya.
Theroz memicing tajam pada pelayan. Hal tersebut membuat sang pelayan terbujur kaku dengan takut.
"Ternyata Anda menyukai teh manis, ya."
Isalynne mengangguk. Setelah ia mengaduk dan memastikan gula batu itu larut dalam teh, ia kembali meminum tehnya. Kini wajahnya mulai terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"Saya tidak tahu Anda menyukai earl grey. Tampaknya sudah diberikan bergamot oil, hanya saja masih terlalu pahit untuk saya."
"Pertemuan selanjutnya saya tidak akan membuat kesalahan seperti ini."
Isalynne mengangguk. Ia menaruh cangkirnya dan kembali menatap Theroz lurus. "Jadi sekarang sudah saatnya Anda mengatakan tujuan Anda menemui saya sekarang."
"Tidak ada hal yang spesifik. Saya hanya ingin melihat calon pengantin saya," ujar Theroz jujur.