***
Matanya yang cantik itu perlahan membuka bersamaan dengan jari lentiknya yang juga ikut bergerak. Pandangan gadis itu sedikit memburam karena rasa sakit dikepalanya kembali menyerang.Sudut pandangan menyorot setiap ruangan yang bernuansa serba ungu itu, ia berusaha mengubah posisinya menjadi duduk menyender dipunggung kasur itu.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak,ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya. Audrey menghela napas dengan pelan, ia kembali menatap sudut ruangan itu dengan seksama.
"Ini gue dimana?"
Audrey mengedarkan pandangannya kesana-kemari meneliti setiap sudut ruangan itu lagi. Dahinya seketika berkerut, ia melihat begitu banyak darah di bawah lantai sana.
"I-ini.. d-darah siapa? Kenapa bisa ada darah disini?" Audrey menggerakkan kakinya untuk turun dari atas kasur,rasa sakit itu tiba-tiba menghilang begitu saja.
Kakinya melangkah mengikuti jejak darah yang berasal entah dari mana itu, jejak itu berhenti disebuah kamar mandi. Dan Audrey lagi-lagi terkejut melihat kondisi kamar mandi yang penuh dengan darah dan juga ...
"Wait for my revenge" Audrey membaca sebuah tulisan merah yang ada di cermin itu dengan fokus.
Audrey berjalan keluar dari kamar mandi itu, dan betapa terkejutnya ia saat seorang wanita paruh baya berdiri tak jauh dari nya. Tatapan mata wanita paruh baya menatap Audrey dengan intens.
"Kenapa tidak gantung diri saja sekalian? Kalau begini yang harus bersihin darah nya saya!" Gerutunya.
Deg!
Audrey mematung dan tertegun mendengar gerutuan wanita itu, bagaimana bisa ia mengucapkan kalimat seperti itu dengan mudahnya.
"Anda siapa? Kenapa nada bicara anda seperti itu?" tanya Audrey serius, raut wajah nya seakan bertanya-tanya tentang wanita paruh baya yang ada di depannya ini.
Dan kali ini wanita paruh baya itu yang mematung sekaligus tertegun dengan pertanyaan yang keluar dari bibir mungil gadis itu.
"Kamu lancang sekali ya! Saya ini ibu kamu! Orang yang juga ngelahirin kamu!" jelasnya dengan nada membentak.
"I-bu?" beo Audrey.
"Iyaa, saya ibu kamu!"
Audrey dengan langkahnya yang cepat berlari menuju sebuah lemari yang ada cermin besarnya. Setelah beberapa menit menatap pantulan dirinya di cermin, Audrey langsung berteriak histeris.
Wanita paruh baya itu langsung merangkak ketakutan mendengar teriakan gadis itu. Dari balik pintu seorang pembantu juga satpam penjaga rumah itu datang karena mendengar suara teriakan yang begitu keras.
"Ada apa non-- astagfirullah. I-ini kenapa ada banyak darah disini?" ucap mbok Siti kaget.
Pak Edi selaku satpam penjaga rumah itu juga ikut terkejut melihat pemandangan kamar yang cukup mengerikan itu, matanya melirik kearah majikannya yang merangkak ketakutan diatas lantai.
Mbok Siti berjalan mendekat kearah Audrey yang sudah tidak berteriak lagi, mbok Siti menutup mulutnya terkejut melihat kondisi tubuh Audrey yang penuh dengan luka sayatan itu.
"Non Audrey, kenapa bisa jadi seperti ini non" tanya mbok Siti khawatir.
"Anak sialan itu sudah tidak waras, dia sudah gila,dia seorang psikopat!" jerit Ganetha dengan histeris.
Audrey tidak menghiraukan semua ucapan dan pertanyaan itu, ia terus menatap pantulan cermin itu dan terus menggerutu dalam batin nya "Sialan... Ini wajah siapa? Dan.. kenapa tubuh ini penuh dengan luka sayatan"