Prolog

36 5 2
                                    


Prolog

"Aku ingin selalu jadi lebih dari payungmu Ra"

"Kenapa?"

"Karena kamu tidak pernah tahu bertapa sedihnya payung di musim kemarau"

"Aku hanya selalu datang waktu hujan ya?"

"Iya, aku hanya menjadi payung saat kamu diterpa hujan"

Padang dandelion itu menjadi saksi awal pertemuan, sekaligus akhir yang tidak pernah mereka harapkan.

Sang payung yang ingin selalu melindungi pemiliknya, namun sayang sekali dia tak pernah lebih dari pelindung saat pemiliknya diterpa hujan. Tidak lebih, tidak kurang.

Lantas sang payung selalu meminta lebih, karena hakikatnya kamu tidak pernah tahu sedihnya payung di musim kemarau.

Padang dandelion itu tertiup angin, membuat rerumputannya berdesir.

Dua manusia itu masih saling terpaku.

"Kamu bukan payungku Iz"

"Lantas?"

"Kamu selalu lebih dari payungku"

Hening, angin dari padang dandelion itu kembali berhembus menerpa mereka berdua.

Mereka harus memutuskan untuk memulai kembali atau membereskan perassaan mereka.

Boleh Aku Jadi Payungmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang