05. Diam-diam

1.2K 69 4
                                    

Wajah Bianca saat ini memerah karena Ansell memanggilnya dengan 'Ratuku', rasanya seperti mimpi!!.

"Astaga apakah aku tidak bermimpi?" tanyanya sambil menepuk-nepuk pipinya. "Tidak, ini asli!"

Setelah malam terakhir bersama selirnya, Raja menyuruh ratu untuk sarapan bersama dan hanya berdua. Tentu ini adalah permintaan Camella tapi Bianca tidak mengetahuinya.

Ratu datang dengan penampilan terbaiknya karena ini adalah pertama kali dalam seumur hidupnya diajak makan berdua tanpa selir kesayangannya.

"Salam Yang Mulia Raja."

Ansell tersenyum hangat. "Salam Ratuku, silahkan duduk dan semoga kau tidak keberatan untuk sarapan bersamaku."

Bianca mengembangkan senyumnya lalu duduk berhadapan dengan Raja. "Saya sangat terhormat karena diperbolehkan sarapan bersama Raja."

"Sebelum kita makan aku ingin minta dua permintaan padamu."

"Tentu Raja, apapun permintaanmu saya menyanggupinya."

Jantung Bianca berdetak dengan cepat, rasa cemas menyelimuti dirinya. Apakah Ansell bersikap baik seperti ini hanyalah sebuah penghormatan karena setelah sarapan ini berakhir dia akan keluar dari KeRajaan ini tanpa mahkota ratu.

"Aku minta kau jangan terlalu formal padaku, aku ini suamimu."

Deg. Apa ini? mengapa tiba-tiba Ansell meminta hal seperti itu.

"Baiklah Yang Mu-"

"Panggil aku Ansell," potongnya.

"B-baik Ansell."

Rasanya seperti bernostalgia dimana waktu itu Ansell begitu sangat menyayanginya, saking sayangnya ketika dia tidak sengaja terkena sayatan pisau ketika mengupas apel pria itu menangis melihat darah menetes dari jarinya. Apakah Ansellnya sudah kembali?

"Permintaanku yang kedua adalah aku ingin berlaku adil denganmu dan selir Camella, aku akan tidur di kamarmu dan dia selama 3 hari, untuk hari minggu aku akan tidur di ruang kerjaku, aku harap kau menerima keputusanku ini," jelasnya.

Sedikit tidak senang ketika mendengar nama selir menyebalkan itu, namun setidaknya dia mempunyai kesempatan untuk membuat Ansell mencintainya, dia harus bersikap sebaik mungkin.

"Tentu aku tidak keberatan, aku sangat senang akhirnya kau berlaku adil pada kami berdua. Aku ucapkan terima kasih banyak pada Yang Mulia Raja," balas Bianca dengan senyum mengembang.

Ansell balas tersenyum. "Makanlah yang banyak dan bersiaplah untuk malam ini, karena aku akan tidur di kamarmu Ratuku."

Bianca tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin. "Kau membiarkan kekasihmu bersamaku, Camella? astaga, apa dia tidak takut jika aku mengambil Ansell dari sisinya?" Dia bermonolog.

"Akan aku pastikan Ansell menetap di kamarku dan membiarkanmu tidur sendirian layaknya seorang pelayan," ujarnya sambil tersenyum sinis.

Bianca berdiri kemudian membuka lemarinya menyisir pakaian yang paling istimewa untuk bermalam bersama suaminya, akan dia pastikan malam ini menjadi malam yang panjang dan tidak akan dilupakan oleh Ansell.

"Hmm, sepertinya aku harus sedikit berbelanja untuk menyiapkan malam pertamaku dengan Raja."

*****

Pagi ini Camella berjalan dengan riang menuju taman bunga, hari ini dia ingin memanjakan dirinya dengan menatap bunga-bunga sambil minum teh.

Namun harapan untuk memenangkan dirinya malah hancur karena tidak sengaja bertemu dengan Ratu.

"Hai Selir," sapanya.

Camella merendahkan tubuhnya menghormat. "Pagi Ratu, sepertinya hari ini anda begitu bahagia," ujarnya.

Bianca tersenyum sinis. "Tentu saja aku bahagia karena suamiku akan tidur bersamaku malam ini."

Ingin rasanya Camella memukul wajah menyebalkan itu, tapi dia harus belajar bersabar jika ingin kehidupannya damai sejahtera.

"Wah, aku turut bahagia Ratu, akhirnya setelah 6 bulan lamanya kau akan disentuh oleh Raja," balasnya dengan nada mengejek.

Bianca menatap tajam sang lawan bicara. "Ya, terima kasih selir! ingat satu hal, aku akan membuat suamimu akan terus tidur denganku dan kau akan menjadi seorang pelayan di istana ini!"

"Ya, ya, terserah Ratu saja karena kau adalah penguasa, aku akan duduk santai menikmati kedudukanku sebagai selir dengan harta berlimpah," ujar Camella sambil memutar bola matanya malas.

Camella merendahkan tubuhnya memberi hormat. "Saya permisi Ratu, semoga hari anda menyenangkan."

Bianca mengepalkan tangannya ketika selir melewati dirinya dengan wajah berseri seperti tidak memiliki beban, sedikit heran karena biasanya wanita itu selalu meninggikan suara padanya, bahkan dia tidak ingin mengalah sedikitpun. Tapi hari ini entah mengapa dia malah dengan senang hati memberikan suaminya dan dia bilang apa tadi? duduk santai? seperti bukan Camella.

"Apa dia hilang ingatan karena terbentur dinding kamar mandi?"

*****

"Elen, apakah pintu masuk perpustakaan istana dikunci ketika malam?" tanya Camella lalu menyeruput teh hijaunya.

"Tidak Nyonya, pintu perpustakaan tidak pernah dikunci anda bisa bebas keluar masuk kesana," jawab Elen yang sedang memijat kaki Camella.

"Bisakah aku percaya padamu Elen?"

Camella tahu seberapa berbaktinya Elen pada dirinya, bahkan di akhir hidupnya Elen menangis dan menyerahkan dirinya untuk Camella, namun Raja menentang dan memilih untuk memecat Elen daripada ikut bersama Camella ke akhirat. Namun tidak menutup kemungkinan kan? jika Elen membongkar semua rahasia yang akan diberikan oleh Camella.

Elen menggeleng kuat sebagai jawabannya lalu berkata, "mana mungkin saya berkhianat Nyonya, anda sudah seperti malaikat untuk saya, berkat Nyonya kehidupan saya lebih baik."

Camella mengangguk. "Baiklah, aku minta padamu untuk menemaniku malam ini ke perpustakaan istana."

"Baik Nyonya."

"Aku harap kau tidak memberitahu siapapun tentang aku yang masuk kesana."

Elen menggeleng. "Tidak akan Nyonya."

Camella berniat untuk mencari tahu tentang keluarga Burton serta tentang kekuatan elemen. Selain dia mencari orang tuanya, Camella juga ingin mencari tahu tentang kekuatan yang dimiliki oleh ratu, apa penyebab kekuatannya belum juga muncul, apa mungkin Bianca juga bukan anak dari Duke Zephyra? entahlah biar nanti dia cari tahu.

"Elen, aku ingin mengunjungi ibuku." Camella meletakkan cangkirnya di meja. "Apa kau mau keluar hari ini Elen?" tanyanya.

Elen menghentikan aktivitasnya lalu mengangguk. "Saya akan ikut kemanapun Nyonya pergi."

Camella tersenyum lalu berdiri. "Ayo kita keluar tanpa meminta izin dari Raja."

Senyum yang ada diwajah Elen kian memudar karena kata terakhir yang nyonya nya katakan.

"Sebaiknya Nyonya memberitahu Raja terlebih dulu, saya takut nanti Yang Mulia mencari anda seperti waktu itu."

Astaga Camella lupa kejadian waktu lalu, ketika dia keluar secara diam-diam untuk melihat pertunjukan di balai kota, dengan paniknya Ansell langsung mengirim ratusan pengawal untuk mencarinya. Sampai sekarang Camella masih tidak habis pikir dengan Ansell yang begitu mencintainya secara berlebihan, terkadang memang dia kesal dengan tingkahnya yang seperti anak kecil, tapi dia juga bersyukur karena dicintai dengan hebat oleh seorang Raja.

"Tidak apa, hari ini dia sedang sibuk dengan tumpukan kertas yang kian menumpuk seperti gunung," ujar Camella sambil terkekeh.

Tumpukan kertas yang ada di ruang Raja memang sebanyak itu, bahkan wajah tampan suaminya itu tidak terlihat karena saking banyaknya.

"Ayok Elen kita akan menyamar dan pergi diam-diam."

Reincarnation of the antagonist [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang